Senin, 18 November 2013

Tutorial: Membuat laporan keuangan sederhana :)


Ha ha... kecemplung di dunia beginian ni ya sesuatu banget. Seorang Noor Hidayati jadi semacam administrasi keuangan di yayasan resmi! What a magic.. he he.. Kalau jadi bendahara ecek-ecek sih sering. Tapi ini? Harus bikin laporan tiap hari, akhir bulan menyusun semua bukti-bukti transaksi dll. Tadinya frustasi tingkat akut. Dan agak menggerundel. Tapi kalau dilihat sisi positifnya banyak banget. Jadi lebih teratur, rapih, juga disiplin. Dan akhirnya juga bisa sedikit sharing tentang membuat laporan keuangan sederhana. Terutama buat yang suka kerja proyekan dan disuruh bikin laporan keuangan. Ini penting bangetttt.. Kenapa pada akhirnya ku sharingin, karena memang ada beberapa temen yang benar-benar minta petunjuk soal ini ke aku. Ha ha.. magic ya.. cekidot...

Pentingnya kerapihan dan ketepatan dalam penyusunan laporan keuangan:
  1. Agar laporan keuangan mudah dipahami oleh pihak yang berkepentingan
  2. Laporan keuangan adalah hal yang rawan dan sensitive. Kesalahan sekecil apapun dapat menimbulkan masalah besar. Dan ini harus diminimalisir, baik oleh implementator maupun administrator.
  3. Kontroling jarak jauh menuntut keakuratan dan ketepatan tingkat tinggi, mengingat koreksi tidak dapat dilakukan secara langsung.
  4. Mempercepat proses implementasi project. Jika laporan keuangan tersendat karena kurang tepat maka proses pencairan dana selanjutnya pun akan terhambat. Dan pasti akan menghambat proses implementasi project.
Berikut langkah-langkah penyusunan laporan keuangan.
  1. Kumpulkan semua bukti - bukti transaksi yang akan dilaporkan
  1. Kelompokkan bukti – bukti transaksi menurut pos pendanaan.
Misal: di Project Penghijauan Kampung
  1. Peralatan
  2. Pertemuan Masyarakat
  3. Tanaman
  4. Operasional
Setelah itu kelompokkan lagi berdasarkan jenis transaksi yang sama. Misal: Pada pos dana operasional pisahkann nota Bensin, Pulsa, ATK dst

  1. Urutkan bukti – bukti transaksi yang sudah dikelompokkan berdasarkan tanggal transaksi.
Misal pada bukti pembelian bensin berikut ini: Tanggal yang paling awal diletakkan di paling belakang.
  1. Masukkan deskripsi pada bukti transaksi ke Laporan Realisasi Keuangan yang sudah tersedia. Memasukkannya berdasarkan urutan Pos Dana. Setelah itu isi kolom “No. Nota” dengan angka 1 dan seterusnya. Seperti yang dilihat dibawah ini, tabel terdiri dari 8 kolom sbb:
    1. No
    2. Tanggal
    3. Uraian
    4. Anggaran
    5. Realisasi
    6. Saldo
    7. Pos Dana
    8. Nomer Nota


    Ingat!! Meskipun di dalam satu bukti transaksi ada banyak rincian barang yang dibeli, cukup ditulis satu kali saja. Misal:

    Tidak perlu ditulis
    No Tanggal Uraian Anggaran Realisasi
    1. 16 Juli 2013 Iris

    50.000
    2.
    16 Juli 2013 Poring
    50.000
    3.
    16 Juli 2013 Sambung darah
    50.000




    Tapi cukup ditulis
    No Tanggal Uraian Anggaran Realisasi
    1. 16 Juli 2013 Iris, Poring, Sambung darah dll

    360.000



















    Sebaliknya, meskipun barang yang dibeli sama tapi bukti transaksinya ada 10, tetap harus ditulis 10 kali. Misal: Bensin yang dibeli 20 kali, tetap ditulis 20 kali, like this:


  2. Susun atau tumpuk bukti transaksi yang sudah di input kan ke laporan. Dari bukti yang pertama diiput sampai bukti terakhir. Jepit dengan penjepit kertas. Jangan di strapless/ Hackter karena akan di bongkar lagi 
  3. Berilah penomoran pada bukti transaksi sesuai dengan nomor yang ada di kolom “NO. Nota” pada Laporan Realisasi Keuangan. Penomoran di tulis kecil saja dengan pensil di pojok kanan atas. 



Nah, jika semua tahapan ini dilaksanakan dengan baik insyaAllah Laporan Realisasi keuangan lebih rapih dan benar. Laporan Realisasi Keuangan yang dilaporkan akan sama dengan bukti transaksi yang ada. Jika ada Laporan Realisasi Keuangan yang tidak ada Bukti transaksinya maka transaksi tidak akan diakui atau tidak di ACC. Sebaliknya, jika ada bukti transaksi yang tidak tercatat di Laporan, maka pihak keuangan akan mengkroscek kepada pelaksana.
Demikian Tutorial ini saya buat, dengan harapan bisa menjadi membantu he he...

Foto-foto koleksi pribadi :D

Share:

3 komentar:

  1. Mbak, dibantu dong :( kalau ada transaksi yang nggak ada notanya terus laporannya gimana ya? seperti uang bensin gitu? soalnya kemarin-kemarin belum tahu kalo bisa minta struk di spbu

    BalasHapus
  2. Emm.. sebenernya beda lembaga sering beda aturan sih. Kalau yang sudah terlanjur bisa dibuatkan nota sendiri (beli buku nota). Tapi tetap buat per tanggal. Terus minta validasi ke tempat pembelian barang. Bisa tandatangan atau stempel.
    Buat jaga-jaga kita memang harus sedia nota kemanapun kita pergi. Kalau ada warung yang nggak menyediakan nota/bukti pembelian, langsung aja penjualnya disuruh nulis + tandatangan + tulis nomer HP toko. Hehe..

    Selain itu ada pengeuaran yang juga jenis pengeluaran yang nggak ada buktinya dan kalau dibuatkan nota malah jadi aneh dan nggak masuk akal. Kayak,, ongkos naik angkot. Itu biasanya kalau lembaga yang udah bagus management keuangannya, ada kebijakan pembuatan Berita Acara Non Bukti. Jadi kita bikin berita acara untuk pengeluaran yang nggak ada notanya.

    Itu dari pengalaman saya 3 tahun lalu. Mungkin sudah banyak perubahan. Jadi kalau bisa cari sumber lain. Trimakasih. Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  3. oh gitu mbak. belum pengalaman saya, hehe... terima kasih

    BalasHapus