Minggu, 17 Juni 2012

Imajinatifnya Sang Penandai

Judul : Sang Penandai
Penulis : Tere Liye
Jenis Buku : Fiksi – Novel
Tahun terbit : 2006
Penerbit : Serambi
Jumlah halaman: 364 halaman
Perolehan : Dibeli sama adek di obralan Gramedia 

Kisah di novel ini diawali dengan perpisahan. Perpisahan sepasang kekasih. Klise memang. Dan mungkin memang itulah cerita yang sengaja dibuat oleh sang penulis. Jim, tokoh utama dalam cerita ini adalah pemain music di kotanya. Di suatu pesta pernikahan yang menghadirkannya untuk memeriahkan pesta, ia bertemu dengan Nayla. Singkat cerita merka jatuh cinta, namun karena kehendak orang tua, mereka berpisah. Nayla harus mengikuti kemauan sang ayah. Tak sanggup berpisah dengan Jim dan tak bisa mengharapkan Jim untuk membawanya pergi, Nayla pun bunuh diri. Dikisahkan bahwa perpisahan itulah yang membuat Jim, tokoh utama dalam novel ini amat terpuruk dan tertakdir bertemu dengan sang penandai.

Sang penandai adalah sang pembuat dongeng dunia. Dongen yang diceritakan turun temurun, melalui kisah-kisah sebelum tidur. Dan kenampakannya pada Jim tidak lain adalah untuk mengajak jim menjadi salah satu pengukir dongeng itu, dongen yang nantinya juga akan dikenang oleh seluruh dunia. Dongeng tentang cinta, tapi bukan cinta yang rapuh. Bukan dongeng cinta yang berakhir nestapa, tentang dua anak manusia saling mencintai yang tak bisa bersatu karena keluarga, kemudian tak kuasa untuk tidak bersama maka salah satunya bunuh diri hingga yang satunya pada akhirnya menyusul mati juga. Kisah cintah abadi katanya. Bukan, bukan kisah cinta seperti itu yang akan dijadikan dongen oleh sang penandai melalui Jim yang juga ditinggal mati kekasihnya. Melainkan dongen bahwa pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya.

Dan begitulah, pada akhirnya legenda pun dimulai. Melalui petunjuk sang penandai, akhirnya Jim bergabung dalam sebuah pelayaran menyebrangi samudra tak terbatas, demi menemukan daratan yang belum ada dalam peta. Armada kota terapung menuju ke tanah harapan. Begitulah petualangan itu dimulai, jim benar-benar bergabung dalam pelayaran tersebut. Dan tentu saja ini tak mudah baginya.

Mulai dari kelasi rendahan. Ia dikenal sebagai kelasi yang menangis karena wajahnya yang muram, meratap dan sering menangis. Dan untuk menghibur diri ia membuat alat music seadanya seperti dawai petik dan malah lebih menambah kesedihannya. Kemudian ia bersama temannya pate dijadikan sebagai panekuk oleh pemimpin rombongan, laksamana Ramirez. Pada persinggahan kedua di pulau champa luka jim terbuka lagi, anak dari raja penguasa kota itu amatlah mirip dengan kekasih nya Nayla. Hal ini kembali menyiksanya. Alkisah kota itu sedang menghadapi pemberontakan dan seluruh awak kapal armada kota terapung memutuskan untuk membantunya. Jim diangkat menjadi Timpalan Laksamana kembali bersama pate sahabatnya. Dalam aksinya menyelamatkan putri raja champa dari penghianatan adik raja, Jim mendapatkan tempat tersendri dihati putri itu. Perjodohanpun diumumkan, namun pada akhirnya Jim memilih untuk meneruskan perjalanannya dan memenuhi dongengnya.

Di perjalanan selanjutnya jim sudah naik pangkat lagi menjadi Kepala pasukan, masih bersama sahabatnya. Dan diekspedisi selanjutnya ini terjadi pertikaian dalam rombongan armada kota terapung. Pertikaian antara armada yang ingin pulang karena merasa perjalanan ini sia-sia dan tak kunjung mencapai tujuan melawan armada yang tetap setia kepada laksanama ramires. Di penghunjung perang saudara itu akhirnya perjalanan mencapai titik terang, teropong menangkap segaris tipis bibir pantai.

Di penghujung cerita, Jim tak juga mengerti sebenarnya dongeng apa yang harus dia wujudkan. Jika laksamana ramires mempunyai dongeng untuk menemukan bungamas yang akan mewujudkan harapan2nya (sesuatu yang ia ketahui di tengah kisah bahwa ada orang lain yang juga sedang menjalankan dongeng yang dijanjikan oleh sang penandai selain dirinya), maka jim masih belum tau sebenarnya apa dongeng yang akan dia ukir. Maka di kesempatan terakhir ia bisa menjumpai sang penandai, iapun memanggilnya, hingga akhirnya dia tau, dongengnya adalah membuktikan pada dunia bahwa kita tetap masih bisa hidup dan melakukan hal-hal luar biasa meski ditinggalkan oleh orang yang sangat kita cintai. Karena seharusnya pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya. Dan itu telah dibuktikan oleh jim melalui ekspedisinya bersama armada kota terapung menuju tanah harapan.

Akhirnya jim pun mati terbunuh oleh barikade perawan yang berusaha melindungi ngarai tempat bungamas itu tumbuh. Bungamas yang menjadi tujuan akhir dongeng laksamana ramires. Jim dan pate membantunya menemukannya. Pate telah tewas terlebih dahulu. Sedangkan jim, setelah mendengar penjelasan sang penandai akan dongeng yang tak kunjung ia mengerti dieksekusi mati oleh barikade perawan tersebut. Namun demikian ia mati dalam keadaan tenang. Karena seperti apa yang selalu ingin diberitahukan oleh sang penandai kepada jim, ia berhasil memaafkan dirinya atas kematian Nayla, ia berhenti menyalahkan diri sendiri dan melepaskan penyesalannya.

Begitulah, akhir dari cerita ini. Dan kita bisa mengambil pelajaran dari dongen yang dibuat oleh Jim, bahwa pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya. Satu hal lagi, hal yang sama dengan yang ada di novel “Sang Alkemis”, “Sang Penandai” berkata “Setiap kali seorang anak manusia terpilih untuk menjalani kisah-kisah ini, maka seluruh semesta alam menggabungkan diri berharap dan membantunya… Setiap kali seorang anak manusia memutuskan untuk mewujudkan mimpinya , seluruh semesta alam bersepakat menunjukkan jalan-jalannya…”. Sekali lagi cerita tentang mewujudkan mimpi…

Lebih dari semua itu penulis novel ini membuat setting dan latar belakang yang sama sekali fiktif. Mulai dari tokoh-tokoh, nama-nama tempat, kejadian-kejadian dan legenda-legendanya. Melibatkan daya khayal yang tinggi, lepas, tak terikat oleh apa lazimnya yang ada. Atau jika tidak, ia berimajinasi tingkat dunia, karena punya pengetahuan tingkat dunia. Jadiiiii, keren :D

Islam Militan? Haaa berat ni beraat..

Judul : Islam Militan
Penulis : G. H. Jansen
Penerjemah : Armahedi Mahzar
Tebal : 320 halaman
Tahun terbit : 1980
Penerbit : Perpustakaan Salman ITB Bandung
Perolehan : Minjem di Perpustakaan PW PII JOGBES

Lucu. Satu kata yang terpikirkan ketika membaca buku ini. Sebenarnya agak ketinggalan jaman menulis resensi buku yang sudah diterbitkan sejak 31 tahun yang lalu. Bukan “agak” tapi memang “sangat” ketinggalan jaman. Tapi percayalah meski telah diterbitkan 31 tahun yang lalu, buku ini masih relevan, setidaknya menurut saya. Malahan, buku ini seperti ramalan jangka panjang yang coba dianalisa oleh penulisnya. G. H. Jansen dengan segudang pengalamannya mencoba menganalisa kondisi islam militant di masa depan. Kalau buku itu diterbitkan 31 tahun yang lalu dan membicarakan masa depan, maka sekaranglah masa depan itu. Oleh karena itu, kita justru langsung bisa sedikit mengkorelasikan apa yang ia ramalkan di masa lalu dengan kondisi nyata saat ini. Dengan kata lain analisa atau jenis penulisan yang dilakukan oleh G. H. Jansen adalah prospektif analisis.

Bukan suatu kebetulan saat saya membaca buku ini adalah saat dunia islam timur tengah dikabarkan sedang mengalami “revolusi”. Kita telah tau apa yang pada awalnya terjadi di Tunisia kemudian berlanjut ke Sudan, Mesir, Al-Jazair, dan seterusnya. Pergolakan yang terjadi disana memunculkan banyak pendapat bagi pengamat timur tengah. “Kekhawatiran” akan munculnya persatuan umat muslim sedunia mulai mengangkasa.

Jadi, buku ini berisi menganai analisa penulis mengenai islam militant di seluruh dunia. Islam yang fundamental, yang memegang teguh akar-akarnya dan pondasi-pondasi keagamaannya. Dimulai dari pembahasan mengenai apa itu islam yang dirangkum dengan tema TOTALITAS ISLAM, penulis menggambarkan dengan ringkas tentang islam pada umumnya. Tidak mengejutkan jika pembaca justru mendapatkan pemahaman baru mengenai islam dan sejarahnya di buku ini. Pembaca yang “umum” yang belum memahami islam akan sangat terbantu untuk memahaminya dengan hanya membaca BAB ini. Penggambaran yang dilakukan oleh penulis adalah, betapa islam adalah agama yang mencakup seluruh segi kehidupan dan menyeluruh. Islam adalah agama yang akan tetap hidup, dari sejak ia ada.

Dalam bab VITALITAS ISLAM, penulis mulai mengenalkan apa itu islam militant. Dari bab ini kita akan tau betapa islam adalah agama yang sangat kolot sekaligus eksklusif, kaku sekaligus tegas. Islam memiliki vitalitas yang tinggi dalam hal mempertahankan ajarannya. Dalam suatu masa selalu saja ada segolongan umat yang mempertahankan hal itu. Disini juga digambarkan bagaimana dengan islam bisa berkembang sangat cepat dibandingkan agama-agama terdahulu. Digambarkan bagaimana islam telah cepat berkembang di Negara-negara afrika dan asia, serta di Negara-negara dunia ketiga. Bukan hanya kuat untuk melawan tantangan-tantangan fisik dalam peperangan, islam juga punya vitalitas yang tinggi dalam membendung arus modernisasi yang dapat melunturkan ajarannya. Ini juga ada kaitannya dengan bab selanjutnya yang membahas tantangan islam militant.

Di bab TANTANGAN dijabarkan hal-hal yang selama ini menjadi tantangan bagi islam secara umum. Mulai dari konflik antaragama, perang fisik, penjajahan, perang pemikiran, modernisasi dan industrialisasi. Ada dua agama kuat di dunia ini: Islam dan Kristen. Keduanya mempunyai akar sejarah yang sama dan sama-sama monotheis, namun justru inilah yang membuat kedua agama ini menjadi agama yang saling berseteru dan bersaing. Namun, menurut penulis dari buku ini, sesungguhnya Kristen tidak pernah benar-benar menjadi saingan Islam. Sekeras apapun kaum misi menyerbarkan agama Kristen, mereka sampai pada kesimpulan bahwa mungkin mudah bagi mereka mengajak masuk Kristen bagi orang-orang pelebegu (istilah yang dipakai penerjemah untuk mengatakan kaum animism), namun butuh usaha yang sangat keras untuk menjadikan seorang yang sudah Muslim menjadi Kristen. Alih-alih menjadikannya Kristen taat, usaha maksimal yang bias mereka lakukan adalah hanya mengganti statusnya saja, dengan budaya islam yang masih akan sangat melekat kuat pada satu orang atau satu kaum.

Tantangan fisik seperti penjajahan dan peperangan tidak lain adalah lahan JIHAD bagi umat muslim. Sedangkan bagi kaum lain yang menyerang Islam, mereka bisa membawa bermacam kepentingan termasuk kepentingan ekonomi, politik, dan agama, jadi disini umat Islam sama sekali tidak bisa bersantai.

Tantangan selanjutnya yang bisa dikatakan sebagai tantangan paling mengerikan bagi umat Islam adalah perang pemikiran. Diulas secara terpisah, bagaimana kaum yang lain mencoba mencoba melakukan pembodohan melalui jalur pendidikan, baik batasan-batasan yang diberlakukan hingga system yang dibuat sama sekali westernis. Masih dari dunia pendidikan, selanjutnya bagaimana kaum orientalis menjadi suhu-suhu dan guru-guru bagi orang Islam yang ingin belajar Islam adalah suatu keganjilan yang nyata. Dan dari sinilah pemikiran sarjana-sarjana muda Islam mulai terakulturasi oleh pendidikan barat. Terbukti dengan pernyataan Hurgonje yang kurang lebih berbunyi ‘Tidak ada harapan yang bisa diterima akal untuk mengubah sejumlah besar pengikut Muhammad menjadi penganut agama Kristen sekte manapun…….. tidak dapat disangka bahwa satu-satunya yang mereka inginkan hanyalah membawa pengikut Muhammad supaya enggan menerima agama islam sepenuhnya’. Dan mungkin kita bisa merasakan dampak serangan intelektualitas dan budaya itu sekarang.

Dari bab 4 sampai akhir, buku ini menjelaskan bagaimana Islam menghadapi semua cobaan itu. Melalui bab berjudul “jawaban” diterangkan resolusi-resolusi kaum islam militant menghadapi tantangan tersebut, dengan kesimpulan bahwa akan sangat susah bagi Islam untuk menghasilkan “pemikiran kembali Islam dalam istilah-istilah modern” untuk mengahadapi era saat ini. Tidak lain dikarenakan oleh sifat dasar Islam itu sendiri. Karena “pemikiran kembali Islam” bisa berarti bukan Islam. Kemudian di bab 5 digambarkan gerakan-gerakan Islam militan di abad 20-an yang terjadi di banyak Negara, baik di Afrika, timur tengah dan bahkan Asia Tenggara yang diperlopori oleh Indonesia. Dan di bab terakhir konsep yang selama ini masih terus digarap oleh kaum Islam Militan masa kini apakah apakah akan membentuk “Negara Islam” atau “Tatanan Negara Islam Modern”.

Di bagian Epilog penulis seperti melakukan ringkasan apa yang mungkin terjadi pada Islam Militan di Negara-negara Islam. Menurut penulis, dari semua Negara-negara Islam tersbut, yang mempunyai masa depan cerah mengenai perkembangan Islam Militan-nya adalah Mesir dengan Ikhwanul Musliminnya, Sudan dengan ikhwanul muslimin setempat dan partai Ummat di bawah pimpinan Sadeq Al-Mahdi. Afrika Barat juga memiliki masa depan yang cerah. Negara-negaranya seperti Tunisia, Aljazair, dan Maroko dipimpinan oleh orang-orang Islam yang militant ditambah gerakan-gerakan radikal berbasis kampus mirip Ikhwanul Muslimin yang juga ada disana.

Sedangkan untuk Negara-negara seperti Indonesia dengan Nasionalisme Sekulernya, Pakistan yang sulit membawa islam ke ranah tata Negara dan fanatic golongan yang kuat, Iran juga dengan fanatisme golongan yang kuat, Afganistan yang sangat kolot, Turki yang Sekuler, Irak, Syria dan Lebanon yang lebih banyak mengurusi golongan (sekte)nya dan menimbulkan perpecahan, Palestina kota suci 3 agama itu bahkan mempunyai masalah yang lebih kompleks, Saudi Arabia dengan Monarki Absolut yang tamak menjadikan Islam Militan sulit berkembang disana.

Hingga semuanya itu sampai pada kesimpulan bahwa penulis tetap menyarankan bahwa Islam memang harus melunak jika ingin mencapai kemajuan seperti halnya Kristen. Namun disaat yang bersamaan itu juga tidak mungkin. Karena Islam Militan yakin sepenuhnya akan kebenaran kepercayaan-kepercayaannya. Islam Militan tidak akan menjadi lunak atau bertoleransi secara berlebihan. Ia tak akan berhenti berjaung secara mental, spiritual dan material sampai saat keyakinan-keyakinannya membentuk masa depan setiap Negara muslim.

Bagaimanapun penulis buku ini tetaplah seorang orientalis dan saya sebagai penulis resensi ini tetaplah seorang Islam. Dan dalam menulis, tidak pernah benar-benar subjektif atau benar-benar objektif. Dan apakah semua analisa penulis buku tersebut mendekati kebenaran? Pembaca mungkin lebih bisa merasakannya sekarang. Bagaimana perkembangan Islam Militan saat ini? Apakah sesuai dengan analisa penulis? Jawab sendiri ya!!!

Antara Sang Alkemis dan Sang Penandai

Judul : Sang Alkemis
Pengarang : Paolo Coelho
Penerjemah : -
Penerbit : -
Tahun terbit : -
Jumlah halaman : 129
Perolehan : diDownload (E-Book) sama adek he he….

Haaaa, kisah yang menarik. Eh gak ding, sebenarnya kisahnya yang sangat fiktif itu bisaa aja. Karena sebelum ini saya pernah membaca novel yang mirip: “Sang Penandai”. Mungkin bagi kebayakan orang, kedua Novel itu tidak bisa dibandingkan. Tapi bagiku keduanya, pada dasarnya mirip. Dan sekali lagi, dua-duanya fiktif!! Tentang perjalanan seorang pemuda yang berjuang mewujudkan legenda pribadinya.

Jika dalam novel “Sang penandai” tokoh utamanya Jim pada akhirnya berkelana untuk mencari legenda pribadinya setelah mengalami kisah memilukan tentang cintanya, maka Santiago, tokoh utama yang lebih sering disebut si bocah di novel “sang alkemis” memulai petualangan mewujudakan legenda pribadinya karena mimpinya.
Yang luar bisaa, dan membuat pembaca novel ini (setidaknya saya) seperti tersetrum daya magis adalah kata-kata yang terlontarkan baik oleh penulis maupun oleh tokoh dalam novel itu. Seperti:

  • "Aku hanya menafsirkan mimpi. Aku tidak tahu cara mengubahnya menjadi kenyataan, ltu sebabnya aku harus hidup dari pemberian anak-anak perempuanku." Kata seorang peramal Gipsi di novel itu, pernyataan yang amat menggelitik.
  • Menurut Raja Saleem (orang yang myakinkan si bocah untuk mewujudkan legenda pribadinya), dusta terbesar di dunia adalah: bahwa pada saat tertentu dalam hidup kita, kita kehilangan kendali atas apa yang terjadi pada diri kita, dan hidup kita lalu dikendalikan oleh nasib. Itulah dusta terbesar di dunia."
  • Kemuadian : "Dan, saat kamu menginginkan sesuatu, segenap alam semesta bersatu untuk membantumu meraihnya."
  • "Tapi, kalau bisa, cobalah untuk membuat keputusan sendiri. Harta karun itu ada di Piramida; itu sudah kamu ketahui. Tapi aku harus menuntut bayaran dengan enam domba karena aku sudah membantumu membuat keputusan.
Haaa, pokoknya menurutku, semua percakapan antara si bocah dengan raja saleem itu benar2 mengena, sederhana tapi maknanya daleeem. Bagaiman dia menceritakan kisah penambang batu, tukang roti dan kebanyakan orang dimuka bumi ini yang lebih memilih menyerah dan hidup nyaman dengan apa yang sudah dia dapatkan ketimbang mewujudkan apa yang pernah mereka impikan_jadi kesindir_

Dan sebenarnya lebih banyak lagi hikmah yang tertuang dalam kisah si bocah mewujudkan legenda pribadinya. Hikmah yang tersirat dan memang harus dimaknai sendiri oleh pembacanya.

Hikmah tersirat yang bisa saya ambil adalah: wujudkan mimpimu, jangan ragu!!! Sesungguhnya kita telah tau apa yang harus kita lakukan, sebesar apa kemampuan kita. Dan seperti apa yang telah disampaikan Tuhan, seluruh alam semesta ini diciptakan untuk manusia, jadi ia pasti akan membantu kita dalam mewujudkan mimpi2 itu.

Satu lagi, "Orang-orang bijak memahami bahwa dunia alami ini hanyalah suatu citra dan tiruan surgawi. Keberadaan dunia ini sekadar suatu jaminan bahwa di sana ada sebuah dunia yang sempurna. Tuhan menciptakan dunia supaya, melalui bendabenda yang dapat dilihat, manusia mampu memahami ajaran-ajaran rohaniNya dan kearifanNya yang menakjubkan. Itulah yang kumaksud dengan tindakan."

Di novel ini juga disampaikan tentang keyakinan-keyakinan, pertanda-pertanda, berbicara pada hati, berbicara pada seluruh partikel di muka bumi ini dan jiwa buana. Dan mungkin itulah prinsip dasar alkemis, bahwa pada dasarnya semua itu satu saja.

Dan, oh ya! Satu adegan yang membuat saya berpikir entah benar atau tidak bahwa ketika si bocah meminta tolong pada gurun, kemudian gurun menyuruhnya meminta tolong dan bertanya pada angin, angin menyuruhnya meminta tolong dan bertanya pada matahari. Kemudian matahari menyuruhnya bertanya pada tanggannya sendiri, karena mereka juga menjalankan perannya berdasarkan apa yang telah dicoba ditentukan oleh tangan itu. Jadi memang seluruh jagad raya ini tercipta untuk kita manusia.

Jadi 100% novel ini menarik karena kata-katanya. Muatan-muatan filosofis dalam mengupayakan kebenaran suatu hakikat _atau hakikat kebenaran ya?_ yang menjadi nilai terpenting dari novel ini. Karena pada dasarnya ini adalah cerita tentang mewujudkan mimpi seperti halnya yang banyak terdapat pada novel-novel lain.

Di novel ini juga diselipkan kisah cinta, konsep cinta yang berbeda dengan pemilikan. Menarik bukan? Entah ini resensi, atau synopsis atau hanya sekedar cerita, tapi yang pasti kalian harus baca novel ini!!!

Cemburu pada Delisa

Judul : Hafalan Shalat Delisa
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2005
Jml halaman : 248 halaman
Perolehan : Minjem punya Mb.If “insentif kedua” katanya :D

Kisah ini adalah tentang keikhlasan. Tentang berbuat segala seuatu hanya karena Allah. Kisah ini adalah tentang kalung, yang dijanjikan akan dihadiahkan oleh ibunya Delisa jika dia sudah bisa melakukan sholat sendiri lengkap dengan bacaan-bacaannya. Kalung dengan huruf D menggantung sebagai liontinnya.

Bersetting di serambi mekah, Aceh, novel ini diceritakan dengan sudut pandang orang ketiga. Penulis menceritakan dengan indah kisah kepolosan anak bernama delisa. Polos yang sungguh polos. Anak seusianya tentu saja masih melakukan hal-hal atas dasar kesenangan semata, mana dia tau tentang ikhlas dan melakukan sesuatu karena Allah. Termasuk betapa gigihnya ia dalam menghafalkan bacaan-bacaan sholat karena iming-iming kalung dari ibunya. Juga ketika ia berkata “Aku mencintai Ummi karena Allah..” hingga membuat umminya terharu. Ternyata itu pun ia lakukan karena ia dijanjikan akan mendapat hadiah dari ustadznya, jika ia melakukannya sampai umminya menangis. Dan delisa pun mendapatkannya, mendapatkan coklat dari ustadznya.

Hingga sampai pada saat bencana tsunami melanda aceh, yaitu saat Delisa sedang menghafalkan bacaan sholatnya di depan guru sekolahnya. Seketika semua berubah 180 derajat. Semua keluarga delisa tewas kecuali Ayahnya, karena memang Ayah Delisa sedang tidak ada di tempat. Ia sedang bertugas di luar negeri. Dan satu yang masih belum jelas keberadaannya: Ummi Delisa. Berhari-hari Delisa tersangkut di semak-semak dan tak ada yang menolongnya, sampai pada saat salah satu tentara dari Helikopter Superpuma menemukannya.

Delisa selamat dengan satu kaki harus diamputasi karena luka parah hingga membusuk. Ayahnya yang langsung terbang ke aceh dari kanada terus berupaya mencari anggota keluarganya yang selamat. Pada akhirnya ia bertemu dengan Delisa. Berdua, mereka mencoba menjalani hari-hari dengan canggung. Namun demikian delisa tetaplah anak yang polos dan periang. Meski ia sempat menangis tersedu-sedu mengetahui ketiga kakaknya yang telah tiada dan umminya yang belum kunjung ditemukan, ia tetap bisa menerimanya. Tiap sepekan sekali ia berkunjung ke pemakaman massal, bercerita kepada ketiga kakaknya yang terkubur disana.

Ada satu hal yang sangat mengganggu Delisa, saat bencana itu terjadi ia sedang mengahafalkan bacaan sholatnya. Dia merasa sudah bisa melakukannya. Tapi kini, ia sangat sulit sekali untuk mengingat, bahkan sedikit dari semua bacaan sholat itu. Ia juga begitu merindukan ibunya, dan merasa Allah sangat tidak adil padanya, melihat ummi salah satu teman baiknya telah kembali. Ia terus berontak, kenapa umminya tak kunjung kembali??!! Sampailah ia sakit dan tak sadarkan diri, di tengah sakitnya itu, ia bermimpi bertemu dengan umminya. Delisa seperti mengalami pengalaman spiritual tentang makna sebuah kata ikhlas. Bahwa tidak boleh melakukan sesuatupun bukan karena Allah. Hingga akhirnya ia mengerti.

Hafalan sholat itu, seperti kembali menempel dalam ingatannya. Ia bisa melafadzkannya begitu saja. Dan ia juga mengerti apa yang Allah kehendaki atas dirinya.

Pada akhirnya di sebuah perjalanan pulang dari mengaji, delisa yang hendak mencuci tangan di sungai menemukan hadiah terindah yang ia impikan selama ini, hadiah yang tidak boleh dilihat sebelumnya, hadiah jika ia bisa menghafal bacaan sholat, hadiah dari umminya. Kalung indah berliontinkan huruf D tergeletak di seberang sungai tempatnya mencuci tangan.

Disini, para pembaca akan dibuat terkagum dan terharu akan pengalaman spiritual seorang gadis kecil nan polos bernama Delisa ini. Gadis yang baru berumur 6 tahun. Betapa disayangnya ia oleh Allah, hingga diusianya yang masih sangat belia itu telah diberi pelajaran mengenai makna ikhlas. Ikhlas kata yang sulit tereja oleh laku. Bahkan pada tiap lembaran kejadian yang tertulis dalam novel itu, sang penulis memberikan tanda bintang dan keterangan di bawahnya sebagai catatan kaki. Keterangan, betapa irinya ia dengan gadis kecil bernama Delisa ini. Tentang hal-hal luar bisaa yang terjadi pada diri anak kecil ini. Betapa ia seperti diasuh langsung oleh tangan-tangan malaikat. Saat ia terdampar berhari-hari, menemukan segunduk apel untuk dimakan dan air hujan untuk diminum, saat tentara menemukannya karena tubuhnya yang bersinar, dan pengalaman-pengalaman spiritualnya yang mengajarkan makna ikhlas dan memahami hidup. Ya, pada anak berusia 6 tahun itu penulis cemburu. Begitupun aku.

Oya, sebenarnya aku membaca novel ini sudah sejak 4 tahun silam di terbitan pertamanya. Saat membuat ringkasan ini dan membuka halaman-halamannya lagi, sensasinya masih sama seperti saat membacanya 4 tahun silam.

Kata mereka tentang Aku dan mimpi =)

Seorang teman berkata
“orang kayak kita tu gak pantes lulus cepet2 mbak..”
“orang kayak kita? Orang kayak apa?” tanyaku
“Kita yang selalu merasa tidak puas dengan kebermanfaatan diri”

Lalu…
“haaah, kalo aku tu dah mentok boi”
“manna ada sih mbak kata mentok” jawabnya

Kemudian…
“kalo bias saya sarankan yaaa.. cepatlah selesai kuliah, kayak si A, si B, si C. kalaupun ada hal lain yang harus dikerjakan, tetaplah buat target dan perencanaan, kapan harus gini, kapan harus gitu… kayak si A, si B, si C…”
Kali ini aku diam dan mengangguk-angguk. “Hu’u – hu’u…”

Trus…
“emang gak ada mbak yang kebayang untuk mbak lakuin dengan apa yang sekarang mbak tekuni, di bidang ini…?”
“Ada siiih, karena kalo dipikir ya bermanfaat juga, bias mengintegrasikan system kesehatan nasional kan luar biasa…” kataku
“nah itu, karena aku tau, mbak tu gak pernah pernah berpikir biasa aja. Pasti ada lah yang berbeda..”

Ada lagi…
“punya orang Turki, ada beasiswa S2nya juga lho kalo minat, coba aja…”
“bidangku mah di Australi, atau malah India..” mencari alternatif
“ow jangan salah…”

Juga ini…
“cepatlah bu… selesaikan itu skripsimu, trus kerja, trus nikah…, bantu suamimu nanti buat biaya nikahan, buat sewa kontrakan..”
“ha ha ha ha….” Ngakak guling2…

Yang ini agak dramatis
“You have to promise that we’ll be faithfull, and there will be lots a lots of love, it is the thing that really matters in this word…” kataku
“first, make promise with u’r self mbak…”
Dan aku nangis guling2..

Menjelang miladku yang ke-21 tahun lalu, tahun 2010. Aku sempat bertanya pada mereka…

Mengumpulkan kembali mimpi yang berserak
oleh Nunung Noor Hd pada 05 Februari 2010 jam 22:18

Sehabis ikut kajian soal mimpi. Kebetulan juga habis baca sang pemimpi. Ada satu kalimat tak terlupa dan terus menggelayut di pikiranku. "Ambil lagi mimpi-mimpi yang dulu pernah terbayang, yang ini, yang itu, masukkan lagi dalam kepala" kira-kira begitulah kata pematerinya full body language.

Saat itu juga pikiranku melintas ke masa lalu. Masa ketika aku mulai bisa mengingat. Tentu saja untuk mengembalikan mimpi2ku. Susah payah aku mengingatnya karna ternyata baru kusadari, tlah banyak yang kutinggalkan dan tercecer, berhamburan disana-sini.

Bahkan sulit bagiku mengingat semangatku yang dulu. Adakah yang mau bercerita bagaimana aku dan mimpiku juga mungkin semangatku saat kalian mengenalku? Fuih! Aku punyai gangguan ingatan nih....
Lalu, kata mereka…

Princess Nea Km,prnah nuLis cerpen dLu.. Aq baca,tp Lupa.Kaya'a ada ttg radio'a.Hehe..
Km yg q ingat,bgitu sdrhana,n mudah akrab.SimpeL n bijak.HweLehh...
Btw,piye kabare Bu?
06 Februari 2010 jam 5:16

Lina Az-zahra Yah bgtu lah n0or hidayati. Sering lupa ny dr pd ingetny.. D ambil gy n00r. Truz d lem pake lem kastol biar kece2ran gy.. Suka mbyangkn tp g d tulis.. Hhe.
06 Februari 2010 jam 8:24

Nhirta Bisa kamu sring telat dlm sgla hal..
06 Februari 2010 jam 11:20

Cucu Sulastri stu hal yg prlud ingat, bkn sbrph bnyk mimpi yg kt pnya tp sbrph kuat mimpi yg kt ingin wjudkn.
06 Februari 2010 jam 16:21

Miki Arnoldi Dalam mimpi yg sempurna..
07 Februari 2010 jam 8:17

Rahmi Wijayanti
dulu aku sering iri padamu karena kamu mempunyai begitu banyak mimpi..dan rasa-rasa nya kamu punya kekuatan yagn besar untuk mewujudkannya seperti halnya ketika kamu menggebu-gebu ketika menceritakannya pada ku.

masih teringat ketika kau tak... mengumpulkan uang jajan mu hanya untuk membeli buku kiat jitu menulis karena mimpi mu ingin menjadi seorang penulis, lebih memilih untuk membeli cerpen, novel, dan buku non fiksi lainnya dibanding inventaris fashion yang kau anggap kurang penting.
lantas itu apa??

obsesi untuk menjadi seorang penyiar radio,,
karena kau telah mampu mengenal dirimu sebagai seorang yang berkemampuan vokal yang baik.
lantas itu apa??

obsesi untuk menjadi seorang yang bekerja di balik layar...
menjadi sutradara, karena menurut mu dakwah bisa menjadi efektif ketika itu di campur dengan hal-hal yang menarik dan mudah dipahami oleh orang lain
lantas itu apa??

obsesi mu untuk melihat pantai lombok...
lantas itu apa???

obsesi mu untuk s2 di australia...
lantas itu apa???

lantas apa yang yang kau pikirkan sekarang???
hanya memikirkan ketidakmungkinan kah???
atau menyalahkan dirimu sendiri...(aku takkan mampu)
untuk apa bermimpi ketika itu hanya menjadi sebuah wacana yang bahkan hanya menjadi sebuah dongeng di pulau mimpi mu untuk ku!!!!
lantas untuk apa kau bermimipi???
jika hanya menjadi sesuatu yang tak berguna....
sehingga sekarang jiwa terombang ambing dalam dunia pilihan apakah ingin menjadi seorang yang hidup dalam realistis atau hanya imaginasi...
pilihlah atau kau hanya tertelan oleh gelombang mimpi mu!!!Lihat Selengkapnya
08 Februari 2010 jam 16:36

Akifah Fatimah ayo mb'cpt cri kembali mimpi2 yang hilang itu kemudian dikukpulkan,.. tuk meraih mimpi yang nyata,.. semangat!!!
08 Februari 2010 jam 18:59

Fitri Rachmawati Meski kau lupa dg mimpi2 mu,,untung km msh ingt aq to bantu mengingatkanmu akn mimpi2 iT..
08 Februari 2010 jam 19:30

Fitri Rachmawati Km ingin jd pnulis,,aq tw it cZ km sering bqn cerpen+bli buku ttg pnulis it bareng aq nooR..Km jg pnya impian ttg kebUn
08 Februari 2010 jam 19:33

Arifah Maya harus ada yang dikorbankan entah mimpi itu akan kamu wujudkan ATAU akan kau singkirkan jauh2...itu smua hanyalah masalah SUBYEK dan OBYEK.itulah inti dari MENJADI KUAT!wujudkan dulu apa yang ada di depanmu dengna sebaik-baiknya, niscaya dengan sendirinya akan ada jalan menuju mimpi2mu..
09 Februari 2010 jam 7:27

Arifah Maya YANG PASTI BERLARILAH TANPA LELAH SAMPAI ENGKAU MERAIHNYA..
09 Februari 2010 jam 12:40

Rahmi Wijayanti jadilah penakhluk mimpi...bukan hanya sang pemimpi atau cukup realistis saja seperti halnya diriku!!!!!
14 Februari 2010 jam 16:07

Kutulis di hari ke-10 Ramadhan ini, q berdo’a… Rabb pemilik alam semesta.. peluklah mimpi-mimpiku…

Dan sekarang, 31 hari menjelang Ramadhan di usia 23 =)

Jumat, 15 Juni 2012

Moving On

-->
Maaf, postingan sudah dipindah ke Blog satunya

10 Januari 2012


Di perjalanan menuju kantor, di hari pertama kerja. Yah kerja.. istilah itu seperti  istilah keramat saja selama ini. Mengingat status saya yang sudah tidak kuliah. Kata itu sudah seperti kata wajib untuk menamai suatu fase setelah pendidikan. Apapun pendidikannya..
“Sekarang kerja dimana mbak Noor?”
“Belum kerja siih, tapi kalau kerjaan ada” seperti itu biasanya kalau saya ditanya. Nah, berarti saya termasuk penerima mazhab fase-fase kehidupan itu ya? Ha ha
Di jalan itu, saya antara percaya dan tidak telah menjadi salah satu bagian dari kerumunan orang berkendaraan di pagi hari untuk sampai tepat waktu di tempat kerjanya. Setelan seragam kantoran, sepatu phantofel, tas kantor (lazimnya sih seperti itu, tapi saya masih setia dengan tas gendong yang baru hari ini saya ketahui kalau jaitannya ada yang copot lagi), dan banyak juga yang pakai jaket karena mungkin jarak tempuhnya cukup jauh.
Cerita ini belum selesai dan baru saya tulis kembali setelah 5 bulan masa kerj Saya. Setelah 3 bulan training dan perpanjangan kontrak selama satu tahun di tanggal 10 April kemarin. Dan setelah itu saya belajar meresapi segalanya. SEGALA-GALANYA.
Asal tau saja, meski menurut kebanyakan orang saya menyebrang jauuuuh dari displin ilmu saya, tapi tidak menurut saya. Anda percaya kan, kalau takdir itu bekerja secara misterius? Kira-kira  begitulah takdir bekerja pada saya. Setidaknya, saya sudah membayangkan pekerjaan semacam ini sejak saya masih SD. Secara absurd, tanpa tau apa nama pekerjaan ini. Apapun, yang penting membantu masyarakat, baik secara komunal maupun personal untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Mengoptimalkan seluruh sumber daya yang tumpah dari surga di bumi Indonesia.
Fase saya masuk kuliah dan memilih berkegiatan di dunia kerelawanan kalau boleh jujur saya jalani seperti orang tidur/tidak sadarkan diri. Namun kemudian, entah bagaimana dapat terbentuk menjadi mekanisme yang mendukung. Memang saya telah memilih tapi tanpa kesadaran penuh. Apalagi soal kuliah! Yang saya pahami dari cita-cita absurd saya itu, maka saya haruslah kuliah di ilmu pertanian atau menjadi politikus (tanpa tau disiplin ilmu yang relevan). Sementara, keluarga yang memprospek saya untuk langsung “dapat kerja” begitu lulus kuliah mengarahkan saya ke jurusan ilmu-ilmu kesehatan. Padahal, ketika masih SMA dan sering mendapat brosur Sekolah tinggi maupun PTN/PTS, jurusan kesehatanlah yang paling saya abaikan. Jangankan saya baca, pegang pun tidak. JIka pada akhirnya saya masuk ke STIKES Surya Global Yogyakarta jurusan Kesehatan Masyarakat konsentrasi Rekam Medik, itu lebih karena kakak saya yang tidak tau beda jauh antara Radiologi dan Rekam Medik. Jika saja saat itu STTNas BATAN masih membuka pendaftaran, jadilah saya sebagai radiographer sekarang. Kemudian mati muda karena sering-sering terpapar radiasi, heee..
Setelah itu, entah bagaimana saya tersihir dengan kata-kata pemberdayaan masyarakat. Seperti sudah insting saja, tanpa tau maknanya. Satu kali mendaftar menjadi relawan PKPU dan gagal, kemudian mendaftar di relawan Rumah Zakat dan baru di pendaftaran kedua saya diterima dengan perjuangan yang berdarah-darah.. heu heu.. Disinilah semuanya mulai tereja sedikit demi sedikit. Saya sangat menikmati diskusi-diskusi dan kajian-kajian mengenai pemberdayaan masyarakat, terjun langsung dalam kegiatan masyarakat dan tentu saja edisi membaca ayat-ayat kauniah bersama teman-teman relawan. Yaah.. justru orang-orang yang ada di relawanlah yang mengajari saya banyak hal. Sadar atau tidak, mereka telah banyak merubah hidup saya. Ini, tidak hanya terjadi pada saya, tapi pada hampir semua orang yang tergabung dalam entitas ini. Kemudian intersection antara kesiapan dan kesempatan itu terjadi. Akhir tahun 2011 saat masa penantian wisuda , peluang itu hadir. Saya dilamar untuk dapat menempati posisi kosong karena mutasi beberapa pemegang amanah. And, Well…  This is It. I Love My Job.

Kamis, 07 Juni 2012

Rectoverso, sebuah makhluk hibrida


Aku lebih dulu kenal lagunya ketimbang bukunya. Gara-gara curhat dengan adik dan disuruhnya aku untuk jadi cicak di dindingnya saja. Kupikir darimana ia mendapatkan kata semenggelitik itu, ternyata dari lagu cicak di dinding, album Rectoversonya Dee. Dan setelah ku dengar…: Lucu!
… Kuingin jadi cicaaaak, di dindingmuu..
melekat menemani, membelai dinding jiwamu..
Dulu, pernah juga aku baca promonya: Rectoverso, dengar ceritanya, baca musiknya..
Sedang menikmati Mushashi sebenarnya.. ketika tergoda kelezatan Rectoverso

Dan Rectoverso yang ini berbentuk cerita pendek 11 potong. Curhat buat sahabat, selamat ulang tahun, aku ada, malaikat juga tau, peluk, cicak di dinding, hanya isyarat, firasat, tidur, dan 2 lagi dalam bahasa inggris yang tak kuingat dan tak kubaca. Tak sanggup ku baca yang 2 itu. In Bahasa Indonesia, Dee’s writing style sounds very artistic, nearly complicated right? So, You can’t hope it will be more simply in English. Haaa haaa..
Kesebelas kisahnya tak memerlukan nama tokoh. Cukup dengan kata ganti. Namun, kurasa di kisah “Peluk”, tokoh utamanya adalah Dee sendiri dan Marcel mantan suaminya. Kenapa aku begitu yakin? Karena aku punya firasat! Haaa.. Kira-kira apa komen Dee kalo tiba-tiba secara entah bagaimana dia baca tulisan ini? Pikirnya mungkin, “Itu firasat atau sok tau?!” Hmmm aku memang punya penyakit sok tau yang kronis..
Semuanya, eh maksudnya kesembilannya adalah soal cinta yang sederhana. Sederhana lahirnya, sederhana caranya, sederhana pelakunya, sederhana hilangnya, sederhana semuanya. Ini menurutku lho.. kamu boleh punya pendapat lain. Disana tak ada yang terlalu meletup tanda antusiasme berlebihan sebab kebahagiaan tak terkira.
Aku menangkap kesan manis di lagu aku ada, kesan lucu di lagu cicak di dinding, kesan syahdu di kedua-dua lagu dan cerita firasat… Begitulah kira-kira..
Haaa.. jadi ketularan flat!

Jumat, 01 Juni 2012