Rabu, 10 Desember 2014

The things they carried

Kemarin saat pindahan Surabaya-Jogja-Lampung, packing barang-barang dan menemukan lagi buku dengan judul diatas. Buku yang belum selesai dibaca. Tulisan Tim O'brien. Beli dari taun jebot di pameran atau obral buku Gramedia, lupa! Yang pasti harganya murah.

Tim O'brien ini Veteran perang Vietnam. Terekrut karena wajib militer. Selesai dari tugasnya hidup damai di kotanya bersama keluarga. Kemudian menuliskan kisah-kisahnya selama perang secara fiktif_dia bilang begitu. Tapi aku yakin, sefiktif-fiktifnya pasti banyak yang sungguh-sungguh pernah terjadi.

Diceritakan secara garing dan datar luar biasa. Aku sampe mati bosan. Ini sebenernya juga belum selesai aku bacanya. Kurang 2 bab.

Bayangkan ada 2 atau lebih laki-laki (yang hidupnya keras) usia 40an. Duduk di kedai kopi atau angkringan. Mereka mengobrol sambil menerawang tentang kehidupan masa lalu yang penuh perjuangan sekaligus kekonyolan khas anak muda. Sambil sesekali menghisap rokok, menenggak kopi dan mengunyak kacang. Terbatuk, mendengus dan tertawa singkat, haha! Maskulin banget pokoknya. Yah begitulah kira-kira. Garing. Nggak asik.

Udah gitu, banyak kisah yang diceritakan berulang tapi dengan tujuan berbeda. Dengan sudut pandang beda. Sudut pandang ia waktu kejadian berlangsung banding sudut pandang saat ia menuliskan kisah tersebut. Kadang pengulangannya karna 2 tema berbeda. Satunya bicara tentang kematian. Satunya tentang keberanian yang banyak/ keberanian yang sedikit (pengecut).

Begitulah...

Tapi tiba-tiba, ada ide yang nyangkut di kepala gara-gara novel garing ini: bikin cerita kayak gini tentang relawan. Ha ha ha. Kalau dipikir-pikir, aku sekarang sedang ada di fase seperti O'brien saat menulis novel ini. Veteran relawan, tinggal kesepian di kota_desa_nya dan kurang kerjaan. Waha! Oh satu lagi, terlalu banyak kenangan untuk diendapkan begitu saja. Mweheee...

Lagipula, kalau diingat-ingat, meski aku sering nulis, aku jarang banget nulis tentang relawan. Di note FB kayaknya kurang dari 5. Di Blog sama sekali ndak ada. Kecuali tentang personalnya. Dan yang di FB itu lebih ke laporan kegiatan. Dan padahal kemaren ada lomba nulis cerita dari relawan. Temanya tentang berbagi. Aslinya pengen ikut. But have no idea.

Subuh-subuh bertapa mengaduk memori. Apa yang kurasakan tentang berbagi, slama ini, di relawan. Berharap bisa menimbulkan hasrat buat nulis. Tapi tidak terjadi apa-apa. Blank. Gelap! Kyaaa... Jadi curiga, jangan-jangan nikmat/hikmah berbagi selama ini belum pernah aku rasain. Kerasanya aku yang nerima banyak malahan. Kayaknya gitu. Hummm... Intinya nggak bisa nulis. Nggak ikut lomba dan nggak menang. Yeeee -_-

Jadi, tulisan-tulisan setelah ini adalah serial kerelawanan. Fiktif! Yang terinspirasi oleh kisah nyata dan akan segera difilmkan. Wohooo... Apabila ada kesamaan cerita/karakter/peristiwa itu adalah sebuah kesengajaan. Semoga ndak ada yang merasa dirugikan. Kritik dan saran bisa dikirim ke nunungnhd@gmail.com atau langsung aja komen :)

Sabtu, 06 Desember 2014

The rain will fall the rain will fall..

Hujan. Aku lupa, kapan terakhir kali sengaja menghujan-hujankan diri. Kalo ndak salah pas masih ngekos di Jogja di tempat jemuran :D

Kalau kehujanan di jalan sering. Pake atau nggak pake mantel. Atau pas ada kegiatan terus hujan padahal harus wira-wiri, hujannya ditabrak aja. Yang begitu juga sering. Nggak pernah mikir bakal kenapa-kenapa kalo kena air hujan. Kecuali barang-barangku yang bakal kenapa-kenapa kalau kena hujan. Kalo udah gitu milih nunggu sampe reda. Bersyukur banget kalo di tas lagi ada tas kresek. Barang masukin situ semua, baru dimasukin ke tas. Abis itu lanjuuut.

Aku punya kenangan yang pekat saat hujan. Tentang keceriaan, kepolosan dan jiwa tanpa bebannya kanak-kanak. Juga tentang kepasrahan sekaligus pengharapan yang sangat pada Yang Maha mengatur hidup. Meski masih kanak-kanak. Kenangan yang nggak akan pernah hilang. Kalau lagi nggak di rumah, trus hujan, trus inget kenangan ini bisa mewek dan kangen berat sama Babe.

Lama setelah masa kanak-kanak itu tak pernah memikirkan tentang hujan. Sampai saat pikiran suka mengejawantahkan satu-satu apa yang dirasakan. Dan yang terpikirkan saat aku abis kehujanan adalah, wajahku jadi seger dan berseri-seri. Semacam jadi agak cantik dikit. Huahuaaa... *tukan mau bikin tulisan melow gajadi

Alasan itu adalah alasan yang mirip dengan alasanku pake jilbab: Aku suka melihat bayanganku di siang bolong kalau lagi pake jilbab. Dengan kain menjuntai-juntai di kepala ala Annida. Ikon majalah muslimah waktu itu. Alasan yang aneh -_-"

Aku pernah cerita hal itu ke Bapak-bapak kantor, bahwa kalau lagi di jalan trus hujan aku malah menengadahkan kepalaku membiarkannya menyegarkan wajahku. Trus tau dong apa reaksi mereka. Iya, aku diketawain. Tapi biarin :p

Ada banyak lagu manis juga tentang hujan. Hujan-Utopia. Waktu hujan turun-SO7. Hujan jangan marah-ERK. Perempuan hujan-The Rain. Rindu pelangiku-Sherina. Menjemput impian-Kla Project. It's gonna rain-Ost. Samurai X. Tears drop in the rain-Lagu Korea gatau sapa yang nyanyi. Dan yang most Vavorito: The rain will fall-Mocca.

All that i need now
Is the rain to fall from the sky
To wash away my pain inside
All that i need now
Is the rain to fall from the sky
The rain will fall
The rain will fall

Hahaa.. Emang kalo mau nangis tapi nggak ketauan nangisnya sambil hujan-hujanan.

Kemaren abis hujan-hujanan di jalan. Senyum-senyum sambil ribut memanjatkan do'a. Salah satunya: semoga busi motornya nggak konslet dan bikin mogok lagi haaa... Sampe rumah disuruh nganter ibu kondangan. Langsung laksanakan tanpa ganti baju. Ikut masuk dan makan pake baju basah. Waaa...

Trus ini aku kutipkan tulisan kece badai tentang keberkahan hujan dari buku lapis-lapis keberkahan karya Salim A Fillah. Biar ni tulisan nggak cuma curhat doang. Hee...

Dalam hujan di lapis-lapis keberkahan, Nabi Shalallahhu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk mentauhidkan Allah sebagai satu-satunya yang kuasa menurunkan karunia. Tersunahkan ucapan: "Umthirnaa bifadhlillaahi wa rahmatih. Kami dikaruniai hujan dengan karunia Allah dan rahmatNya"; agar kita tak menisbatkan rintik ataupun lebatnya pada bintang ini dan gemintang itu. Inilah yang akan menderaskan lapis-lapis keberkahan di dalam tiap butir-butir air yang berdebur.

"Perbanyaklah berdoa di kala hujan turun," demikian 'Abdullah ibn 'Abbas Radhiyallahu 'Anhuma menasihatkan, "sebab ketika itu pintu-pintu langit sedang dibuka." Adapun doa asasi yang diajarkan Sang Nabi ketika hujan turun dalam riwayat Imam Al-Bukhari adalah ucapan, "Allaahumma shayyiban naafi'an. Ya Allah, jadikanlah hujan ini penuh kemanfaatan.

"Disunnahkan untuk berbasah-basahan dengan hujan ketika ia turun," demikian ditulia Dr. Nashir ibn 'Abdurrahman Al-Juda'i dalam At-Tabarrak Anwa'uhu wa Ahkamah," serta mengeluarkan pakaian, perkakas, dan kendaraan agar terkena hujan." Ini didasarkan pada hadits Anas ibn Malik dalam Shahih Muslim saat beliau menyaksikan Sang Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyingkap pakaiannya agar air hujan mengenainya. "Kami bertanya," ujar Anas, "'Wahai Rasulullah, mengapa kau lakukan ini?' Beliau menjawab, 'Sebab hujan itu diturunkan dari sisi Rabbnya."

Demikian pula Imam Al-Bukhari mengetengahkan riwayat bahwa Ibn 'Abbas jika hujan turun, maka beliau memerintahkan agar pelana dan pakaian beliau dikeluarkan, kemudian beliau turut berhujan-hujanan sejenak sembari membaca Surah Qaaf ayat ke sembilan.

Dan sekarang, right here right now lagi huja. Kamar bocor. Ah biarin. Biar makin berkah :D

Ntms: apalin surat Qaafnya! Jangan lagunya :p

Kamis, 04 Desember 2014

How to train your (dragon) child

Hari ini baca poster dibawah dan mupeng luar biasa.

Beberapa kali denger temen promoin buku Prophetic Parenting dan mupeng tiada tara.

Akhir-akhir ini sering berurusan dengan anak-anak dan jadi pengen belajar banyak tentang mereka. Tentang cara mendidik mereka.

Aku si ga terlalu suka anak-anak. I mean, aku punya banyak temen yang langsung girang bukan kepalang kalo ketemu anak-anak, ngajak mereka main dan membina hubungan baik sama mereka sampe tingkat mendalam. Sebaliknya, anak-anak juga suka mereka. Menurutku itu yang dimaksud 'suka anak-anak'. Dan aku nggak gitu-gitu amat.

Cuma aku suka sama orang tua mereka_trus aku diketawain sama temenku coba. Menurutku, hidup ini terlalu singkat untuk dilewatkan sama anak yang menyusahkan. Meski ga sampe bikin bangga, tapi seenggaknya jangan nyusahin. Selain itu ada satu hal lagi yang membuatku ga bisa ga peduli sama mereka. Tapi rahasia :p

Nah bicara soal poster sama buku itu, bicara tentang cara mendidik anak. Itu pekerjaan seumur hidup bagi orang tua. Utamanya Ibu. Karna Ibu adalah Madrosatul Ula. Sekolah pertama bagi para anak. Yakalo jadi guru aja harus kuliah dulu, daftar PNS, ujian, penataran, sertifikasi apalagi jadi Ibu. Kalo jadi Murobbi aja harus belajar dulu, ikut dauroh dulu, banyak baca buku, apalagi jadi ibu.

Nyatanya juga, bahkan untuk bisa mengenali, menyelami sampe kemudian ngasih intervensi ke satu anak aja nggak gampang. Dan yaitu tadi, kita harus punya cara atau metode yang jadi pegangan. Dari banyaknya model dan gaya hidup masa kini, kita mau didik anak pake model apa? Ngikutin siapa?

IMHO, nggak cuma urusan didik anak sih, tapi di segala urusan kita udah dikasih role model yang sempurna, meski beselisih waktu milenia. Sudah dikasih kitab yang isinya cerita. Sudah dikasih aturan jelas dan adil mengenai hak dan kewajibannya. Tinggal mengkaji dan mengamalkan dengan ikhlas lanjut tawakkal.

Kalau dari hasil perenungan akibat terjun langsung aku menemukan beberapa cara. Aslinya pengen klarifikasi dulu ke seminar atau bukunya, tapi udah pengen cerita ini. Heheee...
Yaitu adalah:

1. Bagaimanapun anak-anak itu suka cerita. Buktinya mereka suka Mahabarata dan hafal kisahnya. Seringkali ditemukan bisa mengambil hikmah dari kisah itu.

2. Perlakuan dan kebutuhan anak perempuan dan anak laki-laki tu beda. Cara mereka tumbuh baik fisik, mental dan kejiwaannya aja beda. Maka, sistem pendidikan formal yang mencampur mereka itu bikin aku berkernyit, nyusahin guru_aku maksudnya.

3. Sepertinya mereka itu suka berkhayal. Ini masih spekulasi. Spekulasi primordial banget. Dan ini mungkin bisa dimanfaatkan.

4. Jangan remehkan kemampuan mereka untuk menyerap informasi, mengingat dan mengasosiasi. Meski tampaknya mereka nggak ngerti. Mereka hanya belum punya kemampuan dan cukup kosakata untuk mengeluarkan pemikirannya.

5. Ada masanya seseorang itu bisa sangat disenangi anak-anak padahal dia nggak ngapa-ngapain dan padahal biasanya anak-anak nggak suka sama orang itu. Katanya itu indikasi kematangan jiwa seseorang sehingga auranya keluar. Engngngng... Yang ini emang nggak nyambung :p

*maaf jika isi jauh dari ekspektasi anda dan nggak nyambung sama judulnya. Itu judul kece menurutku :D





Minggu, 30 November 2014

Hidupkan lagi mimpi mimpi

Mimpi. Dream. Bukan dalam arti kata 'bunga tidur' tapi sesuatu yang diangankan untuk diaraih. Seperti halnya mimpiku yang sering berubah-ubah, perspektifku dan caraku memperlakukannya pun berubah-ubah. Emang labil -_-".

Entah sejak kapan ya pembicaraan mengenai mimpi ini jadi begitu sering. Tapi menurut pendapat hamba yang dhoif ini, ini erat kaitannya dengan literasi. Dengan menggeliatnya lagi penerbitan buku-buku dan bahan baca lain. Referensi banyak bermunculan dalam berbagai bentuk paparan. Meski kenyataannya masih banyak_pake banget_kalangan yang nggak peduli hal-hal ghaib kayak gini.

Nah, beberapa referensi yang pernah kudengar, baca atau diskusikan ini yang membuatku suka labil. Kadang setuju dengan yang mengatakan mimpi itu harus jelas, pasang target, di breakdown de es te de es te. Trus aku akan membuat dreamlist. Tapi abis itu lupa. Buat alibinya, sok-sok setuju sama orang-orang yang ga punya mimpi tapi capaiannya luar biasa. Prinsipnya berbuat terbaik di titik dimana dia berada. Atau yang let it flow dan enjoy tapi tetep bermuara ke sebuah capaian.

Sebenernya yang model kedua itu bukannya gak punya mimpi. Punya, tapiiii... Tapi gimana ya *garuk2kepala. Mimpinya itu dia tempatkan sebagai kerangka besar, yang gerak-gerak kecilnya kadang kayak nggak nyambung. Dan dia nggak pusing sama prentil-prentil uraian, metode dan tata cara yang kaku. *semoga anda mengerti penjelasan ini.

Aku kasih contoh ajadeh. From my idol. The only one: Anis Matta. Jadi waktu itu di akhir bulan Ramadhan tahun 2010. Waktu dimana mahasiswa udah banyak yang mudik. Eeee kok ada acara RTT: Ri'ayah Tarbiyah Tulabiyah. Semacam tabligh akbar nya pelajar. Pengisi acaranya Anis Matta. Bertempat di kampus Magistra Utama Jl. Magelang.

Paparannya bikin tuing-tuing untuk ukuran mahasiswa spek otak rendah kayak aku. Lha tapi waktu itu Pak AM ini menjelaskan tahapan kehidupannya dari dia masih kecil secara singkat. Kayaknya gara-gara ada yang nanya soal mimpi/cita-cita nya bapak satu itu. Nah yang ini aku agak nyambung. Dia bilang, dia itu tidak pernah punya cita-cita. Tidak pernah punya gambaran yang jelas tentang cita-cita. Mau jadi apa. Mau mencapai apa. Tidak ada. Kalau pada akhirnya dia sampai di titik ini sekarang, itu karena dia melakukan dengan sungguh-sungguh tiap tahapan hidupnya. Nah, gimana tuh...

Contoh lain adalah apa yang baru kubaca dari blog temanku. Kisah tentang Dahlan Iskan. Bisa dibaca disini.

Trus aku tadi mau cerita apaya? ._.

Aku lagi belajar untuk menjadi seperti itu. Lebih karena merasa nggak cocok pake cara yang pertama_ngeles padahal. Well, memang bukan tipe orang yang bisa taat sama penjadualan apalagi yang dibuat sendiri. Suka ngerubah-rubah rencana. Ya labil itutadi -_-"

Jadi lebih ke fokus sama yang dikerjain sekarang. Berusaha yang terbaik. Tapiiiii... Tapi lagi. Kok ngerasa nggak keukur gini ya? Nggak bisa ngevaluasi. Padahal dulu waktu punya dreamlist juga nggak pernah dipake buat evaluasi. Heuheu...

Hummm...

Kemudian berpikir untuk kembali membuat tahapan buat reminder. Atau nggak dicampur metodenya. Sok-sok ngalir nggak punya mimpi, tapi diem-diem ngerekam dan nulis. Hahaa... Kalo yang terencana kan biasa namanya dreamlist, dreambook, renstra, pohon mimpi dll. Jadi ini namanya apa ya? Ngngngng... Sungai mimpi? Dreamflow. Dreamwork. Aihh meni serius pisan. Namanya.. Watercanon @@

Trus stuck lagi. Emang punya mimpi? Nyahahaha...

Punya. Enak aja. Even if you know it you will laugh me. I still call it with DREAM :p

1. Punya laptop. Dengan jalan apapun :)
2. Nana nana nana
3. Lala lala lala
4. ....

Ternyata aku tak sanggup menuliskannya. Asli. Banyak yang aneh dan ga penting. Nggak bisa ngerubah dunia. Hyaa...

Tapi bakal ketauan kok dari apa yang bakal aku cerita-ceritain di depan. Blog ini juga jadi kontrol.

Wujudkan lagi mimpi mimpi, cita cita, cinta cinta... Yang lama kupendam sendiri... Berdua.. *ah gajadi :p

Jumat, 28 November 2014

I Love the (t)rain

Pertama kali naik kereta api adalah pas umur 4 tahun. Gak main-main. Sekeluarga naiknya. Ples perabotan-perabotannya. Dari Jogja menuju Jakarta trus nyebrang ke Lampung untuk menetap. Nyebrangnya yapake kapal laut. Yes it calls transmigration. Masih kecil. Jadi lupa rasanya. Yang pasti kalo liat fotonya aku hepi-hepi aja. Ahahaa..

Abis itu puluhan taun berikutnya baru naik kereta api lagi. Pas udah di Jogja jadi mahasiswa. Naik pramex dari sta. Lempuyangan ke sta. Tugu, mbalik lagi ke Lempuyangan dalam rangka momong ponakan. Haaa... Kagak bayar! Emang kampungnya depan stasiun ya gitu deh. Dan waktu itu aturannya masih nggak beraturan. Rasanya biasa aja. Cuma seiprit doang.

Abis itutuuu. Perjalanan yang menentukan. Momen kebukanya satu sumpel di kepalaku yang penakut ini. Secara serabutan pulang ke Lampung ngeteng naik kereta ekonomi yang penuh sesak tapi bahagia minta ampuuun. Naik kereta busuk bareng ayam, sayur mayur, bak cucian pas dibelakang kepala kereta dimana tu kereta sering banget ngeluarin suara tuuuuut tuuuttt biar para penyebrang rel pada minggir dari simpangan yang nggak ada palangnya itu. Kereta yang berenti ribuan kali buat ngangkut penumpang yang habis mandi di kali. Yang dari Jakarta kota sampe Merak cuma bayar tiga rebu apaya? Hahaa.. Tapi ya masih bisa tidur.

Abis itu si nunung yang ribet maribet kalo mau bepergian, jadi nunung yang tinggal ngloyor aja kalo mau kemana-mana. Easy come easy go, do you let me go, Bismillah nowww, we will not let you go, o o o o o. Mamamia mamamia mamamia let me go beelzebub this is very very hard for mee for meee for meee... *

Abis itu abis itu naik kereta jadi sering. Gara-gara kerjaan. Bandung-Jogja, Surabaya-Bandung, Jogja-Jakarta, Jogja-Surabaya, Surabaya-Jogja. Ahhh aku jatuh cinta..

Trus kemaren waktu di Jakarta kerjaannya naik KRL. Uuuu...

I love the train :)

*Bohemian Rhapsody-Queen

Selasa, 25 November 2014

Cool places in hot city Surabaya

Ini anomali ni: Aku kangen Surabaya ._. Demi apaaaa coba. Hahaaa...

But well begitulah adanya. Surabaya. Meski ini bulan November, dimana udah musim ujan, di Surabaya we still need a cooler, fan or whateverthing yang bisa memproduksi angin atau udara dingin. Jemuran yang cuma di taro di balkon juga tetep kering. Selimut juga tetep ga kepake. Heuheu.

Tapiya. Ada beberapa tempat yang cool dan nggak kayak lagi di Surabaya kalau kamu kesini. Yaitu adalah mall. Hahah. Nggak ding. Ya mall mah emang dingin dan di Surabaya ada banyak. Tapi nggak alami. Yang berikut ini cool dalam arti keren, berangin, nyaman dan homy gitu.

Pertama adalah: Kampung Ilmu. Ada di Jl. Semarang dekat stasiun pasar turi. Ini adalah surganya buku-buku murah. Konon ceritanya banyak loakan buku bekas gitu di pinggir jalan. Terus sekarang masih gitu sih. Tapi ada satu tempat yang dibangun khusus untuk berkumpulnya para pedagang itu di satu lokasi.

Kios-kios berjajar di sekeliling komplek. Kayak pasar buku. Ditengahnya ada pendopo untuk berbagai kegiatan dan warung makanan. Ada wifi-nya. Ada juga ruang sekretariat di dekat pintu masuk sebelah kanan. Mushola kecil ples kamar mandi dan tempat wudhu ada di dekat tangga besi. Tangga besi ini akan menghubungkanmu dengan semacam balkon luas diatas yang lantainya terbuat dari kayu atau lembaran besi gitu, lupa. Dan hanya dipasangi pagar besi pada sepanjang tepian balkonnya bersambung dengan pegangan di pinggiran tangga. Pas sampai diatas, ternyata ada dua bangunan semi permanen yang sepertinya nyambung sama bangunan di bawahnya. Bangunan diatas ini berfungsi sebagai aula dan perpustakaan. Dua ruangan ini sudah tidak difungsikan dan kurang terawat.

Yang bikin cool nya apa dong? Haaa... Jadi kompleks ini dinaungi oleh rerimbunan daun dari pohon yang guedeeee pisan. Batangnya udah gabisa dipeluk sama orang dewasa. Udah gitu kombinasi bentuk batang, kulit kayu yang item, lekukan ranting dan daun-daunnya yang kecil tapi banyak bikin suasana jadi eksotis dramatis. Jadi, dengan daun-daun yang kecil itu berkas sinar matahari jadi indah. Terang tapi teduh. Kerennya lagi saking bongsornya ni pohon sampe tembus ke balkon atas ituuu... Jadi di atas pun teduh. Malah tambah sejuk karna jarak dengan dedaunannya yang lebih dekat. Tergapai sama tangan tapi nggak bikin orang harus merunduk saat lewat di bawahnya. Saking kerennya buat backround foto pasca wedding bisa banget nih. Aku udah nyoba, tapi sendirian :3

Masih di kampung ilmu. Disini kamu bisa dapet buku murah bahkan sampai 1/4 nya. Murah-murah gitu bukan berarti bajakan looo... Ya yang bajakan juga banyak, tapi banyak juga yang asli. Entah itu bekas, sortiran atau buku lawas. Bisa ditawar juga.

Aku kesini beberapa kali. Selalu sama jul. Dan selalu lupa waktu dan kalap belanjanya. Oya, kios yang diluar juga banyak. Berjejer-jejer sammmpe ke stasiun pasar turi. Kalo ke Surabaya main-mainlah kesana.

Kedua. Kolam renang Al-Hikmah. Namanya kolam renang ya dinginlaaah. Makanya masuk ke kategori "cool place". Ada di SMA IT Al-Hikmah tepatnya Al-Hikmah sport center. Di lantai satu. Karna lantai duanya lapangan badminton. Disini di kolam renang ini, kamu jungkir balik di dalemnya juga ga bakal keringetan. Haaaa... Tapi agak mahal cui. Entah karna kita sewa eksklusip buat akhwat atau emang udah tarif. Jadi sekali masuk 20 apa 25 rebu gitu. Padahal biasanya di Jogja cuma 7rebu. Fasilitas dan kualitas beda sih emang. Heuheu.

Ketiga: KenPark alias Kenjeran Park. Ini taman hiburannya pantai kenjeran. Cool karena luasss, banyak pohonnya dan relatif sepi pengunjung. Atau kamu bisa cari sudut yang gaada orangnya. Banyak suvenir murah-murah, makanan juga terjangkau. Dan namanya juga pantai, jadi banyak angin. Teduh. Plesnya lagi, lokasi ini deket banget sama pusat kota.

Keempat: Perpustakaan Bank Indonesia di jalan raya Darmo. Aslinya belum pernah berhasil masuk sini. Tapi dari luar aja tempat ini homyyyyy banget.

Masjid Al-Falah wa bil khusus lantai dua. Ini tempat sholat khusus akhwat. Kamar mandi dan tempat wudhu juga disitu tinggal melangkah manis. Dari situ juga tetep bisa liat dan dengerin kajian yang ada di bawah tanpa harus jaim. Mau glosoran kek, apa kek.. Santai aja. Tapi marbotnya tegas banget. Kalo ada yang tidur di oprak2 haghag.

Kelima: Warung pojokan jembatan prapen, Jl. Nginden. Haaaaags... Aslinya cuma sekali kesini tapi berjam-jam ga pulang-pulang. Selain kebanyakan cerita, tempatnya emang cozy. Dulu ini gatau warung apa, tapi pokoknya gak se cozy yang sekarang. Kalau sekarang ini warung mi jawa gitu. Ada nasi goreng dan magelangan juga, kalau di SBY namanya mawut. Daaaan sukanya, nasi gorengnya ala jogja yang bumbunya racik sendiri. Bukan asal campur saos sama kecap ples micin. Di pojokan ada pohon yang menaungi meja kursi di bawahnya. Karna di pinggir jalan jadi agak bising sebenarnya, tapi they don't care us anyway. Haha. Trus inikan deket sama kali jagir yang lumayan gede itu dan aku selalu suka ngeliatin sunset di kali jagir sore2 pas pulang kerja. Jadiiii, jadi gak ada hubungannya sebenernya.

Akkkk pengen ngasih foto tapi fotonya di HD ext. Dan aku ngetik ini di hape pfffffftttt...

Minggu, 09 November 2014

Ralat dan permintaan maaf

Aku tau blogku ini nggak terlalu banyak pengunjungnya. Meski begitu, rasanya tetep perlu untuk menyampaikan ralat dan minta maaf.

Jadi, ada beberapa tulisan yang menyatakan tentang fakta tapi ternyata tidak benar. Sebenarnya nggak niat seperti itu. Cuma emang dasar pemalas. Malas ngecek dulu kebenaran suatu berita dan hanya mengandalkan kesotoyan semata.

Setelah dicek, ternyata banyak juga. 1. Paling fatal nih. Yaitu aku tulis kalo Siti Nurbaya itu karangan HAMKA. Di tulisan dengan judul: TKVDW: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Dodol kan? Padahal yang bener itu karangan Marah Rusli. *semoga cuma satu blog ini yang bisa se-oon itu dan semoga gapernah dijadiin sumber referensi. Pak Marah Rusli, jangan marah ya.. :')
2. Aku tulis kalau buku The Da Peci Code itu karangan Asma Nadia. Padahal yang bener penulisnya Ben Sohib. Akkkkk... Karena efek nonton filmnya 3 hati 2 dunia 1 cinta. Biasa yang cerita-cerita gitu kan buatan Asma Nadia. Heuheu. Ini ada di tulisan berjudul: Nonton lagi 3 hati 2 dunia 1 cinta.
3. Di tulisan dengan judul: chocolate. Aku tulis kalau ada film yang judulnya Charlie and the Chocolate Company. Yang main Johny Deep. Padahal yang bener Charly and the Chocolat Factory. Kalo yang ini asli salah ketik.
4. Selanjutnya aslinya bukan salah sebut. Cuma sok-sokan kasih nama sendiri. Males cari info dan nanya. Di tulisan: Cieeee.. Naik gunung ciee... #Merbabu yeyyy! Aku nulis kalo kita berhenti lama di bidang datar luasss sekali yang penuh prrbukitan. Itu aslinya dikenal dengan nama bukit teletubbies.

Udah. Semoga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan kesotoyanku. Kapokkk pokoknya : |

Rabu, 29 Oktober 2014

Soerabaja in my photo album

Repost. Dari catatan di blog satunya. Buat melengkapi catatan "fantashiruu fil ardh". Bertebaran di muka bumi.

Suro-Boyo. Patung ini lokasinya di depan KBS (Kebun Binatang Surabaya). Aku kesini gara2 ada teman yang lagi berkunjung minta dianterin kesini. Kalau enggak, enggak kepikiran mau kesini. Dan kita cuma foto2 aja nggak masuk KBSnya. Ha ha.... Foto didepan patung ini ni semacam syarat wajib tanda kita udah pernah ke Surabaya. Kayak foto di Tugu Jogja sebagai tanda pernah ke Jogja. Oya, sekedar cerita jadi di Surabaya tu ada 2 patung Suro lan Boyo. Yang satunya ada di pinggir sungai dekat Monumen Kapal Selam, dekat dengan stasiun Gubeng. Tapi, menurut temanku yang orang Surabaya, Patung Suro lan Boyo yang itu tu salah. Jadi bentuknya nggak kayak huruf "S" inisial Surabaya. Makanya dia semacam nggak diakui gitu.

Kebun Bibit atau Kebun Flora. Kebun ini deket sama kosku (Ngagel). Jalan kaki kuranglebih 20 menit. Naik Ontel kuranglebih 10 menit. Utaranya Terminal Bratang (terminal kecil). Seberang Timur RMI (Ruko Mandiri Indah). Ini semi-semi kayak Kebun Binatang. Ada kancil dan Rusa. Dan itu fotoku didepan kandang burung. Tapi nggak keliatan burungnya he he... Disurabaya itu banyak tempat2 kayak gini. Ruang terbuka hijau buat rekreasi kecil2an di sore hari atau weekend. Dan lokasinya di tengah2 jalan raya. Selain Kebun Bibit ini ada Taman Bungkul, Taman Prestasi dan taman2 lain. Biasanya ada perpustakaan kecilnya juga :)

Pasar Blawuran. Letaknya ada di belakang BG Junction. Di dalemnya banyak jajanan tradisional dan buku-bukuuuu "murah". Semacam Shopping-nya Jogja laaah. Murahnya karena bekas atau palsu he he.. tapi yang Ori juga ada kok..

Nasi Goreng J*nc*k. Di Plaza Surabaya. Pertama kali diajak kesini, yang kebayang di otakku adalah warung tenda pinggir jalan yang sukses dan rame pengunjung sampai bisa terkenal gitu. Ternyatttaaa.. Ini ada di dalam sebuah Hotel Mewah: Plaza Surabaya heuheu... Kenapa nama nasgornya itu? Karena pedesnya kali ya.. Dan mungkin kepentingan marketing. Supaya identik sama Surabaya. Huhah! Ni nasgor emang pedes beuudh. Jadi cabe2 itu bertaburan di nasinya kayak toping. Dihidangkan sakwajan-wajannya di atas meja. Satu wajan itu bisa buat makan 4-5 orang. Harganya.. he he Rp. 130.000 udah sama es teh satu ceret.

House of Sampoerna. Ini ada dimana ya? aku nggak paham. Pokonya dekat rumah temanku. Waktu itu dia jadi tuan rumah arisan. Dan sepulang dari sana mampir sini :) Kalo nggak salah masuk kelurahan Bubutan. Dekat dengan JMP (Jembatan Merah Plaza). Ini semacam museum pabrik rokok Sampoerna yang udah berdiri dari jaman kolonial. Didalamnya ada foto2 pendirinya dan dinastinya, juga pemilik yang sekarang. Kalau pendirinya orang cina, ownernya sekarang orang Barat. Ada display bahan2 baku rokok, film2 dokumenter pembuatan rokok jaman dulu, dan display alat2 produksi rokok. Ada juga bangunan yang difungsikan sebagai cafe. Oya, House of Sampoerna ini juga memfasilitasi tour ke tempat2 bersejarah kota Surabaya dengan Bus.

Memang rokok dan industrinya itu kontroversi. Produknya diberi peringatan dan penggunanya ditempeli stereotip negative. Tapi tak bisa dipungkuri juga kalau "Tembakau" dan produk olahannya ini punya peran penting dari narasi dunia. Dia, adalah salah satu penyebab para kolonial datang ke Indonesia dan ke negara2 lain yang punya tanaman ini. Bahkan kata Cak Nun di salah satu Episode Ma'iyahanya, kenapa kampanye anti rokok itu begitu gembar-gembor adalah karena konspirasi Barat. Di negara mereka tidak ada tembakau kawan, jadi dia mau membuat pabrik rokok lokal itu tidak produksi kemudian dia membeli Tembakau dengan harga murah. Begitulah.

Zangrandi Ice Cream. Ada di Genteng. Ini juga tempat bersejarah ni. Toko Ice Cream yang sudah berdiri sejak jaman kolonial. Sekitar 70 tahun yang lalu. Tempatnya memang masih mencerminkan arsitektur tempoe doeloe. Ni warung Eskrim ya ruammmeee beuudh. Sampe waiting list. Jadi jangan heran kalau dateng nggak bisa langsung dapet tempat duduk. Dan karena sejarahnya dan karena kualitasnya harganya juga lumayan bikin manyun. Paling murah 21.000 kayaknya ha ha... Waktu kesana kita beli yang porsi gede gitu trus bayarnya urunan ha ha.. Kalo soal rasa sih yaa.. kayak eskrim. Mungkin beda kalo yang komentar Om Bondan he he.. Apapun yang penting asik :)

Masjid Al-Falah. Mesjid yang makmur nii... Kalau dulu waktu di Jogja tiap Kamis sore sering ikut Majelis Jejak Nabi nya Salim A. Fillah, di Surabaya juga ada tapi cuma sebulan sekali. Ya di masjid ini. Lokasinya deket taman Bungkul. Jalan Raya Darmo kalo gak salah. Pas Ramadhan masjid ini juga ada takjil gratis, shalat tarawih tengah malam pake surat yang panjang2 sama iktikaf di 10 hari terakhir dapet sahur gratis he he.. Temanku yang baju biru itu selalu lari kesini kalau lagi galau. Ada program Tahsin juga, Remasnya semarak, ada kantor pengurusnya, ada petugas disiplinnya dan ada program khusus buat mualaf :)

Masjid Al-Akbar. Masjid terbesar di Asia Tenggara katanya. Ini photo pas ada event di sana. Walaupun nggak ada bukti otentik kalau ini beneran di Al-Akbar, tapi ini bener kuuuk.. Ini mesjid emang gede boneng. Waktu ngerjakan event ini kan harus bolak-balik ambil barang, sholat, dan ambil air wudhu, dan itu bikin gempor. Terutama tempat wudhu yang jauh dari tempat sholat, itu sungguh2 tidak ergonomis. Bagi orang yang lagi masuk angin, habis wudhu trus jalan ke tempat sholat, nyampe tempat sholat udah batal lagi kali he he..

Pantai Kenjeran. Waaa.. ini satu2nya wisata laut yang ada di Surabaya. Disini nggak ada apa yang namanya pasir pantai yang bisa diinjek. Jadi tu aku duduk dipinggir pantai tu. Tu bawah udah laut tapi lagi surut. Yang bikin asik disini itu tempatnya diseting. Jadi ada toko-toko, ada patung2, ada pohon2, addda spot buat foto2, ya kayak semacam Ancol gitu kali (Aku belum pernah ke Ancol). Dan ini jadi nilai tambah mengingat pantainya nggak begitu bagus. Dipagi hari, kamu bisa naik perahu untuk muter2 di deket2 situ. Bayar 15.000 kalau nggak salah. Jaraknya nggak begitu jauh dari kota. 30 menit naik motor nyampe. Souvenir pantainya juga bagus2. Cukuplah untuk melepaskan penat di kota besar he he..

Gedung olah raga SDIT Al-Hikmah. Didalamnya ada lapangan Bulu Tangkis dan Kolam Renang.

Hutan Mangrove. Lengkapnya Ekowisata Hutan Mangrove. Awalnya punya ekspektasi lebih waktu kesini. Tapi ternyataa... he he semoga kedepan lebih baik. Harusnya gitu, karena waktu kesana lagi ada pembangunan disana-sini. Ini posisinya di Jogging Track-nya. Masuk kesini bayar seribu dan lintasan ini tiba2 putus di ujung jalan hee.. Ya, jadi ini adalah rawa yang ditanami pohon mangrove dan dijadikan tempat wisata yang masih terus dikembangkan.

And finally, atap genteng kosanku. Ngagel Mulyo Gg. VII No. 29. he he..

Hee,, kadang aku nggak percaya dengan semua ini. Mengingat aku yang dulu dan posisiku sekarang, pernah menginjakkan kaki di beberapa tempat di bumi ini sesuatu banget. Meski baru sedikit. Alhamdulillah :)

Haa.. Dannn berharap repostan ini jadinya bagus. Ngedit di HP soalnyaaa...

Fantashiruu fil ardh!

Tuban #2

Hee... jadi suatu hari di bulan Mei rasanya diem di kosan jadi begitu menyiksa. Dan main di belantara kota gak minat. Butuh tong sampah buat buang ingus dan jalan panjang buat lari dari kenyataan. Akakakak... Emang lagi lebay banget. Dan semuanya itu tersedia di Tuban. Ada Jul disana soalnya. Jadi larilah aku kesana. Dari Surabaya ke terminal Bungurasih naik motor, taruh di parkir inap. Trus naik bus jurusan Surabaya-Semarang. Yang ekonomi aja biar irit. Cuma 14.000. Donlot lagunya Kla Project: Meniti hutan cemara *manusia jaman kapan aku ini. Sepanjang jalan ituuu aja lagunya. Haha..

Setelah lelah bertarung dalam kerasnya hidup,
kubutuh untuk sejenak menenangkan nurani...

Hehe, dramatis yaa...

Sampe Tuban agak siang. Harusnya bisa langsung jalan. Tapi dasar orang lagi lebay, ngebreeeel dulu. Nyampah. Jadilah sore baru jalan: ke pantai Boom. Kata Jul, kalau kesana di waktu tertentu, kita bisa liat ubur-ubur. Bisalah entar sambil nyobain setrumannya. Pantai Boom ini adalah deretan pantai utara pulau jawa. Jadi dia tepian dari laut jawa. Jika kamu mendayung dari sini lurus ke Utara ntar sampai Sulawesi. Atau kalau agak serong kekiri bisa sampai Kalimantan. Lokasinya ada di sebelah utara alun-alun Tuban. Dilewati bus Semarang-Surabaya. Masuknya bayar. Tapi lupa, bayar berapa! ha!

Sampai disana matahari udah turun. Ketemu sama laut jadi cakrawala. Atau setidaknya, begitulah kelihatannya :D Bahasa inggrisnya: Sunset. Sayangnya ternyata waktunya nggak pas buat ketemu ubur-ubur. Jadi kita cuma jalan muterin pinggiran pantai tapi nggak nginjek pasir. Sebabnya, settingan tempat wisata ini emang nggak ketemu pasir. Semacam daratan yang menjorok ke laut. Permukaan daratannya lebih tinggi dari laut. Pinggirannya di sisi yang rendah ditaruh berbongkah-bongkah batu. Batu apaan ya itu namanya? Mirip batu aspal tapi guede-guede. Trus, ada ruas konblok untuk pejalan kaki yang mengelilingi sepanjang daratan itu. Karna sore, laut lagi surut. Kalau lagi pasang, bongkah-bongkah batu itu nggak keliatan. Tenggelem. Banyak perahu-perahu kecil sandar di tepian. Di ujung jarak pandang arah utara ada titik-titik cahaya yang berjalan lambat. Mungkin itu cahaya lampu kapal penumpang atau barang. *nulis ini sambil mikir, itu kenapa namanya pantai ya? bukan tanjung? heuheu

Kita keliling sampai malem. Keluar dari pantai, menuju alun-alun. Jajan. Tapi dasar lagi gak minat makan, jadi makannya buat syarat aja. Makan sambil memandangi masjid raya Tuban di seberang. Masjid yang kubahnya warna-warni. Pink, biru, kuning. Masjid, alun-alun, pantai dan di dekat sini juga ada makam sunan Bonang sepertinya nggak pernah sepi pengunjung. Ditambah lagi ini jalur pantura yang nyambungin jawa timur sama jawa tengah. Bus-bus yang lewat ada aja.

Setelah makan kami pulang. Menyusun rencana mbolang hari berikutnya. Aku sama Jul agak punya beberapa kesamaan. Selain sering ngobrol nggak jelas tentang hal-hal yang agak filosofis, point of view kita kalo lagi mbolang juga hampir sama. Kan ada orang yang point of view-nya lebih ke makanan/kuliner atau alam (gunung, laut, danau, goa dll). Nah, aku suka ngamatin orang, masyarakat, budaya, warna lokal, seni dikit2. Jul juga gitu. Kalo alam yaa.. jadinya selalu kulihat sebagai sarana atau tempat hidup bagi orang-orang itu. Gampangnya, julukan pecinta alam jadi agak kurang cocok sama aku, kalau itu diasosiasikan ke orang yang hobi naik gunung. Heuheu. Jadi bagiku terminal, kereta api, pasar dan tempat semacam itu sudah bisa jadi tempat wisata. Atau pedesaan, perumahan pinggir rel kereta dst. Tapi itu semua tergantung mood.

Moodnya kali ini lagi pengen ke alam *gimana sihhhh. Hahaa... namanya juga orang ga normal. Jadi mau ke air terjun Nglirip. Oya, tempat tugas temanku ini ada di Desa Temandang, Kec. Merak-urak, Kab. Tuban. Kalau aku mau kesana naik bus seperti yang kuceritakan di awal, begitu masuk Kab. Tuban, bilang sama kernet busnya: "Pak, turun di PATUNG". Tadinya aku juga gatau 'patung' tu tempat apaan. Ternyata dia adalah patung yang ada di tengah perempatan besar jalan semarang-surabaya.

Turun dari bus, jalanlah sediki ke arah selatan. Cari angkot jurusan Kerek. Bilang lagi ke supirnya, turun di Pom Lama. Entah itu apa artinya, tapi menurut jul itu julukan suatu tempat yang dulunya bekas Pom Bensin. Semacam itu. Trus gimana cara ke air terjun Ngliripnya? Haaa...

Jadi dari Desa Temandang tadi kita naik motor ke arah Pasar Kerek. Dari sana nanya-nanya jalan menuju Air Terjun Nglirip. Ntar kan dikasih tau sama orang-orang disana. Orang Indonesia yang ramah-ramah. Udah, gitu aja petunjuknya. Namanya juga mbolang. Bakal lebih seru kalo nyari-nyari lokasi sendiri. Apalagi pake bonus nyasar-nyasar dikit. Atau,, buka hape, liat GPS. Hahaa... Aku kasih clue satu lagi deh, abis dari pasar itu jalannya lurus aja kok :D *ngelesnya ampuuuun

Because of mau ngisi perut. Kita jajan-jajan dulu di pasar. Dan aku kalo liat makanan-makanan menarik dan sederhana (itu banyak banget di pasar) tu rasanya mau dibeli semua. Segala ganyong juga dibeli. Padahal lagi ogah makan. Akhirnya kita sarapan kupat tahu on the spot. Alas makannya pake daun jati. Kali ini rada semangat makannya. Nyem.

Nyari yang jual kupat tahu itu juga pake acara nyungsep-nyungsep di dalem pasar. Heuheu. Dan kita kayak elien karna bawa-bawa ransel n kamera. Yang gini-gini ni yang kumaksud sebagai perjalanan sesungguhnya tadi. Point of view. Gak penting tujuannya mana, hal-hal yang kita temukan sepanjang jalan rasanya sudah cukup membahagiakan. Apalagi bareng temen yang 'nyambung'. Rasanya nyasar di tempat pembuangan umum sekalipun bisa sok-sok kita maknai dan tertawakan bersama-sama. Haha.

Tak perlulaaah akuuu keliling duniaa, karnaa kau disiniii..
*begitu kata Gita Gutawa di lagu ost-nya Sang Pemimpi

Udah gitu, kita mampir lagi pemirsa. Ke desa sentra produksi Bathik Ghedok. Lokasinya deketan sama pasar. Namanya Bathik Gedhok karena bathik itu ditulis di atas kain gedhok. Kain yang dibuat dari serat-serat tumbuhan. Meski ada juga yang di kain biasa. Kita sempat liat proses pembuatan dan kain-kain bathik yang udah jadi. Liat thok. Heuheu. Emang dasar turis kere.

Di Tuban ini ada perusahaan semen nasional (BUMN). Dan udah jadi aturan sekarang, kalau perusahaan harus punya dana CSR (Coorporate Social Responsybility). Salah satu bentuk tanggungjawab sosial mereka untuk warga di lingkaran terdekat. Maka, nggak heran kalau segala aktivitas warga di sini ada jejak-jejak dukungan perusahaan. Contohnya ya di desa sentra bathik gedhok ini. Kelihatan banyak dukungan yang diberikan perusahaan untuk kegiatan sosial ekonomi mereka. Setidaknya dari logo-logo perusahaan yang nempel dimana-mana. Temanku sendiri, Juliem, nyasar sampe kesini juga dalam rangka sebagai implementator program CSR perusahaan yang sama. Aku? yang ngurusin pencairan dan pembekuan dana. Haghag :v

Kalau secara motif, jujur aja bathik gedhok ini aku nggak terlalu tertarik. Heeee... Entah gimana teknik pencelupan warnanya, tapi jadinya warnanya kayak kecampur-campur dan burek liatnya XD. Tapi memang itulah ciri khasnya.

Perjalanan 'nyari' air terjun dilanjutkan. Sempet mampir lagi di sawah yang backgroundnya perbukitan. Poto-poto.

Satu hal lagi tentang Jul itu adalah dia orangnya obsesive compulsive. Haha. Susah dihentikan kalau hasratnya belum terpenuhi. Semenjak ngerjain proyek di Tuban ini, hasratnya begitu menggebu di fotography specialist kamera pocket. Dan dia suka sekali menjadikan aku model. Karena menurutnya aku kebanyakan gaya XD. Kayaknya aku ngupil juga bakal dia potoin dengan cari anggel maksimal.

Akhirnya setelah dipaksa-paksa. Jul mau menghentikan kegiatan memotretnya dan melanjutkan perjalanan. Oyaa, di sebrang sawah itu ada semacam saung/teteg yang jadi kayak angkot shelter. Pas kita dateng, ada embah perempuan bawa keranjang yang katanya lagi nunggu angkot. Dia udah lama disitu. Pas kita pulang, dia belum dapet-dapet angkotnya :') Padahal kita disitu lebih kali setengah jam. Heuheu

Daan akhirnya nyampe juga di Nglirip. Haaa... Seumur aku hidup udah 3 kali mengunjungi air terjun. Pertama, air terjun di kaki gunung Merapi, tapi lupak namanya apaan. Kedua, Coban Rondo di Malang. Dan ketiga ya Nglirip ini.

Lokasinya ada di pinggir jalan. Tapi harus melewati beberapa rumah warga. Jalannya agak turun. Jadi rumah-rumah warga ini berada lebih rendah dari jalan tempat kendaraan lewat. Seperti kontur jalanan di perbukitan. Pas mau masuk ada petugas ngasih tiket sama teh cap botol satu bungkus. Teh hitam kasar. Ini harus dituker sama sejumlah uang. Lupa lagi aku jumlah uangnya berapa. Hahaa..

Pas air terjunnya udah keliatan, akuuuuu... biasa aja! hahaa... emang air terjunnya biasa aja. Setidaknya begitu kesan pertamaku. Dia nggak terlalu tinggi. Dan aku nggak bisa ngira-ngira ketinggian sesuatu yang udah lebih dari 6m >,< Masih tinggian Coban Rondo. Udah gitu hawanya enggak sejuk. Alias panas. Dan karna ada di perkampungan jadi nggak ada spot enak buat sekedar ngelamun. Tapi, uniknya air yang menggenang di ceruk dari air terjun ini warnanya hijau toska. Kalo yang lain kan biasanya ya kayak air sungai. Terus alirannya diteruskan melewati bebatuan yang warnanya kuning langsat karna terlapisi lumpur.

Capek jengkang-jengking poto-poto, kita pulang. Nah, kalau kalian liat hasil jepretan kita jadinya beda kasus. Pasti ngiler pengen liat langsung. Emang bagus kok tempat ini buat dipoto. Hehee.. Mungkin menurut kalian lokasi aslinya juga menakjubkan. Kan selera orang beda-beda yaa...

Sebelun pulang, kita mampir dulu di rumah salah satu warga yang ada warungnya. Beli rujak. Sama kopi. Pas mau ngambil motor di parkiran, mampir lagi ke rumah warga yang cuma sepetak ruangan dari bambu. Orangnya di dalem lagi bikin tikar dari anyaman daun. Entah daun apa -_-" Wawancara dikit, terus baru balik.

Pulangnya ini, kita ambil jalur beda. Tapi aku nggak bisa jelasinnya. Pokoknya kalau pas berangkat kita keluar gang belok kiri. Pas dateng, kita dari jalan sebelah kanan dari gang. Hahaa..  Navigasi daratku buruk banget.

Di jalanan ini kita GJ juga. Kan banyak dataran-dataran luas berumput mirip sabana di kanan Kiri. *Padahal gaktau sabana beneran kayak apa. Nah kita mbleot lagi. Markir motor di parit berumput trus naik ke semak-semak yang emang posisinya lebih tinggi dari jalan. Nah, aku malah bahagia disini. Karna semaknya penuh bunga :D Bunga kecil-kecil warna ungu pucat, putih, kuning hyahaaa... Poto-poto dong! Dengan mengabaikan teriakan orang-orang yang lewat ngatain kita. Padahal kita udah berusaha nyungsep biar nggak keliatan. Malu sih sebenernya. Tapi, biarlah. Abis ini kan nggak ketemu lagi. Haaa...

Udah. Gitu aja :D

Sabtu, 18 Oktober 2014

Pahlawan dalam Diam )l(

Ditulis tanggal 23/9/2014. Lagi bosen baca. Jadi nulis aja. Nulis review buku-buku yang udah lama dibaca. Cekidot!

Judul: Pahlawan dalam diam
Penulis: Cahyadi Takariawan, Eko Wahyudi dkk
Penerbit: Indie publishing
Tahun terbit: 2014
Tebal: 130 halaman

Ini bukunya PKS pemirsa! Iya, PeKaeS. Yang awal tahun 2013 kemaren tenar gara-gara kasus suap impor daging sapi " yang menjerat presiden PKS" _kata tambahan yang selalu muncul di tiap berita. Hue hue. Yang begituan yang bikin terkenal. Soalnya kalo yang bagus-bagus ntar jadinya "riak".

Nah, buku ini semacam tindakan konkrit untuk menjawab kegelisahan itu kali yaa.. Walaupun nggak cetar membahana juga. Kayaknya juga cuma beredar di kalangan tertentu.

Yap. Seperti judulnya. Ini adalah buku kumpulan cerita orang-orang lapangan atau saksi-saksi yang melihat dan menceritakan kegiatan nyata orang-orang PKS. Baik dari tingkat grassroot sampe yang anggota-anggota parlemen.

Ada 9 penulis dengan 19 cerita. Sebagian bukan cerita ding, melainkan semacam sajak. Aku cuma tau satu penulis: Cahyadi Takariawan alias Pak Cah. Dan mungkin memang dia yang lebih umum dikenal dibanding yang lain.

Beliau memang penulis. Disamping termasuk yang senior di PKS. Malah, salah satu founder/perintis DPD PKS DIY. Tulisannya dikenal berbicara seputar rumah tangga, pernikahan dan juga serial materi-materi tarbiyah yang selanjutnya dimutakhirkan jadi serial ...

Sering ketemu juga sih. Ngeliat doank dari jauh. Secara, dia orang Jogja dan rumahnya di belakang kampusku. Jadinya lumayan sering kesana.

Well. Beliau sendiri nulis 4 tulisan disini. 2 cerita dan 2 sajak. Yang cerita, judulnya: yang pertama "Ahmad Adaby Darban, sejarawan dan pendiri PKS dari Yogyakarta". Ini cerita awal mula PKS dirintis di Jogja. Salah satu tokoh yang didekati untuk diminta mendukung dan akhirnya beneran dukung itu ya Pak Ahmad Adaby Darban. Beliau ini nggggg... sebenernya lebih lengkapnya baca dibukunya sih. Tapi gini, bagi orang-orang Jogja yang masa mudanya tahun-tahun 60-70an apalagi dia aktivis islam, pasti kenal beliau. Itu makanya, baca ini aku semacam melengkapi potongan-potongan cerita yang sering disampaikan Bapakku tentang masa mudanya dulu di Jogja. Dan Bapak pernah sebut nama ini di salah satu ceritanya. Kata Bapak, dia adalah guru besar sejarah di UGM. Dan memang begitu yang tertulis disini.

Beliau pernah jadi ketua Muhammadiyah. Aktivis PII_makanya Bapak tau. Dan sebagai akademis yang sejarawan beliau banyak menyusun tulisan dalam rangka pelurusan sejarah. Utamanya yang berkaitan dengan Indonesia dan Islam.

Beliau sudah wafat. Tapi setauku anak-anaknya juga jadi kader PKS. Setidaknya begitu menurut sepupuku :D

Cerita yang kedua judulnya: "Menikmati Indahnya Dakwah". Kalau ini semacam renungan yang dituang jadi nasehat tentang dakwah tentunya dan duaaleemm. Jadi bisa ngecharge kalo lagi disorientasi. Huehue..

Nah, yang 2 sisanya itu sajak berjudul: Tegarlah Seperti Nuh as dan Ode Bagi Bunda Kami, Yoyoh Yusroh. Dibuat setelah Ustadzah Yoyoh Yusroh wafat.

Penulis lain yang paling banyak bikin cerita adalah Eko Wahyudi. Ada 6 cerita yang semuanya tentang kader-kader baik yang bawah sampai yang sudah terlibat mrngurusi rakyat secara formal sebagai wakil rakyat di Riau. Utamanya Kabupaten Bengkalis, yang prestasinya luar biasa tapi tak pernah diliput media. Hihi.

Diantaranya, kisah caleg_kader yang dicalegkan_yang karena dia nggak punya dana buat kampanye, maka dia mengkompensasinya dengan aksi menempel dan memasang atribut kampanye caleg lain dari PKS secara diam-diam saat tengah malam berasama anaknya. Ada juga anggota dewan yang rumahnya di pedalaman. Kalau dia ada rapat jam 9 pagi, ia musti berangkat nggak boleh lebih dari jam 10 malem sebelumnya. Ia tak mau pindah ke daerah pusat pemerintahan karna merasa harus memperjuangkan daerahnya. Tekadnya tersebut membuahkan hasil yaitu dengan penganggaran dana untuk pembangunan jalan utama yang akan menghubungkan kecamatan dan kabupaten sehingga mempermudah akses.

Kisah lain, yaitu anggota DPR RI yang dikira kader biasa karna pembawaannya yang santai dan bersahaja. Ada juga WaBup Bengkalis kader PKS, yang rumahnya dijadikan tempat transit dan menginap bagi masyarakat jika sedang ada urusan di Kabupaten sedangkan rumahnya sangat jauh.

Sisanya, kisah-kisah relawan Yankes, prajurit-prajurit kepanduan dan pembinaan halaqoh_aktivitas di lingkaran paling kecil. Ibarat makhluk hidup ini aktivitas tingkat sel yang justru sangat penting. Huaha.. *Menn, aku belum dapet kelompok disini :(

Lucunya, buku ini di kasih ilustrasi-ilustrasi lucu dan imut yang menggambarkan aktivitas-aktivitas kader-kader PKS. Terlihat sangat familiar buat para kader :D

Oya, tulisan Pak Cah yang menikmati jalan dakwah itu kan ditaruh di belakang. Tulisan terakhir. Jadi dia semacam penutup. Bahwa, mau kayak apapun. Mau diliput media, mau enggak. Mau gembar-gembor, mau sepi. Biarin aja. Semua ini untuk Allah. Itu! closing statementnya.

Jadi inget bukunya Tasaro GK:

mau kubilang lantang
atau kupendam dalam diam
tetap saja kusebut (Dia) cinta

*apacoba -_-

10 investasi cerdas

Judul: Investasi Cerdas -10 pilihan investasi berdasarkan jenjang karier dan kemampuan keuangan-
Penulis: Arif Rahman
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2011
Tebal: 194 hal

Widiiiih, baca buku beginian =D
Ini buku yang pragmatis opportunis! haha... yaampuuun, enggak ding.

Well, i've got this book as a doorprize. Jadi pas itu sekitar tahun 2012an kan ada festival buku IKAPI gitu di Mandala Bhakti Wanitatama. Salah satu acaranya tu bedah bukunya Alvin Adam yang judulnya: Just Alvin! The Untold Story, terbitan Gagas Media juga. Tadinya aku ragu mau ikut. Trus gerimis. Aku berteduh di emperan gedung antara balai kunthi sama balai shinta. Dimana tenda tempat acara ada di depannya. Pas sesi tanya jawab, iseng nunjuk tangan. Dan karena posisi jauh dari panggung makanya berani. Soalnya nggak keliatan. Soalnya aku ga yakin sama pertanyaanku. Eee... kok ditunjuk sama MC. Yaudah, kulontarkan pertanyaan absurdku dan bener aja mas Alvin Adamnya bingung & jadi nasehatin aku, kalau nanya tu yang jelas :3

Tapi terus dapet buku ini + tas + pin Just Alvin. Haha, lumayan. Trussss bukunya ngangguuuur lama. Sampe kemaren mikir buat investasi because of i'm going to pailit. Dan butuh belajar duluk. Dan ternyaata,, bukunya bagus gilak! Huaaa...

As seen on the tittle, buku ini adalah tentang kiat2 investasi. Bentuknya, tahapannya & caranya. Kalau ngomong investasi kan kayaknya uwow bingit. Kayaknya itu kerjaan orang "turah duit". Padahal ga juga. Itulah kelebihan buku ini. Penulisnya menjabarkan tahapan investasi bahkan saat kita gapunya duit/pemasukan u/ investasi. Dan gara2 itu aku jadi jedot2in kepala $&(@)-&%%-+(()). Kenapa ga baca buku ini dari duluuuk. Haaa... ~Woeee gaboleh nyesel woee.. yang lalu biar berlalu, emang jalannya harus begitu :p

Jadi gini. Menurut mas Arif Rahman ini, tahapan investasi bisa direncanakan & disusun berdasarkan tahapan kehidupan. Diitungnya pas dari SMA. Tahap dimana seseorang udah mulai mikirin realitas kehidupan kali yee...

Ada 5 tahapan atau fase disini, yang sebenernya mau aku bikinin tabel biar enak ngertiinnya. But,, because of aku nulis blog ini di HaPe, jadi agak ribet urusan. Hem.
Jadi ditulis outline aja ya niii...

FASE 1: ACADEMIC EDUCATION
Visi: Belajar berorganisasi
Misi: Mendapat pekerjaan layak (khususnya dari sisi finansial)
Perkiraan rentang waktu: 3 th SMA, 1-4 th kuliah.
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): 4-6 jama kuliah/sekolah
Proporsi sumber penghasilan: 0% gaji, 0% pendapatan lain-lain
Sumber pendapatan: 100% orangtua (pada kebanyakan orang)
Strategi investasi.

FASE 2: FULL TIME EMPLOYEE
Visi: Mendapat penghasilan besar
Misi: Mengenal sistem kerja perusahaan besar.
Perkiraan rentang waktu: 2-4 th
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): 7-9 jam kerja
Proporsi sumber penghasilan: 100% salary, 0% pendapatan lain-lain
Sumber pendapatan: Perusahaan tempat kerja.
Strategi investasi: Tabungan, asuransi investasi.

FASE 3: EMPLOYEE WITH ADDITIONAL INCOME
Visi: Mendapat penghasilan tambahan, Memproduktifkan waktu
Misi: Mengumpulkan
Perkiraan rentang waktu: 2-4 th
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): 7-9 jam full time employee, 3-4 jam bussines/self employee
Proporsi sumber penghasilan: 80-90% salary, 10-20% penghasil tambahan
Sumber pendapatan: 60-80% perusahaan tempat kerja, 20-40% side job
Strategi investasi: MLM, waralaba, deposito.

FASE 4: EMPLOYEE WITH OWN BUSINESS
Visis: Mempersiapkan passive income
Misi: Membangun sistem
Perkiraan rentang waktu: 2-5 th
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): 7-9 jam full employee, 3-4 jam business/self employee
Proporsi sumber penghasilan: 50-80% salary, 20-50% penghasilan tambahan
Sumber pendapatan: 50-80% perusahaan tempat kerja, 20-50% usaha
Strategi investasi: Own businesa, Emas

FASE 5: INTREPRENEUR & INVESTOR
Visi: Mengembangkan sistem
Misi: Quit job
Perkiraan rentang waktu: < 1th
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): Full time entrepreneur
Proporsi sumber penghasilan: 100% own business & investasi
Sumber pendapatan: 100% own business & investasi
Strategi investasi: Properti
Financial atau pasar modal: Saham & obligasi, reksa dana.

Haa.. menarik ya?! well planed! Andai hidup bisa sebegitu lurus. Hueee...

Well, well,, ada nasehat penting yang disampaikan oleh penulis terkait tahapan2 itu. Beliau menyarankan untuk tidak melompatinya. Misal, habis tahap 1 langsung ke tahap 4. Karena merasa passionnya di bisnis dan gasuka terikat, dll.

Hal itu boleh, kalau kamu misalnya udah punya bisnis keluarga turun temurun & kamu sudah terlibat di dalamnya. Atau, kamu cukup gila (baca berani) u/ melakukan itu. Aku punya beberapa teman yang melakukan itu, bahkan kuliahnya ditinggal dan yaa... bisa berhasil juga. Dengan penuh perjuangan tentunya. Bahkan Bapakku juga nggak pernah kerja sama instansi manapun. Tapi emang butuh ketahanan luarrr biasa, heuheu... Bukan cuma kamu yang kudu kuat, tapi juga orang2 disekitarmu \_^^ Tapi kalau kamu rakyat jelata dan tak cukup gila, jangan deh! Bukan gaboleh, tapi apayaa... cobalah u/ bersabar sedikit. Kalau kata Mario Teguh tuu... menunda kesenangan.

Emang kita harus jadi kacung dulu gitu. Kacung berkualitas. Sehingga dapet gaji layak. Sehingga bisa dikumpulin buat modal.

Selain itu, menurut penulis, dengan bekerja di perusahaan/lembaga, kita juga bisa belajar. Menyerap segala ilmu u/ menjalankan usaha langsung sambil melakukannya. Dapet gaji pulak. Belajar manajemen dan perilaku organisasi. Selain itu, juga u/ membuat "jaringan" pertemanan yang pasti bermanfaat kalau nanti kita buka usaha sendiri.

Daan (ngomongnya kayak VJ MTV),, seperti yang tertera di rincian fase itu, kita harus menentukan tenggat waktu berapa lama mau jadi full time employee.. Idealnya yaa.. seperti yang disarankan penulis. 2-4 tahun.

Di tahapan ini, pilihan investasinya ada 2, seperti yang di tabel: Tabungan dan asuransi. Katanya, angka keterbukaan masyarakat terhadap asuransi ini masih sangat kecil. Masih asing. Termasuk aku jugag! Masih merasa itu nggak penting. Tapi kata penulisnya itu penting.

Waktu dulu belajar asuransi kesehatan di kampus, aku dapet pengertian yang bener tentang asuransi: pengalihan resiko. Trus secara asal mikir, gimana kalau disubtitusi ke InShod ajja? Kalau berdasarkan teorinya YM, itukan ntar bakal balik huehee.. Tapi emang gaada itung2annya. Emang gaboleh diitung sih, dan beda tujuan. Tapi In Shaa Allah lahyaa.. Kalau nolong orang lain ntar pasti ada gilirannya kita ditolong dengan cara super duper gak masuk akal sekalipun =D Jadi yaa.. sukasuka masing-masing lah yaa..

Fase 3 ni oke! Tetep kerja dan muterin uang tabungan buat usaha sampingan, yang nggak ganggu kerjaan utama tentunya. Strateginya usaha tambahan sekaligus investasinya: MLM, waralaba dan deposito. Kalau jaman sekarang mah bisa lebih variatif kayaknya. Misal: Jualan onlen slama nggak ganggu kerja. Atau jual apa gitu, yang target marketnya temen kantor. Modalnya dari mana? yaa dari uang tabungan dari fase 2. Kalau yang dicontohin penulis berdasar pengalaman itu, dia menawarkan diri u/ jadi distributor majalah yang baru launching. Tiap bulan dia terima terbitan baru dan mengantar ke agen2 besar. Dia dapet 35% komisi. 20% dia kasih ke agen, dan dia dapet 15%. Cuma butuh 1-2 jam sehari buat jalanin usahanya itu. Hee.. Trus juga ngajar bimbel di sore hari. Inimah double job. Yaa... kamu bisa ukur diri dan kemampuan lah ya.. Intinya, ada penghasilan di luar gaji bulanan.

Yang ditekankan kenapa milih waralaba/MLM adalah karena kita bisa memiliki bisnis tanpa repot memikirkan sistem, set up, bahan baku dll. Tinggal jalan aja. Disini tertera daftar pewaralaba yang aman dan cukup terjamin. Daftarnya bisa dilihat di abeemanagement.wordpress.com dan daftar MLM yang terjamin juga bisa dilihat di www.apli.or.id.

Untuk MLM ini juga jaman sekarang banyak pilihan yang bahkan ada lembaga zakat yang pemasarannya mirip MLM. Kamu bisa daftar tuu.. Beberapa temanku yang merupakan relawan lembaga zakat itu banyak yang melakukan. Dan hasilnya lumayan. Huee..

Banyak juga MLM yang jual produk yang bener2 bermanfaat & kita ikut mengkonsumsi. Jadi konsepnya menebar manfaat. Kayak: HPA, Avail dan produk2 kesehatan lain.

Trus ada deposito = menabung. Tapi, uangnya akan dikelola Bank, sehingga nasabah dapet bunga yang lebih tinggi dari bunga tabungan biasa.

Fase 4 ini sudah punya bisnis sendiri tapi tetep kerja reguler. Bentuknya bisa usaha sederhana & menengah. Yang dijalankan orang lain & fungsi kita adalah pengawasan. Atau usaha kerjasama dengan orang lain dan kita sebagai pemilik modal. Investasi yang disarankan di fase ini adalah emas. Ini yang lagi kupikirin :)


Trus,, yang terakhir fase 5. Ini udah jadi pengangguran bermatabat. Mwehehee... Bisnis udah jalan. Tinggal ngawasin. Nah disini mau berhenti kerja sah-sah aja. Full time ngurusin bisnis & pengembangan atau jalan2 ngabisin duitt. Haa... Fantashiru fil ardh. Bertebaran(lah) di muka bumi. *ga apal shorofnya

Di fase ini penulis menyarankan strategi investasi juga. Untuk tahap ini dimana seharusnya kita punya modal gede, strategi investasi yang ditawarkan adalah properti, tanah/bangunan. Beli tanah, dijual lagi atau disewakan atau dibuat ruko trus disewakan atau dibuat kosan dst. Yang artinya tiap bulan udah tinggal nerima duit tanpa perlu repot. Trus juga disaranin untuk mulai ikutan main di pasar modal lewat saham/obligasi/reksadana. Aku gabisa jelasin ulang, because of aku juga pusing buat ngertiinnya.

Nah, sekarang mari kita hitung total waktu/umur untuk sampai jadi pengangguran bermartabat. Pake waktu yang maksimal deh dan mulai dari lulus SMA. Nih ya:
Fase 1: 4th
Fase 2: 4th
Fase 3: 4th
Fase 4: 5th
Fase 5: 1th
Total: 18th.
Rata-rata kan pada lulus SMA umur 18 yak? Brarti di umur 36 orang yang mempraktekkan metode ini udah bisa jalan2 backpackeran around the world. Hwaaa...

Nah. Cuma, sebagai sebuah contoh kasus yang terdekat, setelah aku baca2 buku ini & evaluasi diri sendiri, sebenarnya hal-hal yang disampaikan penulis itu udah suka kepikiran dari dulu. Cuma gak dilakuin. Hahaa... Mungkin karna udah nyaman sama kondisi yang lagi dijalanin. Dan gaada niat untuk "mendapatkan lebih". Bahkan sebenernya kalo dipikir2 aku kemaren lebih parah. Bukannya invest, malah suka devisit. Haaa... *jedotjedotjedot

Dan udah ngelakuin sih sebenernya. Cuma ga serius, ga istiqomah dan ga pathek niat. Bahkan dari SD sih malahan aku udah bisnis hwaaa... Tapi yaitu sekedarnya aja. Intinya, gak pernah serius. *jedotjedotjedotlagi

Sepertinya banyak juga orang yang masih kerja untuk langsung habis dikonsumsi. Begitu terus. Jadi BEP terus idupnya. Itu makanya penting kali ya untuk punya financial mindset. Jadinya penulis disini bikin bab pembuka yang judulnya financial mindset. Walaupun disampaikan secara kaku. Yaitu, pertama-tama penulis menjabarkan dulu tentang konsep laporan keuangan atau financial statement. Jadi, sampai dengan 35 lembar awal buku ini kayak buku akuntansi ieuuuuu... Pake neraca-neraca keuangan kayak dulu yang diajarin guru akuntansi pas SMA. Aktiva tetap, aktiva lancar dst.

Pas ditengahnya penulisnya tanya: Dimanakah posisi keuangan anda? Selisih akhir antara pendapatan dan pengeluaran Rp. 0. Apakah neraca keuangan anda berada pada kondisi serupa?
"Yaaa... bahkan lebih buruk" jawabku *senyum masygul.

Kalimat yang sebenernya kurang provokativ.

Beneran deh, buku ini kayak diktat kuliah akuntansi. Haha.. Dan financial statement/laporan keuangan yang tadi aku ceritain, ada sampai dengan bab terakhir. Jadi emang bakalan keliatan banger cash flow-nya. Saldo akhirnya. Investment-nya. Juga perkembangan bisnis yang ditekuni dari segi financial \(^-^)/

Mungkin bagi orang yang ga sengaja dapet buku ini & kemudian harus membaca adalah orang yang beruntung karena dapet ilmu. Tapi alangkah baiknya kalau buku ini dinikmati sama banyak orang. Packaging & tagline buku yang lebih memikat. Misal:

Get your financial freedom at 36th

Bebas financial di usia 36 th

Sebuah cara paling efektiv untuk membengkakkan pendapatan pribadimu.

Atauuuu,, apa kek! haha..

Hal lain, yang agak gimana adalah: financial mindset yang dipake sama penulis di sini adalah ekonomi konvensional. Makanya dia saranin untuk menabung dan memperhitungkan bunga. Deposito, obligasi dst yang semua ada bunganya. Ini bakal langsung terkoreksi sama orang yang lebih memilih ekonomi syari'ah. Dan jadinya mengganti-ganti tempat menabung di Bank Syari'ah (*lepas dari beneran syar'i atau enggaknya) atau di BMT. Kan sistemnya bagi hasil :D

*Trus pas baca bagian invest emas, jadi inget dulu pernah pengen baca buku terbitan Asma Nadia Publishing House yang Think Dinar! Jadi sekarang inget buat pengen lagi. Pengen doang :D

Hal lain yang kurang disini adalah alternative investasi dan usaha yang masih terbatas, padahal kalo setauku, banyak pilihan lain yang selain buat investasi kita juga jadi dukung ekonomi kerakyatan.

Truuuus yang nggak kalah penting, penulis juga nggak nyantumin variabel penting dalam siklus hidup umat manusia: menikah dan beranak pinak. Jiaaahaha..

Kan di tiap fase penulis cantumin perkiraan financial statement yang cash flownya bersambung dari fase 1 - 5 tuuuh.. Tapi usernya cuma seorang. Padahal rata-rata orang itu menikah pas lagi di fase 2. Yang itu akan sangat mempengaruhi laporan keuangan. Karena pemasukan sama, tapi pengeluaran bengkak luar biasa. *Itu kalo dipikir linear -_-. Padahal yaa.. bisa juga jadi nilai tambah tauk. Misal, kalau pasangannya juga kerja atau si pasangan "dijadikan" pelaksana dari bisnis sampingan yang telah direncanakan *ini hier pasangan apa karyawan haa...Kan pasangan visioner ggggg... :')
Kalo logika syar'i *ceileee, harusnya yakin rejekinya nambah. Kan rejeki dua orang dihimpun jadi satu. *fyuuuuu ~(^_^~)

*Truss masak pas nulis ini Om Mario Teguh presentasi yang judulnya: Laki-laki bawang. Yang makin dikupas makin bikin pedih. Makin dikenal malah makin bikin nangis. Hwaaaa... akukan suka bawang :'(( dan pernah bikin puisi absurd ttg ini* Abaikan!

Atauuu, asumsinya kalo ngikutin rencana ini secara kaku, maka baru akan menikah umur 36. Akkkkk... ntar udah bathuk bhathuk, anak baru masuk SD.

Ya nggak lah yaa.. mungkin ini memang batasan pemaparan yang udah ditentuin sama penulis. No variabel pengganggu! Apapun itu bentuk dan namanya. Bagusnya emang ga cuma cerita gampangnya aja sih disini. Ada resiko yang dijabarkan juga dan maka harus dihitung.

Soal pasangan hidup, anak, hadiah, musibah dll. Yaa.. kalo sama ngitung itunya ntar jadi panjang bahasnya. Heuheu.

Haa.. hidup itu penuh kejutan. Syukur alhamdulillah kalo bisa well planed dan well done kayak yang dicontohin penulis. Gak pake acara main, mbleot sana, mbleot sini, kejedot sana, kejedot sini, jatuh disana, jatuh disini, jatuh hatinya *uppppssss :#

Etapi yaa.. hidupku yang banyak mbleot-mbleotnya ini juga kalo kuinget harusnya bisa kok sambil ngelakuin seperti yang disaranin penulis.

Lulus umur 22 (*iniaja udah mbleot setaun. Tapi untungnya semacam punya cadangan. Karena sekolah kecepetan). Belum wisuda udah kerja *how lucky! Kerja ini 2 tahun. Yang 1,5 tahun gausah diitung, ada kewajiban yang harus dipenuhi. Investasi bergerak, haha!

Jadi, harusnya punya waktu 5 bulan untuk menjalankan rencana di fase 2. Nabung! nabung doang. Tapi ini nggak terlaksana kecuali yang ditabungin sama lembaga untuk jadi semacam "pesangon" waktu selesai kontrak. Jadi cuma bisa cengok. Tapi terus bahagia lagi waktu liat tumpukan buku belum terbaca. Hyahahaaa...

Udah ah. Just do it, just do it!

Jumat, 03 Oktober 2014

Tuban Bumi Wali



Mari kita lanjut untuk menceritakan apa yang masih kuingat tentang perjalanan. Bertebaran di muka bumi. Kali ini episode Tuban, karena kemaren dikirimin foto kece waktu ke Tuban sama fotografer pribadi: Jul :D

Aku 2 kali kesana. Di sekitaran bulan Desember 2013 dan bulan Mei 2014. Pertama buat menghibur hati Jul yang baru seminggu tinggal disana sendirian. Kunjungan kedua buat menghibur diri. Buang ingus :V

Di kunjungan pertama aku tour ke: Goa Akbar, alun-alun Tuban, lewat Masjid besarnya Tuban tapi nggak mampir, dan ke makam Sunan Bonang.

Di kunjungan ke dua, aku ke Pantai Boom, ke halaman Masjid Besar Tuban buat berteduh (*itu kenapa aku ga masuk juga ya), ke alun-alun juga pastinya, ke sentra Bathik Gedog dannn ke Air terjun Nglirip. Huehueee...

Yeaah.. Jadi Tuban itu salah satu tujuan wisata reliji di Indonesia. Tuban dikenal dengan julukan: Bumi Wali. Buminya para wali. Maka nggak heran, kalau Tuban nggak pernah sepi dari kunjungan turis domestik. Orang islam di Indonesia masih memelihara tradisi ziarah ke makam-makam wali-wali yang dianggap menyebarkan agama islam sehingga bisa berkembang seperti sekarang. FYI, bahkan orang-orang di tempatku tinggal, di Lampung sini juga sering mengadakan paket perjalanan rombongan u/ ziarah ke makam-makam Sunan di Jawa.

Kalau di Tuban ritus yang dikunjungi yaa Makam Sunan Bonang. It is my first time to visit a Sunan grave. Babe orang Jogja dan islamnya yang islam aja. Ndak ada pengkhususan. Nggak pernah mengenalkan tradisi ini di keluarga. Ibu orang Kudus, dan disana juga ada makam wali: Sunan Kudus dan Sunan Muria. Tapi kalau ke Kudus nggak pernah diajak ke sana. Usut punya usut keluarga Ibu juga nggak pernah ngenalin tradisi ini.

Jadi, waktu aku masuk gerbang kompleks makam yang pendek banget itu, aku beneran kayak turis yang nggak tau apa-apa. Sibuk ngamatin aktifitas orang dan tulisan-tulisan petunjuk disitu. Orang-orang yang kebanyakan berombongan. Baju dominan putih dan yang laki-laki bersarung. Mereka membawa bekal selayaknya orang pergi piknik. Ada yang sibuk lalu lalang, ada yang duduk-duduk santai. Mungkin ritualnya sudah selesai.

Trus dengan cengoknya tanya sama Jul: "Trus kita ngapain Jul? Apa yang dilakukan kalau orang ziarah?" heuheu :3
Jul menjawab dengan jawaban diplomatis. Dia ini orang Bojonegoro yang walaupun gak punya ritus seperti makam sunan, tapi budayanya sama. Mereka peziarah juga. Tapi kalau Jul itu udah jadi produk yang agak moderat. Niatnya lebih ke... yaitu, ziarah dan napak tilas. Supaya kita tau sejarah penyebaran islam dan bertrimakasih pada para wali itu, karna melaluinya ajaran dari Allah dan Rasulnya ini bisa tersebar dan sampai ke kita.

Aku aaaa oooo ao aja. Soalnya banyak yang semacam cari 'berkah' gitu disini. Gitu kata jul. Yah yah, mungkin manusia itu merasa terlalu hina dan ga pantes untuk langsung minta sama yang punya hidup. Jadi nyari perantara. Biar nyampe. Heuheu. Logika perantara.

Disitu, kita sempat jadi pusat perhatian karna bawa-bawa kamera dan sibuk jeprat-jepret. Dan kemudian baru sadar, kalo emang diantara pengunjung nggak ada yang melakukannya. Haaa... jadi keki... beneran sok turis ni.

Sempet jalan ke pusat aktivitas ziarah. Tempat orang berkerumun dan memanjatkan do'a. Sempet terpikir mau gabung. Tapi aku do'a apa ya? haha... Kalau do'a yang seperti disarankan Jul kan udah tadi dalam hati. Dan do'anya nggak panjang dan harus berlama-lama duduk disana. Jadi akhirnya ga jadi. Kita keluar dan menikmati jalan-jalan di pasar dekat makam. Liat-liat sarung-sarungnya, bathik dan jajanan-jajanan. Liat doang :3

Oya. Sunan Bonang itu adalah Sunan yang pertama kali membuat alat musik yang sekarang dikenal dengan Bonang. Ituu alat yang bentuknya kayak kuali2 padat dari logam dan cara mainnya dipukul-pukul.

Sebenernya, sebelum ke makam, kita ke Goa Akbar dulu. Tapi aku bingung mau cerita apa. Karna yang diceritakan Jul tentang Goa itu aku lupa semua. Haha. Ingetnya malah detail guanya. Seperti kebanyakan gua lain (*kayak pernah masuk gua lain aja). Dia lembab. Warnanya coklat2 keemasan. Ada stalakmit-stalaktitnya, tapi seingetku nggak yang buanyak gitu. Udah dibikin jalur buat pejalan kaki. Bahkan dikasih pembatas yang juga buat pegangan. Di salah satu ceruk, ada kura-kuranya (*kura2 apa penyu ya?) ada ikannya juga. Trus di tengah2 gua ada bagian yang luas dan ada bolongan tembus ke atas. Tapi disitu bauk. Bau kotoran. Kelelawar atau semacam kalong mungkin. Trus pas deket pintu keluar ada batu prasasti. Kalau nggak salah tulisannya itu keterangan kalau disitu semacam tempat pertapaan.

Kata Jul, gua ini kalo di telusur-telusur bisa sampe gua maharani yang ada di Lamongan. Yang deket WBL.

Goa akbar ini letaknya ada di bawah pasar baru Tuban yang ada di jalan raya Surabaya-Semarang. Di depan pasar adalah tempat parkir bus-bus wisata. Yang mau ziarah ke makam Sunan Bonang parkirnya disini. Biasanya dalam paket wisatanya termasuk mampir ke Goa Akbar.

Dari parkiran ke makam Sunan Bonang sebenernya agak jauh. Dekat dengan alun-alun Tuban dan Masjid Agung Tuban. Tapi meski jauh, masih bisa ditempuh dengan jalan kaki. Seperti yang kulakukan sama Jul.

Bersambung~

Selasa, 30 September 2014

Filosofi Kopi

Judul: Filosofi Kopi
Penulis: Dewi 'Dee' Lestari
Penerbit: Bentang - Mizan Group
Tahun terbit: 2012, Cet.7 2014
Tebal: 142 hal, 20 cm

Hyaaa,, Dee Lest again! Filosofi Kopi. Cetakan pertama sih 2012. Tapi dibuku ditulis bahwa buku ini adalah kumpulan cerita dan prosa 1 dekade. Dari 1995-2005. Itu berarti dari jamannya Dee masih nyanyi bareng sama Rida sama Sita. Dan jadi karya sastra terbaik di 2006 versi majalah tempo. Lah, brarti sebelumnya pernah diterbitin?

Haha.. yang pasti ini buku Dee terakhir yang belum kubaca. Ada 9 cerita pendek dan 9 prosa di buku ini. Dengan cerita utama yang dijadikan judul buku: Filosofi Kopi.

Bercerita tentang barista yang telah memburu kopi-kopi terenak di dunia, mempelajari secara serius dan mendalam hingga akhirnya membuat kedai kopi bersama temannya. Kedai kopi yang tak hanya meramu kopi, tapi juga berbicara kepada pelanggannya. Memberikan makna-makna filosofis dari tiap cangkir kopi yang diminum. Kedainya berubah dari: Kedai Koffie Ben & Jodi, menjadi:
Filosofi Kopi
Temukan diri anda disini

Tiap menghidangkan kopi, pelanggan akan diberi kartu bertuliskan nama kopi yang diminum dan filosofinya.

Begitulah. Sampai ia menerima tantangan u/ membuat kopi terenak yang menggambarkan kesempurnaan & kesuksesan. Sampai begitu orang meminumnya langsung berdecak: sempurna!

Jika Ben berhasil, ia akan menerima uang 10 jt. Meski bagi Ben, buka itu yang dituju. Ini lebih ke soal pembuktian. Maka kemudian ia habiskan berhari-hari waktu untuk meramu kopi yang dimaksud. Dan ia berhasil. Begitu sang penantang meminum kopi itu, ia langsung berkata: Sempurna!

Nama kopinya Ben's Perfecto.

Itu seperti pencapaian lain yang sangat monumental. Semua Pelanggan spakat bahwa kopi itu sempurna. Sampai suatu hari, ada seorang bapak agak tua yang memesan kopi apa saja. Ben langsung saja menyajikan Ben's Perfecto. Namun Bapak itu tidak bereaksi apa-apa. Ben heran.

Akhirnya dari Bapak tersebut ia tau ada kopi yang lebih enak dari kopi Ben's Perfecto. Melalui petunjuk darinya, Ben mencari keberadaan kedai kopi itu. Ben menemukannya. Suatu kedai kopi kecil di desa di Jawa Tengah. Nama kopinya kopi tiwus. Harganya terserah, kadang ada yang memberinya 500, 100 atau tak membayar.

Kopi tiwus adalah kopi yang tumbuh di tanah milik Pak Seno, bahkan sebelum ia tinggal di situ. Kopi yang terus berbuah meski tidak diapa-apakan. Diberi nama tiwus karena anak gadisnya selalu berkata "tiwus-tiwus" jika melihat bunga kopi dari pohon itu.

Akibat hal ini, Ben merasa buruk & dan menutup kedai kopinya. Joddi yang bingung. Mereka sempat bertengkar hingga akhirnya diam. Mereka menempuh perjalanan spiritual mereka masing-masing. Hingga suatu hari saat Ben seperti biasa hanya melamun, Joddy membuatkannya kopi. Sambil memberikan tulisan.

Kopi yang anda minum hari ini:
KOPI TIWUS

Artinya:
Walau tak ada yang sempurna,
hidup ini indah begini adanya.

Haha.. dan lembaran cek 50jt hadiah atas keberhasilan pembuatan Ben's Perfecto diserahkan kepada Pak Seno oleh Joddy. Seperti yang diminta oleh Ben sebelumnya dan habis-habisan ditentang oleh Joddy. Pak Seno menerimanya dengan ketidakmengertian. Bukan gak ngerti maksudnya, tapi nggak ngerti itu apa, kemudian hanya meletakkannya di lemari sebagai sebuah kenang-kenangan. Wakakakak...

Haaa... cerita utamanya ini kena banget deh...
Walau tak ada yang sempurna,
hidup ini indah begini adanya.

Aku ingin mengucapkan ini di hadapanmu, sambil tersenyum.. wakakakkkkk hoex hoex *-mu nya itu looo siapa :p

Hmmm cerita-cerita & prosa-prosa lainnya bagus. Tapi kok nggak nempel yaa.. Nggak kayak waktu aku baca Madre atau Rectoverso. Di dua buku itu tiap judulnya mengesankan. Terutama yang Rectoverso. Mungkin karena aku sudah terlalu tau banyak karyanya ya, jadi biasa. Huehue...

Tapi ada beberapa Prosa yang aku suka, yaitu: Kunci hati, jembatan zaman, diam dan cuaca.

...
Bagaimana mungkin kamu jadikan tubuhmu sangkar bagi perasaan? Bukankah perasaanlah kandang dari jasad ini? Dalam diammu, aku mendengar banyak suara. Diammu berkata-kata.
Tangismu yang tak terlihat merobek ruang waktu dan menghampiriku dengan caranya sendiri. Mari, kususutkan air mata itu, kukecup keningmu halus, dan kutidurkan kepalamu di atas perutku yang hangat. Mari...
Kau dan aku menghembuskan napas. Tak lagi pengap. Tidak ada yang bergerak. Namun, diam itu telah runtuh oleh diam. (Ini potongan dari prosa *atau cerita ya? yang judulnya 'diam')

Jumat, 12 September 2014

Chocolate

Source Pict
Judul buku: Chocolate
Penulis: Joanne Harris
Penerjemah: Ibnu Setiawan
Penerbit: Bentang, Mizan group
Tahun terbit asli: 1999
Tahun terbit Indonesia: 2008
374 hlm, 20,5 cm punya Rahmi Wijayanti

Novel tentang coklat. Disitu dituliskan kalau novel ini sudah difilmkan. Jadi penasaran. Apalagi ada Johny Deep sebagai salah satu aktornya. Aku cukup ngefans sama aktor satu itu hi hiii.. Di otakku kebayangnya Johny Deep pake baju item2 + topi bulet + wajah putih pucet bin datarrrr. Giginya juga putih dan datar. Rambut luruss rata dibawah kuping. Dia punya semacam pabrik coklat raksasa. Pada salah satu perayaan gereja, ia membuka pabriknya untuk dikunjungi anak2. Anak2 yang kesana semacam mengalami akibat langsung dari perbuatannya. Tubuh memanjang, melentur dan bisa menjulur2, ada yang berubah warna jugag. Atau yang lidahnya memanjang. Kalau nggak salah inget, ada satu anak baik2 yang tidak mengalami satupun hal aneh samasekali. Karena dia baik hati. Mereka bisa kesitu karena dapet tiket khusus. Apa ini film yang dimaksud?

Haha. Aku lupa judul film itu apa. Tapi sepertinya bukan itu. Karena cerita di novel ini nggak kayak gitu *ya terusss ngapain ditulissss arggghhh.. Sama-sama tentang coklat sih. Dan entah kenapa asosiasinya langsung ke film itu. Harap maklum ya,, karena pas aku nulis ini, aku lagi tinggal di daerah antah berantah dan my smartphone is still error. Walaupun pada akhirnya aku bisa menemukan warnet, berkecepatan lumayan tinggi jugag, yihaaaaa... Jadi nggak bisa langsung cek pikiran2 yang berseliweran diatas ke uncle google.

Ya ya. Kisah ini tentang ibu dan anak pengembara. Memutuskan untuk tinggal di suatu daerah di pinggir sungai Tannes: Lansquennet-sous-Tannes. Daerah yang masih kolot, membosankan dan penuh kepura-puraan. Aktivitas warganya berpusat di gereja yang di depannya ada alun2nya. Ia membuka chocolatary tepat di depan gereja St. Jerome tersebut_yang entah sengaja atau tidak membawa angin perubahan di daerah tersebut. Menjadi lebih jujur dan hangat.

Diceritakan, warga disana adalah jama'ah gereja yang ta'at, dengan Francis Reynaud sebagai imam gereja. Sedangkan Vianne Rocher dan anaknya Anouk_Ibu dan anak pengembara_memahami Tuhan dengan cara berbeda. Bahkan malah menyamakan beberapa perayaan gereja sebagai warisan budaya kaum pagan. Dia tidak mengarahkan masyarakat untuk murtad, hanya agar lebih jujur pada diri sendiri dan lebih manusiawi.

Pada akhirnya dia memang menang menurut Reynaud, musuh alaminya. Sedangkan bagi Vianne sendiri kemenangannya lebih berarti karena ia berhasil mengalahkan ketakutannya sendiri. Akan bayangan "Pria Hitam" yang selalu mengikuti, bisikan2 ibunya_yang adalah seorang peramal dan sudah meninggal, dan ketidaksanggupannya untuk tinggal lama di suatu tempat, sesuatu yang ia peroleh dari Ibunya juga. Ia berhasil untuk tidak lari lagi tapi justru menghadapi. Hueee...

Yeah.. di endorsement2 di halaman pertama buku endorsernya banyak menghubungkan tulisan ini dengan coklat. Aromanya, rasanya, lezatnya, daya magisnya dll. Aku? Gabisa melakukan itu. Gabisa ngebayangin jenis2 coklat yang dideskripsikan dengan apik oleh penulisnya. Karena, jangankan makan, liat aja kagak pernah. Tau namanya juga baru di novel ini. Lagian, aku bukan penggemar coklat. Eneg! you know. Sukanya yang sekelas coki2 :D

Ini buku jaman jebot yang dulu udah pernah baca kubaca sedikit. Tertarik untuk baca lagi gara2 baca filosofi kopi. Entah apa hubungannya. Haha.

Andndndn, well setelah aku cek emang film yang kuceritain diatas bukan film dari novel ini. Yang kuceritain diatas judulnya: Charlie n Chocolate Factory. Yang based on novel ini ya judulnya Chocolate.

BTW, no di samping rumahku banyak pohon coklat. Heuheu.

Minggu, 24 Agustus 2014

Ring of Fire

Terlalu banyak yang ingin dikatakan itu seringkali justru membuatku tak bisa berkata-kata.

Untuk paragraf 1-4 ini boleh diabaikan :D
Pertama-tama, aku mau berterimakasih dulu ke Julaikah yang secara dengan agak terpaksa memberikanku buku ini. Kalau nggak inget aku bakal nyebrang pulai nan jau disana, mungkin nggak akan sedramatis ini. Sampai dikasih buku segala. Dan temen2 lain juga yang ngasih macem2. Yang ngasih sepenggal episode kebersamaan. Singkat maupun panjang. Semoga kenangan baik juga yang tersimpan atasku diingatan kalian. Hee…

Trus kenapa jadi bahas ini. Lagian setelah aku pikir2, perpisahan sungguhan itu kan nggak ada. Ntar juga ketemu lagi. Hee.. Siapa juga yang bisa jamin aku nggak bakal balik lagi ke sekitaran “Jawa” dalam waktu kurang dari setengah tahun. Seperti pada hari aku mendapatkan buku ini, kemarin Selasa, 19 Agustus 2014 saat tiba2 aku muncul lagi di Kantor RZ Surabaya, menimbulkan reaksi bermacam-macam. Ha haa.. Bagaimana bisa aku muncul setelah pamit bilang mau ke Lampung dan seolah-olah takkan bertemu dalam jangka waktu yang lama. Yang sudah dilepas dan diantar dengan sangat heroic dan dramatis. Aku sih nggak segitu dramatisnya ngasih pengumuman. Yaa.. dengan tanpa perasaan mellow sedikitpun karena menyadari bahwa kita pasti ketemu lagi kokk. He he.. Lampung itu Cuma keliatannya aja jauh. Dan juga mengingat keinginanku yang masih ingin “berkeliaran”. Ini Cuma pulang. Dan itu bukan berarti aku takkan pergi lagi. Hweee..

Aku melihat-lihat buku2 yang lagi2 di beli Jul di Kampung Ilmu Surabaya. Awalnya dia mengajakku. Tapi aku cukup berkeras hati untuk tujuan utamaku ke Surabaya tentunya: beresin kerjaan. Diantara buku2nya aku paling kepo sama yang ini. Membaca pengantarnya dengan sangat antusias. Dan tercium bau petualangan yang seru kayaknya. Pertama, karena ini dibuat oleh orang luar. Selanjutnya karena lokasi2 penjelajahan yang aku belum pernah kesana, dannn apa yang mungkin didapatkan dari kolaborasi itu. Melihat diri Indonesia, dari mata orang luar. Yang bahkan aku sendiri belum tau. Entah seberapa antuasiasnya wajahku keliatannya waktu itu, sampe2 si Jul pada akhirnya mengatakan hal membuatku bahagia. “Yaudah mbak bawa aja bukunya” haaa…

Selanjutnya ritual membaca kembali kulakukan di dalam kereta api Sri Tanjung. Gerbong 3, kursi 11 C. Surabaya-Jogja. Bersama 5 teman duduk yang semuanya cowok. Serta sambil mengamati banyak penumpang yang berpenampilan seperti petualang. Setidaknya dilihat dari tas carriernya yang nongkrong di kabin kereta. Dugaanku mereka semua dari Rinjani. Pulang ke Jawa melewati Bali dan naik kereta dari Banyuwangi. Biasa, abis 17an. Dan aku lagi2 pengen jedot2in kepala karena kemaren juga hampir terhasut untuk berangkat. Ah sudahlah. He he..

Source pict
RING OF FIRE, Indonesia dalam Lingkaran Api. Tebal buku 400 halaman lebih. Ditulis oleh Lawrence Blair based on his adventures with his brother: Lorne Blair. Adik yang bersamanya melintasi rimba Kalimantan yang sangat berpeluang membuat kakinya patah dan terkena infeksi, namun justru hal tersebut terjadi di Bali, dekat rumahnya yang nyaman dan membuatnya meninggal. Hee.. Diterbitkan oleh PT. Ufuk Publishing House di tahun 2012 dari buku asli: Ring Of Fire, An Indonesian Odyssey edisi tahun 2010. Ada filmnya juga lhoo, dan buku ini adalah pelengkap yang tak dapat dipisahkan dari filmnya. Gitu kata penulisnya.

Hal yang membuatku tidak bisa berhenti membaca sejak pertama kali adalah cara penulisnya menulis buku ini. Dia bukan menulis, melainkan bercerita. Sedemikian mengalir dan asik, jadi kayak baca novel. Jadi membacanya aku bolak-balik berupaya membayangkan apa yang coba ia deskripsikan. Memimpikan aku yang ada disana. Di laut sebening-sebeningnya, di samudra saat langit telanjang tanpa tabir, di rimba hujan tropis, di padang sabana, di sungai2 panjang, di rawa, lembah dan ngarai. Mengamati, tumbuhan berjuta-juta spesies. Hewan yang mungkin dengan takut2 dan perasaan jijik tapi memesona. Dan sodara2 manusia yang entah bagaimana ditakdirkan jadi sangat berbeda dengan diri kita sendiri. Yang pasti melatih kemampuan sosialisasi tingkat tinggi.

Saat membayangkan tempat2 eksotis itu aku kesusahan. Ha ha… secara perjalananku paling ke Timur sejauh ini ke Madura. Dan paling Barat ke Lampung. Dan hutan paling rapat yang pernah aku kunjungi Cuma sekumpulan pohon di Merapi. Itu juga nggak dimasuki, Cuma dilewati. Karena sudah ada jalur pendakian terbuka. Dan kondisi yang ia jabarkan agak jauh dengan kondisi sekarang yang sudah banyak ditayangkan di TV. Secara,, perjalanan ini dia lakukan di tahun 70an. Dan oleh karena factor itu semua jadinya malah nggak sabar pengen menghabiskan buku itu segera. Kalau bisa ditelen, ditelen deh. Buku selesai dalam waktu 5 hari saja_yang menyebabkanku melewatkan beberapa agenda melancong di Jogja. Udah lupa haaa. Emejing!!

Tapi, pertama kali baca judulnya, sempat kepikir aku bakalan baca petualangan tentang beberapa gunung berapi di Indonesia. Yang diceritaan gunungnya, yang mengungkung Indonesia dengan lingkaran api. Tapiii,, ternyata deskripsinya lebih ke studi antroplogy, khususnya suku-suku tak dikenal dan mistik di Indonesia. Juga deskripsi flora dan fauna Indonesia. Hee.. tapi aku nggak kecewa. Lagian, kalau yang diceritain gunung, bebetuannya, proses terjadinya, sejarah meletusnya dll ntar malah kayak buku diktat kuliah yang sulit kumengerti.

Jadi, si Blair bersaudara ini melakukan sebuah petualangan sebagai campuran dari motiv penyaluran passion, keingintahuan, dan niat untuk mendokumentasikan agar bisa dinikmati orang lain. Yang pertama tentu saja, karena dari kecil mereka sekeluarga berpindah-pindah, senang membaca buku hasil penjelajahan, terutama yang paling menginspirasi yaitu karya Alfred Russel Wallace, dan aktifitas Ibu mereka di perkumpulan Subud di Pulau Jawa. Selain juga mereka mempelajari secara akademik di universitas di Eropa dan Amerika. Lawrence Blair mendapatkan gelar doktoralnya di Universitas Lancester, fakultas perbandingan agama, Inggris. Tesisnya  membicarakan mengenai bidang psikoantropolgy yang kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul: Rhythm of Vision_the Changing Patterns of Believe. Kemudian ditambah kenekatan adiknya. Mereka mencari sponsor yang mau membiayai ekspedisi untuk memfilmkan perjalanan mereka. Menemukan Cendrawasih Kuning Besar melalui jalur dan cara yang sama yang telah dilakukan oleh Alfred Russel Wallace. Yang kemudian berlanjut atau melebar dengan juga memfilmkan kehidupan suku-suku di pedalaman Sulawesi dan Kalimantan, ritual-ritual mistik, flora dan fauna yang mencengangkan bahkan kehidupan di dasar laut. Semua ini diceritakan di bab pertama dan kedua.

Bab berikutnya merangkum upaya mereka memulai perjalanan untuk bertemu cendrawasih kuning besar itu. Yang karena mereka bertekad melakukan perjalanan seperti Wallace, maka ceritanya jadi panjaaaaang. Tidak semudah yang mungkin kita bayangkan jika ada orang kulit putih mau berwisata. Alih-alih menyewa kapal bermesin, mereka sangat niat untuk susah-susah mencari kapal pinisi, yang masih murni bergerak menggunakan tenaga angin. Saking rumitnya sampai makan waktu sekitar 4 bulan! Dan ini diceritakan secara detail dan lebarrr_namun menyenangkan_oleh Lawrence menjadi 3 bab. Mirip sepertiku, yang bahkan untuk menulis ulasan ini saja merasa perlu untuk bercerita hal-hal remeh temeh seperti diatas, di paragraf2 awal. Hahaa.. Karena memang justru perjalanan serta kerumitannya yang berarti dari sebuah perjalanan. Bukan tujuannya. Ya nggak?

Mula2 penulis bercerita upaya mereka untuk memfilmkan upacara pemakaman raja di Tana Toraja. Yang bahkan sudah mati sekitar setahun yang lalu. Ini berdasarkan saran Dr. Werner Meyer, seorang perwira medis untuk Wehrmacht Jerman yang sampai ke Celebes dalam program medis PBB untuk negara2 dunia ketiga bersama 16 dokter dan beberapa perawat lain. Sempat disekap oleh pasukan Daarul Islam dan menjadi salah satu dari 2 orang saja yang berhasil lolos. Yang satunya langsung pulang ke negaranya. Sedangkan Dr. Werner menjadi pengelola kesehatan di wilayan itu bahkan mendirikan Rumah Sakit. Dia ini yang menghubungkan Blair bersaudara dengan orang2 yang akan menghubungkan mereka dengan orang lain lagi hingga pada akhirnya bisa menemukan kapal pinisi seperti yang diharapkan.

Proses merekam film upacara pemakan terakhir Raja Tana Toraja ini saja memakan waktu sampai 2 bulan. Penulis menggambarkan dengan detail semua prosesnya dan apa yang mereka alami selama waktu itu. Deskripsi alamnya, sosialnya, kesenian dan budayanya. Bagaimana mereka berinteraksi dengan penduduk setempat. Juga tentang ajaran dan kepercayaan yang mereka yakini. Soal social, budaya dan kepercayaan ini menjadi titik tekan yang paling banyak diceritakan oleh penulis. Bahkan di bab-bab selanjutnya ketika ia bercerita tentang suku lain. Proses pemakaman Raja ini sangat rumit. Orang toraja mempercayai bahwa asal mula mereka adalah dari bintang, yang mendarat ke bumi oleh benda langit semacam ufo. Saat mereka meninggal, mereka harus melakukan upacara untuk mengirim arwah mereka kembali ke tempat asalnya. Dalam upacara ini mereka mendirikan rumah2 sampai 60an khusus untuk melakukan upacara yang disebut Rante. Rante ini nantinya dibakar setelah selesai upacara. Untuk menentukan waktu pemakaman diperlukan upacara khusus lagi. Pemakamannya sendiri adalah dengan meletakkan jenasah pada sarkofagus, kemudian rentetan upacara pengurbanan dilakukan, tari2an dan orang2 berarak2 dalam kondisi trance, hingga kemudian meletakkan sarkofagus beserta Tau-tau (replica orang yang meninggal dari kayu, seperti boneka) di dalam tebing batu yang sudah di lubangi berbentuk persegi.

Setelah selesai di misi itu, mereka akhirnya menemukan sebuah desa dimana ada penduduk yang mempunyai kapal pinisi, mau menyewakannya beserta awaknya ke pulau Aru. Dimana jalur itu merupakan jalur yang telah lama tak lagi diarungi oleh pelaut Bugis yang tangguh. Sambil menunggu kapal siap diperbaiki, mereka jalan2 mengikuti perburuan ular Boa. Saat waktu dimana angin muson barat sebentar lagi berbalik arah akhirnya mereka berangkat. Dari Bira, menuju Makassar untuk menaikkan barang dagangan titipan saudagar Tionghoa_yang dijadikan syarat pinisi boleh berlayar oleh pemiliknya, kembali ke Bira, lanjut ke Teluk Bone, mendarat di Buton, kemuadian Ambon, masuk ke laut Banda, mampir ke beberapa pulau di Kepulauan Banda yang di salah satunya ada gunung berapinya dan tentu saja ke kota Banda, lanjut ke kepulauan Kei, dan akhirnya sampai ke Aru. Kemudian berhasil memfoto dan memfilmkan Cendrawasih Kuning Besar yang bertengger di Pohon Tarian. Di sepanjang perjalanan mereka, penulis juga menceritakan hewan2 cantik, ajaib, langka nyaris endemic yang hanya bisa dilihat di sedikit wilayah di dunia. Selain ular Boa, ada ikan Laweri yang matanya memancarkan sinar seperti bohlam lampu, ubur2 cincin biru yang sangat beracun, paus dll. Akhirnya, lebih karena tanggal kadaluarsa visa mereka buru2 pulang naik kapal nelayan Australia. Kapal mesin. Menuju Australia tentunya. Hee…

Di bab2 berikutnya, adalah kisah petualangan lain di kunjungan kembali mereka ke Indonesia. Di daratan yang sekarang kita kenal sebagai Irian Jaya. Pada awalnya Lorne Blair pergi dengan tim lain untuk menjelajah dan memfilmkan kehidupan suku Asmat, tanpa Lawrence. Maka di bab ini Lawrence mengutipkan cerita dari catatan harian Lorne. Namun setahun kemudian Blair bersaudara kesana lagi dalam misi lain, yaitu memberikan kuliah pada ekspedisi kapal Linblad Explorer. Suku Asmat, suku pengayau_aku baru tau istilah ini_ dan kanibal. Dan fakta yang sangat mencengangkan adalah mengetahui salah satu korban kanibalisme mereka adalah Micheal Rockefeller. Anak Gubernur New York pada saat itu, Nelson Rockefeller (juga pernah jadi Wakil Presiden Amerika). Ceritanya dramatis banget.. Sampai pada saat Lorne melakukan misi pertamanya, kematian MR masih misterius. Tentang ia yang dimakan oleh suku Asmat juga masih dugaan. Disamping dugaan lain bahwa dia mati tenggelam dan dimakan ikan Hiu. Lorne Blair berhasil mengungkapkan fakta ini karena totalitas mereka dalam melakukan misi peliputan. Mereka benar2 melebur dengan masyarakat, ikut telanjang, ikut upacara2 adat, memakan apa yang mereka makan, tidur di tempat mereka tidur bahkan sampai diangkat sebagai anak oleh salah satu anggota masyarakat. Dengan prosesi yang menggelikan. Hua hua… Blair bersaudara beserta tim lain melakukan wawancara pada banyak orang tentang kejadian tersebut. Termasuk pada akhirnya dengan salah satu pelaku pembunuhan dan yang ikut memakan daging si MR. hiii…

Maka film mereka juga berisi dokumentasi kehidupan pengayau mereka. Tentang prosesi balas dendam. Jika ada yang mati terbunuh akan dibuatkan bis, patung ukir2an kayu bermotif rumit manusia dan hewan yang menjulang sebagai tempat arwah. Arwah itu masih akan terbelenggu dan tidak akan bebas jika belum diurapi darah dari suku yang membunuhnya. Ceritanya dulu orang kulit putih yang diwakili prajurit Belanda pernah menyerang mereka dalam upaya menghilangkan kebiasaan mereka mengayau. Empat prajurit perang suku Asmat Otjanep tertembak. Kemudian si MR datang ke situ untuk membeli bis2 kayu eksotik. Benda etnografi yang dianggap berharga bagi peniliti antropologi. Tanpa tau kalau beberapa bis itu ada yang harus diurapi dengan darah suku kulit putih, supaya arwahnya bebas. Lhaa kok yaaa.. pas MR mau kesana naik perahu menyusuri sungai itu perahunya macet. Perahu mereka berisi 4 orang. Selain MR ada 1 antropolog muda dan 2 missionaris. 2 missionari memutuskan untuk berenang menepi dan mencari bantuan. Selanjutnya saat bantuan tak kunjung datang MR memutuskan untuk menyusul. Dan dia hilang. Dalam beberapa jam kemudian, berdatangan kapal2 milik angkatan laut Belanda, 20 pesawat Neptune, pesawat Hercules milik angkatan darat Australia dan jet sewaan yang ditumpangi Ayah MR dan kembaran MR, Mary. Sampai 10 hari pencarian hasilnya nihil.

Sampai selanjutnya apa yang berhasil dikorek oleh Lorne. Jadi beberapa orang Asmat Otcanep menyeret MR dalam keadaan lemah. Mereka sempat berseteru apakah dia harus dibunuh atau tidak, hingga kemudian salah satu dari mereka menombaknya. Kejadian selanjutnya MR disantap. Ieuw… diantara wawancara2 itu saat, Lawrence ikut berkunjung ia tergoda untuk bertanya, “bagaimana rasanya?”_makan daging orang. Entah dengan bercanda atau bagaimana, salah seorang menjawab: “Daging sesame kami terlalu a lot, daging orang melayu terlalu manis, daging orang kulit putih terlalu asin, yang paling lezat tentu saja daging orang Tionghoa”. Haaaa…. (&*^^$%#$@!)_()*(_&(*%^$%# aku merinding bacanya.

Terusssssss.. pulau selanjutnya yang mereka kunjungi adalah Pulau Komodo. Pulau Naga kata mereka. Jadi Komodo itu dianggap yang mengilhami hewan mitologi Naga. Ohyaaa… Cendrawasih kuning besar itu juga hewan yang juga sejak lama dijadikan symbol bagi masyarakat tradisional China. Heuheu.. Blair bersaudara ke pulau Komodo pertama kali juga dalam tugas mereka memberi kuliah diatas kapal Linblad Explorer. Seperti halnya di bab2 lain, Lawrence selalu menceritakan seekor spesies, selain tentang ciri2 fisiknya juga deskripsi bagaiamana spesies tersebut pertama kali ditemukan oleh orang yang kemudian mengabarkan ke dunia internasional, dinamai, dan selanjutnya dimasukkan ke daftar taksonomi. Dibuku ini Lawrence juga bercerita bagaiamana Komodo akhirnya dikenal dunia. Sebelumnya sudah ada laporan2 penerbang dan penyelam yang mengetahui reptil ini, sampai akhirnya seorang perwira Belanda, Van Steyn terilhami untuk mencari tau. Pada tahun 1912 ia menembak sepasang specimen, membawanya ke Museum Zoologi Bogor dan diteliti oleh kuratornya Van Ouwens. Disinilah pertama kali Komodo diidentifikasi dan diberi nama latin: Varanus komodoensis atau Naga Komodo. Di pulau komodo ini berdiri beridi salib yang menandai tempat seorang Barat pertama yang dimakan oleh Reptil ganas ini.

IN MEMORY OF
Baron Rudolf Von Reding Biberegg
Born in Switzerland the 8 August 1895 and
Disappeared on this island the 18 July 1974
‘He loved Nature throughout his life’

Pulau selanjutnya di bab selanjutnya adalah pulau Sumba. Kali ini misinya juga buat film. Tentang perang pasola. Sebuah olahraga perang tahunan. Yang harus menumpahkan darah. Beberapa kali Lorne kesana untuk melakukan misi tersebut namun gagal karena waktu penyelenggaraan yang tidak pasti. Tidak ada yang tau kapan pasola berlangsung selain pendeta mereka. Sampai pada akhirnya Lorne berhasil mengetahui tanggal pasti pelaksanaan pasola 3 tahun kemudian, Lawrence menyusul kesana. Dan saat mereka bertemu adalah saat salah satu kru filmnya: Zac mendapat kabar kalau Raja Pau wafat. Lalu mereka pergi ke Waingapu untuk menghadiri pemakaman. Meski pemakaman masih ditunda karena syarat hewan kurban yang belum terpenuhi. Bahkan ada 2 jenazah lain yang sudah menunggu lebih dari 20 tahun untuk dikuburkan. Disebabkan hewan kurban yang telah lama disiapkan terus2 dicuri tiap kali sudah hampir memenuhi syarat. Pemakaman disana yaitu dengan menguburkan orang bersama kudanya dibawah batu megalit seberat 3,5 ton. Jenazah dibuntel dengan berlembar2 kain tenun ikat khas sumba yang tak ternilai harganya. Tenun ikat merupakan azimat bagi orang sumba, banyak symbol dalam tenun ikat yang merupakan bentuk kekuatan magis rahasia yang hanya dipahami oleh para tetua klan. Bersama Raja Pau, raja Sumba saat itu harus dikuburkan ratusan lembar tenun ikat paling indah yang pernah dilihat. Yang akhirnya sempat di filmkan oleh Lorne dan Zac meter demi meter. Mengetahuinya mau dikuburkan adalah hal yang ironis.

Akhirnya mereka menyaksikan juga olahraga tahunan pasola. Yang sebenarnya adalah upacara pengorbanan manusia terselubung. Menurut ajaran mereka, ini untuk menjaga agar dunia tetap seimbang antara dewa2 langit merapu di atas dan nyale sang dewi lautan di dunia bawah. Mereka berhasil memfilmkannya.
Dan akhirnya mereka ke Borneo. Kalimantan. Mencari suku nomad Punan. Untuk di filmkan juga tentunya. Suku ini dikabarkan sudah tidak ada, atau sudah menyesuaikan diri dengan pola hidup masyarakat lain saat ini. Tapi mereka bersikeras mencari. Dan untuk itu mereka menelusuri berdasarkan info2 lapangan dan catatan2 penjelajah sebelumnya. Dalam penelusuran ini mereka dibantu oleh Wiessmar, sultan asal Sumatra Barat yang ahli menduplikasi dokumen, punya banyak variasi pekerjaan diantaranya pengumpul informasi bagi intelejen Angkatan Darat. Sebelumnya mereka sudah bertemu di kapal Linblad Explorer saat ke pulau Komodo. Dia juga yang bersama sama Baron mengunjungi pulau Komodo untuk peratama2 kali dimana Baron menjadi korban keganasan Komodo.

Blair bersaudara, Wiessmar akhirnya menemukan orang yang mau mengantar mereka mencari suku Punan. Bareyo namanya. Dia orang Punan juga namun sudah sedikit menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat lain saat itu. Berprofesi sebagai pemburu badak dan melakukan perdagangan. Mempunyai anak dan istri yang tinggal menetap. Dalam perjalanan beribu-ribu kilometer, rombongan ini terdiri dari 22 orang. Melewati hutan hujan tropis yang rapat meski sudah banyak ditemui penebangan liar pohon2 besar untuk dikirim ke luar pulau. Disini, selain lintah yang mereka temui dan dideskripsikan oleh Lawrence adalah spesies lain seperti kupu2 Raja Brook Bridwing yang pertama kali ditangkap dan diidentifikasi oleh Alfred Russel Walace. Yang cantiiiiiiiiiik bingitttttttttt katanya. Heuheu.. *coba gugling ah… ohh okey,, emang kalo bagi penduduk asli mungkin biasa aja :D

Akhirnya ketemulah mereka dengan suku Punan ini. Ketika mereka melintasi sungai dan mulai mendengar suara seperti tabuhan genderang yang menyeramkan seperti keluar dari air. Music air Punan yang terkenal. Diceritakan, saking rapatnya hutan ini, mereka nyaris tidak pernah melihat angkasa. Selain mungkin ketika mereka melintasi sungai2 besar. Oleh karena itu bagaiamana pada akhirnya Bareyo dan orang2 punan bisa mengetahui arah dan menemukan kerabat mereka adalah misteri. Namun kemudian Lawrence mendapat penjelasan mengenai “pengelana mimpi” dari Bareyo. Orang punan tahu kalau mereka memiliki 2 jiwa. Ada jiwa fisik emosional dan para pengelana mimpi. Dalam keadaan tidur atau kerasukan para pengelana mimpi berkeliaran melihat dengan mata berbeda. Melihat jalur2 hewan liar atau orang yang hilang. Memang pada saat akhirnya mereka menemukan suku Punan nomad yang mereka cari ini, bareyo sudah melihat mereka dengan “penglihatannya”. Dan ini dia katakana kepada rombongan lain. Ia meminta beberapa orang untuk menyebrang sungai dan melihat apakah “penglihatannya” itu sungguhan. Dan ternyata memang benar.

Saat sudah tinggal bersama orang2 Punan, penulis mendapat keterangan lebih lanjut. Tentang Aping_Tuhan yang mereka yakini, tentang pohon kehidupan, bahwa manusia itu semuanya berasal dari pohon yang sama. Disini Blair bersaudara mengikuti upacara dipimpin oleh Nanyet_semacam pemimpin spiritual. Mereka melingkar mengelilingi Nanyet. Nanyet bergumam dan meracau semacam ocehan bernada yang kemudian diikuti oleh kerumunan laki2 perempuan sekitar 50 orang itu. Menurut mereka, bahasa itu tidak bermakna, kecuali bagi orang2 yang memiliki pengelana mimpi yang terjaga sepenuhnya. Bahasa itu disebut bahasa ‘sebelum terlahir dan setelah berpulang’. Belakangan Blair bersaudara baru mengetahui kalau upacara itu diselenggarakan untuk mereka. Untuk membangunkan pengelana mimpi mereka. Mereka akan mengetahui apakah itu berhasil atau tidak setelah beberapa hari, apakah diantara mereka ada yang bermimpi. Dan hal itu benar2 terbukti. Lorne yang bermimpi, mendapati dirinya ada di dalam sebatang pohon besar yang membentang dari ujung ke ujung Borneo. Satu pohon. Dan dia bersama makhluk2 lain. Sebelumnya karena seringnya mereka ikut menikmati musik2 orang Punan, suatu kali mereka berdua bangun dan ingin membuat tato. Orang Punan adalah seniman tattoo. Dan tattoo adalah juga salah satu symbol spiritual mereka. Mereka akhirnya pulang dijemput helipad operasional missionaries setempat.

Membaca deskripsi ini dan deskripsi Lawrence sebelumnya tentang ciri2 orang Punan, yang berkulit putih nyaris transparan, juga melihat foto hasil jepretan mereka yang memperlihatkan gadis punan aku tiba2 merasa kalau film Avatar yang makhluk2 biru itu_bukang yang Aang_terisnpirasi dari sini. Seriussss.. deskripsinya mirip banget. Orangnya, pengelana mimpi, pohon kehidupan, upacaranya haaa… Sotoy mode on.

Hadeuuuh.. aku udah capek aslinya. Udah ngantug. Tapi ini tinggal satu lagi. Satu bab lagi tentang Bali. Blair bersaudara itu punya rumah di Bali. Rumah dalam arti sesungguhnya. Tempat nyaman untuk pulang. Tempat mereka untuk memperhalus transisi dahsyat yang harus mereka hadapi dari kehidupan sangat modern di Inggris dan Amerika dengan belantara rimba. Kalau di tempat2 terpencil saja mereka segitu akrab dan berbaurnya, apalagi di Bali. Dan mereka sangat diteriman disini. Rumah mereka juga dibuatkan oleh penduduk. Mereka ikut dalam upacara2 dan kegiatan masyarakat di Bali. Mendapatkan ketenangan dan pengalaman spiritual. Udah.

Sebenernya ada cerita orang lain lagi di bab tentang Bali ini. Yaitu orang yang dia panggil Dynamo Jack. Orang yang dari dalam tubuhnya bisa mengalirkan listrik dan membakar sesuatu dengan tangan kosong. Nah, kalau yang ini aku jadi inget si Elektra tokoh fiktifnya Dee di Supernova Petir. Dan sedikit juga inget sama Bodhi di Supernova Akar waktu baca bab Kalimantan. He he.. yaampun..

Baca ini ni yaaaa.. ada perasaan maklum sekaligus miris. Dengan diri sendiri, dengan bangsa ini. Indonesia itu yaaaaaaa.. haaa.. bagaimana aku harus mengatakannya. Ini yang aku bilang diatas aku nggak bisa berkata2. Heuheu. Jadi, aku merasa pantesan aja kalau eksplotasi besar2an di Papua di Kalimantan dan yang lain2 dikuasai sama mereka orang2 kulit putih. Ya karena merekalah yang lebih dulu mengetahui potensi ini. Yang sadar akan nilai sesuatu. Mungkin kita juga tau, tapi tak tau harus apa.

Belum lagi seperti yang disampaikan oleh penulis. Bahwa apa yang ada di Indonesia ini adalah sesuatu yang banyak mengilhami khayalan mereka tentang kehidupan lain. Seperti yang kusebutkan diatas, dari Cendrawasih hewan cantik symbol anggun bagi masyarakat China, Komodo yang diasosiasikan sebagai naga, ada juda ikan duyung yang diinspirasi oleh spesies ikan tertentu di Indonesia, bahkan boogey man. Pernah liat film boogey man? Hantu yang ada di bawah kolong kasur. Dari buku ini aku tau kalau kosakata Boogey man itu berasal dari pelaut Bugis. Bugis man. Perompak Bugis yang ditakuti oleh pelaut2 jaman dulu. Begitu mengerikannya sampai dijadikan nama hantu oleh mereka.

Saat penulis menceritakan kisa2 pelayaran orang2 terdahulu untuk mencari rempah2. Motif orang2 eropa untuk bangkit atau renaissance sampai akhirnya revolusi industry. Tentang mencari sumber daya di suatu wilayah. Sampe nyasar2 ke Amerika. Sementara kita masih tidurr. Haaa… *cakar2 meja.
Kalaupun dulu kita masih tidur, kenyataannya sampai sekarang kita belum bangun2. Belum sadar2. Ihhhh.. kemudian melihat diri sendiri yang kayak gini niiii… kayak gini.. *tonyor2 idung.  Udahlah pengetahuannya dikit, gak produktif, tiap hari masih aja menggalaukan hal2 nggak penting. Remeh temeh dan Haaa… *yakdes yakdess..

Haaa… setidaknya, gara2 baca ini aku jadi baru bener2 melototin peta Indonesia. Melototin pulau2 kecil yang menyimpan banyak kekayaan. Merasa masih sangat bloon bin dodol. Kalau ditanyain sekarang jumlah provinsi di Indonesia aja nggak tau. Asli nggak tau. Ingetnya masih yang sesuai pelajaran SD-SMA. Ada 27. Trus yang pernah kukunjungi mana aja? Atau kalau itu berlebihan setidaknya, di tempat kamu ada sekarang, kamu udah ngapain? Udah ngapain coba? Haaa..

Jadi inget waktu pertama kali aku tercengang dengan hal2 macam ini sewaktu kelas 2 SMA. Waktu buat presentasi di mata pelajaran Geografi tentang potensi hutan Indonesia bagian Barat. Dan temen2ku yang sampe bosen sama presentasiku yang kepanjangan. Karena semuanya aku sebutin satu2. Haaa… trus memantapkan diri mau kuliah pertanian. Mau jadi petani modern entah gimana caranya. Dan sekarang mendapati diri luntang-lantung giniiii… jatuh miskin, gagal move on. Hahaa.. *eh nggak ding. Lebay.

Hhhhhh…

Di samudra ilmu tak terhingga ini
Kita berenang timbul tenggelam
Menggapai-gapai makna seukuran zooplankton
Sesekali tersedak, menelan air asin dari lubang hidung
Atau dari mulut tapi masuk ke saluran nafas

Di samudra ilmu tak terbatas ini
Langit yang terhampar luas diatasnya tanpa tabi
Pun tetap bisa melalaikan kita dari ke-MahaanNya
Teralihkan oleh berisik hati berkabut nafsu
Bisa-bisanya masih risau dengan perkara remeh temeh tentang aku, tentang kamu
Padahal semua ini kan bisa kita eja bersama-sama
Memperdengarkan dan menangkap isi kepala kita masing-masing
Bahkan ketika kau tak sanggup berkata-kata dan aku tak bisa diam

*meracau saat masih membaca bab pertama, diatas kereta, sambil berpikir kemana2.