![]() |
Link Gambar |
Emmm, pernahkah kamu bercakap-cakap dengan dirimu sendiri? Baik
dalam percakapan yang bertentangan atau melengkapi? Aku sering. Bertanya suatu hal,
lalu menjawab sendiri, menyanggah sendiri, melengkapi jawaban sendiri dari berbagai
sudut pandang, dan, mengambil kesimpulan sendiri. Itulah yang dilakukan Dee
kurasa dalam Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Pasangan gay itu, percakapannya adalah
percakapan dalam diri Dee sendiri. Mungkin. Mungkin, mungkin. Tidak, tidak,
tidak. Bukan cuma itu. Bahkan itu adalah percakapannya sendiri ketika akan membuat
novel, membuat cerita. Kan, si Ruben sama Dimas sedang membuat cerita juga. Ada
sisi logis di Ruben yang pakai teori macem-macem dan Dimas di sisi melankolis dalam
meramu cerita dalam karya mereka. That was Dee. Memang, membaca karyanya membuatku
merasa sokkenal dengannya. Ehm! Habis, setiap karyanya kan memang seperti di
kasih nyawa dari dirinya sendiri.
Jadi, Supernova seri satu ini memang seperti jaring-jaring,
yang entah bagaimana terhubung. Siapa yang bikin jaring-jaring dan siapa yang
nyangkut di jaring-jaring nggak jelas. Sepertinya sih memang Ruben dan Dhimas
yang membuat tokoh Diva, tapi dibagian lain sepertinya justru Dhimas dan Ruben
lah yang ada dalam cerita Diva sebagai Supernova. Memang cerita ini sepertinya nggak
akan dimengerti tanpa membaca tuntas semua serinya. Ya, dalam jarring-jaring
yang dibuat di Supernova seri satu itu tersangkut cerita-cerita dan tokoh-tokoh
dalam seri lain yang masih di rahasiakan oleh penulisnya. Look! Penulis,
dalampenulis, dalam penulis, dalam PENULIS yang membuat cerita satu jagad raya!
Ah entahlah, nggak nyampe otak gue.
Supernova bukan novel Pop, at all!! Jadi jenis temanku yang
baca karya Andrea Hirata aja puyeng, baca ini akan tambah puyeng. Well, then,
sebenarnya kalau cerita Ferre, Rana dan suaminya saja yang diceritakan, maka
sesungguhnya itu sangat nge-pop. Cerita wanita yang jatuh cinta padahal sudah
punya suami dengan latar belakang apapun ada banyak. Cuman proses pembuatan
cerita itu oleh Ruben dan Dimas yang bahkan pakai teori Fisika Quantum plus
adanya Diva, itu bedanya. Yah itu tadi: cerita dalam cerita dalam cerita dalam
cerita. Sudah. Itu saja kesan saya sehabis baca buku Supernova: Ksatria, Putri dan
Bintang Jatuh.
Okkeeeee, buku apa aja yang sudah kubaca setidaknya dalam bulan
ini? Ya, ada 3 seri Supernova-nya Dee yang bikin gila, masih Dee dalam bentuk
Madre, and finally, I were finished The Journy-nya Gola Gong. Oya, aku memang
orang anti mainstream. Samasekali! Bukan karena anti mainstream lagi mainstream
sekarang. Tapi emang dari dulu begini. Aku nggak peduli buku apa yang lagi ngetrend
sekarang, selama aku nggak kepengen (baca: nggak mampu mendapatkannya), maka aku
nggak akan membacanya. Seperti contohnya, Supernova. Tu novel udah kukenal dari
sejak aku SMP. Waktu itu aku yang masih tinggal di negeri antah berantah, dalam
kesempatan 5 tahunan sekali pergi ke pusat kota yang ada Gramedianya, aku ketemu
sama Supernova. Bahkan waktu itu sudah seri kedua yang lahir. Seri Akar setelah
Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Masih dalam sampul yang lama, dan masih terbitannya
Truedee. Waktu itu, buku itu sangat tidak terjangkau! Jadi ya, hanya membaca sinopsisnya
di sampul belakang dan menyimak cerita Dee suatu kali tentang bukunya saat jadi
bintang tamu di acara campur-campur ANTV dengan host Rina
Gunawan yang belum pake jilbab. Beuuuuh, inget banget kan gue!
Dan sekarang, aku sudah membacanya! Tiga-tiganya! Ha haha.
Hmmm… Supernova memang masih tak terjangkau, tapi apa sih yang nggak bisa kalau
udah ada internet? Heuheuheu.. Yap! Aku baca 3 seri Supernova dalam bentuk PDF
di notebook. Maaf ya Dee. Dulu, pertama ketemu sama Elektra di Petir. Belum selesai
baca, PDFnya kepotong. Akhirnya cari sendiri sekalian tiga-tiganya, sekitar setengah
tahun yang lalu (eh, setengah tahun tu 6 bulan lhoo, jadi itu nggak lama!) dan baru
kubaca kurang lebih mulai dari 4 bulan yang lalu secara urut. Si Ksatria, Putri
dan Bintang Jatuh nggak dapet PDFnya tapi dapet format apa gitu.. yang akhirnya
setelah kucopast secara paksa dalam bentuk word jadi ancur gila. Mulai dari
Header, sub judul, isi, tanda sambung, catatan kaki, sampe footer semua sambung
menyambung menjadi satu tanpa putus. Tapi tetep bisa kubaca sampai makan waktu sekitar
4 bulan. Ha haaaa… ih, ceritaku ni penting
nggak sih? Penting! Karena setelah ini aku akan bilang kalau si Bodhi dan
Elektra kemudian aku kenal hanya dalam waktu kurang dari 24 jam! Ya, aku mulai baca
sekitar jam 9an pagi dan selesai sekitar jam 5 pagi lagi. Waktu itu weekend dan
aku sedang patah hati karena nggak jadi pulang ke Jogja karena hari kecepitnya nggak
libur. Heuheu…
0 komentar:
Posting Komentar