Minggu, 24 November 2013

Buku yang susah dibaca :(

Gambar dari sini
Judul: JEJAK KAFILAH - Pengaruh Radikalisme TImur Tengah di Indonesia
Penulis: Anthony Bubalo dan Greg Fealy
Penerbit: Mizan
Jumlah halaman: 202
Perolehan: Beli sendiri :)

Haaa.. ini buku sudah kubeli dan langsung mulai kubaca dari… dari kapan ya? Dari 6 sampai 8 bulan yang lalu mungkin. Tapi tak habis-habis. Aku bukan tipe orang yang bosan karena tema. Tapi karena gaya tulis. Buku ini entah kenapa kurasa diterjemahkan dengan cara yang kaku. Atau memang naskah aslinya begitu. Atau otakku yang nggak nyampe. Satu rangkaian kalimat itu bisa dipenuhi istilah yang rumit dan independen. Tapi baiklah karena tema buku ini adalah tema yang kusuka, mari kita coba kaji lagi. Dan aku memilih untuk mencoba menelusuri kerangka pikir penulis.

Latar belakang buku ini bisa dilihat dari Sub Judulnya yang bahkan tertera di halaman sampul: Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia. Kalau kita mau mengikuti tahapan penulisan karya ilmiah maka kita harus menjabarkan judul tersebut dalam pengertian-pengertian. Jejak Khafilah itu lebih ke judul komersil, jadi tak usah dibahas. Judul yang eye catching. Maka kita langsung ke Sub Judul saja.

Pengaruh: adalah hubungan 2 variabel dimana varibel bebas mempengaruhi variable terikat.
Radikalisme: berasal dari kata radic (=akar) dan Isme (=paham). Jika digabung menjadi suatu paham yang mempertahankan akar sebuah keyakinan. Dalam hal buku ini yang dimaksud radikalisme adalah salah satu aliran gerakan islam garis keras. Mudahnya Islam Radikal. Itu maksdunya.
Timur Tengah: Suatu kawasan yang terkadang disamakan dengan “Arab”. Ini adalah sebutan orang Eropa kepada dunia yang ada di Timur wilayahnya tapi tidak terlalu timur. Seperti orange asia menyebut Eropa dan Amerika sebagai “Barat”.
Indonesia: Negara kita.

Jadi kurang lebih penulis ingin mendeskripsikan sejauh mana pengaruh radikalisme itu mempengaruhi Indonesia. Kalau dilihat dari sini, berarti pertanyaan yang sebelumnya seharunya muncul yaitu: apakah ada pengaruh radikalisme Timur Tengah di Indonesia? Sudah terjawab. Jawabannya: Iya, positive ada pengaruh. Maka dari itu buku ini lebih kepada menjawab pertanyaan: Sejauh mana pengaruh radikalisme Timur Tengah di Indonesia dan Apa saja Pengaruhnya, Apa saja implikasi, Bagaimana menanganinya. Ya, kira2 begitu.
Latar belakang, tujuan dan batasan masalah yang asli tertulis di Bab Pendahuluan. Kurang lebih begini skemanya:

Jejak Kafilah: Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia

Pendahuluan:
  1. Benturan Ideologi
Islam adalah ideology. Bersaing dengan ideology dunia lainnya yaitu: Komunis dan Kapitalis. Islam pernah bertemu dengan komunis di Perang Afghan. Komunis pernah bertemu Kapitalis di perang dunia I dan II. Islam bertemu dengan Kapitalis adalah saat ini.
  1. Islamisme, Timur Tengah, dan Indonesia
Islamisme itu ideology islam. Atau golongan orang yang menjadikan islam sebagai ideology karena ada juga yang tidak.
Timur Tengah: Episentrum ideology islam/islamisme
Indonesia: ya, kenapa Indonesia? Karena Indonesia adalah contoh par excellence masyarakat muslim yang awalnya cenderung lembut namun kemudian mengalami radikalisasi.

Tujuan dari penulisan ini:
  1. Kontribusi intelektual untuk memperkaya perdebatan lebih luas tentang peran yang dimainkan kelompok islamis di kancah politik Indonesia kontemporer.
  2. Menguji dampak gagasan-gagasan islamisme dari Timur Tengah di Indonesia
  3. Kontribusi untuk emmahami secara lebih luas evaluasi islamisme di Timur Tengah maupun di Indonesia
  4. Menguraikan beberapa aliran Islamisme Kontemporer dan religiositas islam yang berbeda-beda dan menjawab pertanyaan menyangkut hubungan islamisme dan demokrasi
  5. Memberikan masukan bagi para penentu kebijakan dalam menanggapi fenomena isamlamis di hampir semua dimensi dari penyebaran ide-ide yang mendasari terorisme hingga peran partai-partai islamis dalam proses demokratisasi
Kurasa sudah jelas arahnya ketika melihat pendahuluan ini. Maka selanjutnya isi dari buku ini dibagi menjadi 4 bab. Dan ditutup dengan kesimpulan dan saran-saran.

Isi dari buku ini setidaknya merangkum hal-hal sbb:

Bab I: Kebangkitan, radikalisme, dan Jihad
Isinya tentang berbagai gerakan atau aliran atau organisasi atau manhaj islam di timur tengah. Siapa tokoh-tokohnya dan bagaimana ia awalnya muncul, pola gerakan, visi umum gerakan dan penyebarannya. Tapi yang dipaparkan disini adalah gerakan Arus Utama atau yang dominan. Antara lain: Wahabi, Salafiyah, Ikhwanul Muslimin. Yang dari islamisme arus utama ini kemudian memunculkan gerakan-gerakan lain lagi entah dengan mengambil sepeduhnya nilai-nilai gerakan tersebut, mengelaborasi kedua atau ketiga gerakan tersebut atau menambahkan sedikit versi yang dikembangkan. Kemudian timbul salafi tradisional yang lebih mengurusi hal-hal tentang kesalehan pribadi, salafi kontemporer yang kemudian lebih “berjuang” dengan cara-cara radikal atau teroristik, Hizbut Tahrir yang visi besarnya adalah pendirian khilafah, Al-Qaeda, IM versi Sayyid Qutb dan juga radikal Syi’ah yang dimotori Ayatullah Khomeini. Kemudian penulis mencoba mengerucutkan mana yang radikal dan yang biasa saja. Ia melihat radikalisme utamanya dipengaruhi oleh Sayyid Qutb. Kemudian gerakan radikal ini mendapatkan wadah perjuangannya terutama saat Perang Afghanistan melawan Uni Soviet. Inilah awal mula munculnya Al-Qaeda dan kelompok jihadis lain. Selain juga apa yang kemudian terjadi di Palestine sebagai perlawanan kepada Israel.

Bab II: Politik Kegagalan
Ini adalah gambaran bagaimana gerakan-gerakan tersebut bergerak di negaranya masing-masing. Keberhasilan dan lebih banyak lagi kegagalan mereka. Dalam hal ini bahkan untuk menegakkan visinya di negaranya sendiri. Perjuangan melawan pemerintahan yang bersifat represif bahkan penghapusan gerakan tersebut oleh rezim yang berkuasa. Kemudian bagaimana gerakan-gerakan tersebut pada akhirnya meninjau ulang pola gerakan mereka. Antara lain kearah penyesuaian ide-ide Negara seperti demokrasi dalam nilai-nilai islam, penyelenggaraan Negara dan lain-lain. Namun ada pula yang kemudian mengganti pola perjuangan bukan untuk melawan pemerintah negaranya sendiri melainkan melawan Barat dalam hal ini lebih khusus pada Amerika. Lagi-lagi mengerucut pada geraka Al-Qaeda dan salafisme-jihadis. Yang menjadi bukti nyata adalah peristiwa 11 September di Amerika.

Bab III: Dari Timur Tengah ke Indonesia
Di bab ini, dipaparkan vector-vektor yang menyebabkan islamisme masuk ke Indonesia dan gerakan apa saja yang diimpor ke Indonesia. Transmisi islam ke Indonesia utamanya melalui antara lain:
  • Geraka-gerakan social
Yaitu hubungan yang secara alamiah timbul dari aktivitas social. Mulai dari perdagangan, belajar ke negara2 di timur tengah, bantuan-bantuan Negara-negara Timur Tengah kepada Indonesia melalui pemerintahan atau nonpemerintah (LSM), juga pengiriman mujahid2 dari Indonesia saat perang Afghan.
  • Pendidikan dan Dakwah
Bisa dari pelajar Indonesia yang belajar di Timur Tengah atau pendirian lembaga pendidikan oleh Timur Tengah di Indonesia, atau dosen-dosen Timur Tengah yang mengajar di Indonesia. Untuk yang pertama contohnya seperti Al-Azhar. Banyak pelajar Indonesia yang melanjutkan studi ke Universitas di Mesir itu. Untuk yang kedua contohnya seperti LIPIA. Untuk saluran ini, ide-ide yang tertransmisi adalah salafi-wahabi dan Ikhwanul Muslimin (yang sayangnya justru tidak diduga)
  • Publikasi dan Internet
Akses terhadap informasi yang makin mudah memungkinkan apa yang disebut dalam buku ini sebagai “umat virtual”. Dimana siapapun bisa mengakses informasi mengenai ide-ide gerakan tersebut dan kemudia menyebarluaskannya.

Bab IV: Setiap Benih yang Kau Tanam di Indonesia Pastilah Tumbuh
Bab ini membahas gerakan apa yang tumbuh subut di Indonesia. Yaitu antara lain:
  1. Ikhwanul Muslimin
Muncul sejak penghujung tahun 1970-an dan awal 1980-an. Lebih dikenal sebagai gerakan Tarbiyah. Di kampus gerakan ini mendapat respon massif. Tercatat turut serta menggulingkan pemerintahan Orde Baru melalui KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), dan mendirikan Partai Keadilan di Pemilu pertama pasca Orde Baru yang kemudian berubah menjadi PKS untuk memenuhi electoral threshold. Partai ini bertahan hingga sekarang
  1. Kelompok Salafi
Diwujudkan dalam institusi-institusi pendidikan seperti Yayasan Al-Sofwah, Yayasan Ihsa At-Turots, dan Al-Haramain Al-Khairiyah. Jumlah pengikutnya tidak terlalu banyak, tapi bukan berarti tak berpengaruh. Gerakan salafi yang tebesar dalam sejarah terakhir adalah Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal Jama’ah (FKAWJ) dan kekuatan paramiliternya Laskar Jihad.
  1. Kelompok Jihadi
Yang paling menonjol adalah Jama’ah Islamiyah. Dan kelompok asli local yaitu Darul Islam.

Untuk kesimpulan secara umum penulis menjelaskan bahwa islamisme baik yang ada di Timur Tengah maupun yang pada akhirnya bertransmisi di Indonesia tidaklah Monolitik. Visinya macam-macam dan mereka seringkali berseberangan. Gerakan-gerakan yang ada di Indonesia adalah gerakan yang khas Indonesia. Meski dipengaruhi dari TImur Tengah namun gerakan Indonesia mengalami "penyesuaian". Termasuk juga di dalamnya motiv-motiv lokal. Oleh karena keberagamannya harapannya para pengamat atau peneliti lebih teliti dalam memilah jenis gerakan. Perlu juga diperhatikan penamaan suatu pola gerakan yang dapat menyinggung pihak yang dimaksudkan. Saran yang lain adalah agar lebih sering menyelenggarakan diskusi-diskusi lintas agama yang melibatkan gerakan ini.


The -Must Read- Book: Dari Puncak Baghdad-Sejarah Dunia Versi Islam

Gambar dari sini
Judul: Dari Puncak Baghdad – Sejarah Dunia Versi Islam
Penulis: Tamim Anshari
Penerjemah: Yuliani Liputo
Penerbit Indonesia: Zaman
Tahun terbit Indonesia: 2012
Perolehan: Pinjem Esti. Esti pinjem “calonnya” ha ha..

Judul asli: Destiny Disrupted: A History of the World through Islamic Eyes
Penerbit Asli: Public Affairs
Tahun terbis asli: 2009

Apa ya?
Buku ini, emejing! Dan Asik!
Kalian tau kan sejarah dunia versi buku sekolahan? Tentang babilonia, yunani kuno, bizantium, konstantinopel, Roma, Zaman kegelapan Eropa, ekspedisi-ekspedisi maritime, penemuan benua Amerika, revolusi industry, munculnya Kristen protestan. Yah begitulah. Disisi lain di pelajaran agama atau di madrasah atau TPA sore hari, ustad bercerita atau memberi pelajaran tentang Tarikh Islam. Sejarah Nabi-nabi. Dan yang paling gamblang Nabi Muhammad. Nah, pernahkah anda terusik dengan pertanyaan. Waktu Nabi lahir itu Roma lagi ngapain ya? Kan Agama Kristen sudah menyebar tu dan jadi agama mayoritas disana. Trus katanya Nabi itu pernah mengirimi surat kaisar Roma ngajak masuk islam. Memang sejauh apa hubungan mereka? Bagaimana pada akhirnya konstantinopel pusat kerajaan kriten Eropa TImur jadi Turki dan jadi Negara muslim? Kenapa Timur (Dunia Islam) dan Barat (Eropa dan Amerika) itu kayak dua dunia yang berbeda? Apakah mereka tidak pernah saling bersentuhan? Lalu, pertanyaan paling penting: Sejarah Umat Islam yang kita pelajari di madrasah atau TPA yang begitu waow itu kenapa sedikit sekali dibahas di buku sejarah sekolah? Paling Cuma pas perang salib atau penakhlukan konstantinopel. Tidak lebih. 

Nah, jawabannya ada di buku ini. Maksudnya, kalau kita biasa memahami sejarah dunia di sekolah yang sumbernya banyak dari Barat. Maka ini adalah buku sejarah dunia tapi dari kacamata Dunia Islam.
Baiklah, pengantarku itu kurang menarik dan meyakinkan sepertinya. Maka saya kutipkan saja pengantar penulis aslinya yang ada di buku ini (yang dalam kasusku, membaca pengantarnya saja saya sudah tau kalau buku ini asik):

Sejarah dunia selalu merupakan cerita tentang bagaimana “kita” sampai di sini sekarang, sehinggan bentuk narasi secara mendasar bergantung pada siapa yang kita maksud dengan “kami” dan apa yang kita maksud dengan “di sini dan sekarang”. Sejarah dunia Barat tradisional mengandaikan bahwa di sini dan sekarang adalah peradaban industrial (dan pascaindustrial) demokratis. Di Amerika Serikat anggapan lebih lanjut menyatakan bahwa sejarah dunia mengarah pada kelahiran cita-cita pendirinya tentang kebebasan dan kesetaraan serta akibatnya pada kebangkitan sebagai sebuah adidaya yang memimpin planet menuju ke masa depan. Premis ini menetapkan arah bagi sejarah dan menempatkan titik akhir di suatu tempat di ujung jalan yang sedang kita tempuh sekarang. Itu membuat kita rentan terhadap dugaan bahwa semua orang sedang bergerak dalam arah yang sama, meskipun sebagiannya belum begitu jauh melangkah –entah karena mereka mulai terlambat, atau karena mereka bergerak lebih lambat—yang karena itulah kita menyebut Negara-negara mereka “Negara berkembang” (haa.. haaaa asik kan?)
Ketika masa depan ideal yang dibayangkan oleh masyarakat pascaindustrial demokratis Barat yang diambil sebagai titik akhir sejarah, bentuk narasi yang menuju ke di-sini-dan-sekarang mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Kelahiran peradaban (Mesir dan Mesopotamia)
  2. Zaman klasik (Yunani dan Roma)
  3. Zaman kegelapan (kebangkitan Kristen)
  4. Kelahiran kembali: Renaisans dan Reformasi
  5. Pencerahan (penjelajahan dan ilmu pengetahuan)
  6. Revolusi (Demokrasi, Industri dan Teknologi)
  7. Bangkitnya Negara-Bangsa: Perjuangan demi Kerajaan
  8. Perang Dunia I dan II
  9. Perang Dingin
  10. Kemenangan Kapitalisme Demokratik
Tapi bagaimana kalau kita melihat sejarah dunia versi Islam? Apakah kita cenderung menganggap diri kita sebagai versi kerdil Barat, berkembang menuju titik akhir yang sama, tetapi secara kurang efektif? Saya kira tidak. Salah satu alasannya, kita melihat batas berbeda yang membagi tentang waktu menjadi “sebelum” dan “sesudah”: tahun nol bagi kita adalah tahun Nabi Muhammad bermigrasi dari Makkah ke Madinah, Hijrahnya, yang melahirkan masyarakat muslim. Bagi kami, komunitas ini mewujudkan arti dari “beradab”, dan menyempurnakan cita-cita ini akan terlihat seperti dorongan yang telah memberi bentuk dan arah sejarah.
Tetapi pada beberapa abad terakhir, kita akan merasa ada sesuatu yang kacau dengan arus itu. Kita akan tahu masyarakat itu telah berhenti berkembang, telah semakin bingung, mendapati dirinya dirasuki oleh arus berlawanan yang bergejolak, arah sejarah yang bersaing. Sebagai ahli waris tradisi muslim, kita akan dipaksa untuk mencari makna sejarah dalam kekalahan, bukan kemenagan. Kita akan merasakan konflik antara dua dorongan: mengubah pemahaman kita mengenai “beradab” agar sejajar dengan arus sejarah atau melawan arus sejarah untuk menyelaraskannya dengan pemahaman kita mengenai “beradab”.
Jika masa kini yang terhambat sebagaimana dialami masyarakat Islam itu yang akan diambil sebagai di-sini-dan-sekarang yang harus dijelaskan oleh narasi sejarah dunia, maka ceritanya barangkali akan terbagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Zaman Kuno: Mesopotamia dan Persia
  2. Kelahiran Islam
  3. Kekahlifahan: Pencarian Persatuan Universal
  4. Perpecahan: Zaman Kesultanan
  5. Bencana: Tentara Salib dan Mongol
  6. Kelahiran kembali: Era Tiga Kekaisaran
  7. Perembesan Timur oleh Barat
  8. Kemenangan Modernis Sekuler
  9. Reaksi Islamis
Nah, gitu. Kebayang ya, asiknya buku ini? Yang menjadi kabar bahagianya lagi si penulis itu mengibaratkan ia mengisahkan sejarah ini seperti misalnya kita bertemu dengannya di warung kopi kemudian bertanya “Apa sih sejarah dunia pararel itu?”. Begitu! Jadi tidak ada penanggalan yang rumit disini. Juga penyebutan garis keturunan suatu tokoh dalam sejarah Islam.
Maka, buku ini terdiri dari beberapa Bab sebagai berikut:
  1. Dunia Tengah
  2. Hijrah
  3. Kelahiran Kekhalifahan
  4. Perpecahan
  5. Kerajaan Bani Ummayah
  6. Zaman Abasiyyah
  7. Ulama, Filsuf, dan Sufi
  8. Masuklah orang Turki
  9. Malapetaka
  10. Kelahiran Kembali
  11. Sementara itu di Eropa
  12. Barat mendatangi Timur
  13. Gerakan Reformasi
  14. Industri, Konstitusi, dan Nasionalisme
  15. Munculnya Sekuler Modernis
  16. Krisis Modernitas
  17. Arus Balik
Buku ini layaknya novel yang kita tidak akan bisa berhenti membacanya sebelum selesai. Juga tidak akan membolak-balik halaman sebelumnya karena lupa rentetan ceritanya. Kita juga akan mempunyai gambaran yang cukup gamblang tentang pertanyaan “Kenapa?” yang sering menggelayut ketika melihat fenomena tentang Islam saat ini, tentang kapitalisme, tentang system ekonomi yang berkuasa, tentang demokrasi, tentang konflik antar Negara, tentang kekuasaan adidaya dll yang mungkin perlu belajar sejarah sampai S3 jika kita tidak bertemu dengan buku ini.

Jika ada kekurangan dalam buku ini adalah perasaan seperti.. “tabu” ketika sang penulis menggambarkan tentang islam. Seperti ini contohnya:
"Di antara banyak kuil di Makkah ada bangunan berbentuk kubus dengan sebuah batu yang dimuliakan di pojoknya, sebuah batu hitap mengkilap yang jatuh dari langit pada zaman dahulu kala –sebuah meteor, mungkin. Kuil itu disebut Ka’bah, dan dongen suku-suku mengatakan bahwa Ibrahim sendirilah yang membangungunnya, dengan bantuan putranya Ismail. Dst…"

Bagi kita yang biasa membaca sejarah Islam dari kitab-kitab tarikh atau Siroh, membaca ini rasanya pengen marah-marah karena penggunaan bahasanya. Tapi kemudian pikirkanlah bahwa buku ini terbit dan diedarkan di Amerika. Maka kita akan sedikit maklum. Terlepas itu, mungkin sang penulis dianggap sebagai orientalis yang oriental he he..

Nah, membaca buku ini atau resensi saya, mungkin timbul pertanyaan: “Memang penulisnya tu siapa sih?”. Maka, berikut saya kutipkan profil penulis yang ada di halaman belakang buku ini:

Tamim Anshari adalah sejarawan dunia, penulis memoir West of Kabul, East of New York. Dan penulis pendamping korban ranjau darat Afganistan Farah Ahmadi buku terlaris New York Times, The Other Side of the Sky. Dia telah memberikan kontribusi besar pada beberapa buku pelajaran sejarah sekolah menengah di Negara-negara Barat. Dia menulis kolom bulanan untuk Encarta.com dan telah menerbitkan esai dan komentar di San Fransisco Chronicle, Salon, Alternet, TomPaine.com, Edutopia, Parade, L.A. Times, dan di tempat lain. Direktur San Fransisco Writers Workshop ini sekarang tinggal di San Fransisco.

Dari pendahuluannya juga diketahui bahwa dia dibesarkan di Afghanistan muslim. Katanya lebih lanjut: 

Bukan saja saya dibesarkan di sebuah Negara Islam, tapi saya juga dilahirkan dalam sebuah keluarga yang pernah memiliki status social yang tinggi di Afghanistan berdasarkan sepenuhnya reputasi keshalehan dan pembelajaran agama kami. Nama belakang kami mengindikasikan bahwa kami adalah keturunan Ansar “penolong”, orang-orang Madinah pertama yang menganur Islam dan membantu Nabi Muhammad melarikan diri dari pembunuhan di Makkah dan dengan demikian memastikan kelangsungan hidup misinya.

Yang paling terakhir, kakek dari buyut saya adalah seorang mistikus muslim local terhormat yang makamnya menjadi tempat suci bagi ratusan pengikutnya sampai hari ini, dan warisannya berlanjut hingga ke masa hidup Ayah saya, menanamkan dalam marga kami rasa kewajiban untuk mengetahui hal-hal ini dengan lebih baik daripada rata-rata orang. Saya terbiasa mendengar anekdot muslim, komentar, dan spekulasi di lingkungan saya dan sebagiannya meresap dalam, meskipun temperamen saya sendiri entah bagaimana perpaling secara tegas kea rah sekuler. Setelah saya pindah ke Amerika serikat, saya lebih tertarik dengan Islam daripada yang pernah saya alami selama hidup di dunia muslim. Minat saya bertambah ketika adik saya memeluk islam “fundamentalis”. Saya mulai menyelidiki filsafat islam blab la bla..

Jadi buku ini is very very recomemded!

Senin, 18 November 2013

TKVDW: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Gambar dari sini

Judul: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pengarang: HAMKA
Penerbit: Bulan Bintang
Tahun terbit: 2005 di cetakan ke 29
Jumlah halaman: 236 (21 cm)
Perolehan: Pinjem Esteh

Ini novel sastra jadul. Orang kadang menyebutnya Roman. Harusnya, aku sudah baca buku ini dari dulu. Tapi nyatanya memang baru ketemu sekarang. Aku tidak tau apakah karangan fiksi pada saat itu menggunakan bahasa seperti di buku ini atau tidak. Aku tidak tau, sebuah novel disebuat dimasukkan ke golongan buku sastra itu yang seperti apa. Atau roman. Aku tidak tau. Tapi memang tata bahasa yang dipakai di novel ini berbeda. Novel dari pengarang angkatan lama yang pernah say abaca selain ini adalah: Para Priyayi, Umar Kayam dan Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer. Keduanya bahasanya tidak seperti ini. Apa karena latar dan setting novel yang ada di ranah melayu minangkabau. Atau apakah ini memang gaya bahasa HAMKA? Aku tidak tau, karena baru satu inilah karya HAMKA yang pernah saya baca. Tapi intinya, gaya bahasa novel ini beda.

Kalau tentang muatan cerita, yaaa kisah cinta. Harusnya, dengan kisah seperti ini dan dengan masa terbit kisah ini pertama kali yakni tahun 1908, kisah ini bisa jadi roman cinta fenomenal. Romeo n Julietnya Indonesia. Atau Layla Majnunnya Indonesia. 

Mungkin, novel ini akan punya kekuatan seperti Romeo n Juliet atau Layla Majnun atau ohya! Sampek Ingtay jika judul novel ini adalah Zainudin Hayati.
*mbayangin buya HAMKA baca tulisan ini terus nyariin aku buat mentung kepalaku dan bilang: “Anak muda, kau tau apa?” haaaa. Tapi asli. Mendengar judulnya untuk pertama kalinya ditambah pengetahuan akan pengarangnya yang berasal dari tahun sebelum kemerdekaan, terpikirnya ini adalah buku yang bercerita tentang perjoeangan melawan pendjadjahan. Yang mungkin ada kisah tjintanya. Tapi tema besarnya adalah itu. Bukan soal budaya dan ras.  

Pesannya sampai kurasa. Di zaman itu, terbit tulisan seperti ini pastilah sangat cetar. Menggerakkan pemikiran. Menimbulkan kritik social. Menyadarkan beberapa orang akan ketimpangan karena adat budaya. Sangat pantas jika karya ini tak lekang. Karena bahkan hingga detik ini sekalipun isu ini masih sangat bisa dibahas dan diulas.

Ya. jadi buku ini isinya totally kisah cinta boiiii. Kisah cinta tak sampai. Karena adat yang kolot. Zainuddin, anak orang terbuang. Bapaknya minang yang matrilineal dan ibunya bugis yang patrilineal seperti kebanyakan penduduk dunia. Maka, ketika kedua orangtuanya meninggal. Dia bukan orang bugis dan bukan orang minang. Tak ada garis adatnya. Menjejakkan kaki di minang, tanah impiannya sejak kecil berkat dodoaian Ayahnya, ia harus menanggung kecewa karena kenyataan tersebut diatas. Beruntung ia orang yang berbudi baik. Jadi ia cukup disenangi oleh masyarakat minang walau tak sampai menganggap saudara. Hidup tak bersanak keluarga disana ia kesepian. Bertemulah ia dengan Hayati. Gadis minang kembang desanya. Bertemu kali pertama di pondok milik oranglain saat berteduh dari hujan. Terbitlah cinta itu. Cinta yang bagi zainuddin bak gelandangan menemukan sandaran dan bagi hayati cinta yang penuh empati belas kasihan.
Namun mereka tak bisa bersatu karena adat. Karena zainuddin tak berbako. Sebab bimbang pula hati hayati karena pemahaman dari teman-teman dan mamaknya tentang hal itu. Maka hayati lebih memilih orang lain yang lebih aman.

Kesedihan tak terperi melanda zainuddin. Tak lama berselang dari orang tua angkatnya yang juga meninggal ia harus menerima kenyataan ditinggalkan oleh hayati. Satu-satunya sandaran hidupnya. Tapi Allah masih berbaik hati. Menguatkan raganya. Juga jiwanya melalui orang-orang yang masih peduli dengannya.
Singkat cerita merantaulah ia ketanah jawa. Berbekal bakatnya dalam menulis dan pendidikan yang pernah ia tempuh di minang, ia menjadi penulis ternama. Dari Jakarta pindah ke Surabaya, nasib baik masih menaunginya. Di Surabaya juga akhirnya ia bertemu lagi dengan Hayati dan suaminya. Oleh karena beberapa sebab yang timbul lagi dari masa lalu, pernikah hayati dan aziz berakhir perceraian. Hayati diserahkan oleh aziz kepada zainuddin. Yang diserahi menolak. Dendam di hatinya terlalu besar. Hayati dipulangkannya ke minang naik kapal Van Der Wijck dari pelabuhan SOerabadja. Dalam pada itu, tenggelamlah kapalnya.
Di akhir cerita, hayati masih sempat bertemu zainuddin yang memag mencarinya setelah tau kabar itu. Mereka kembali. Zainuddin kembali menerima hayati, begitupun sebaliknya. Namun, taka da penyatuan raga. Hayati meninggal setelah dituntun membaca syahadat oleh zainuddin.
Haaa aku ketularan gaya bahasanya.

Ada kutipan yang aku senangi di dalam surat-surat zainuddin pada hayati:
"Bagaimanakah maka hati saya berkata begitu? Itu pun saya tak tau. Lantaran tak tahu sebabnya itu, timbul kepercayaan kepada kuasa gaib yang lebih dari kuasa manusia, kuasa gaib itulah yang menitahkan…"
Yah demikianlah kisah cinta ini berakhir. Sejak dulu beginilah cinta. He heee…

Oya, seorang teman yang asli Lamongan suatu kali bercerita kalau novel ini akan di filmkan. Dan dalam rangka membuat film itu, sang sutradara mencari sumber kebenaran cerita dari penduduk setempat. Kakek temanku itu adalah salah satu sumber yang dapat dimintai keterangan. Melalui anaknya (Ayah temanku) didapatkan cerita bahwa orangtuanya dulu ikut membantu mengevakuasi korban saat Kapal ini tenggelam di suatu malam menjelang subuh. Dan atas bantuannya itu kakek temanku itu mendapat hadiah perahu dari Belanda.

Kita tunggu saja ya filmnya.. semoga sebagus novelnya :)

Tutorial: Membuat laporan keuangan sederhana :)


Ha ha... kecemplung di dunia beginian ni ya sesuatu banget. Seorang Noor Hidayati jadi semacam administrasi keuangan di yayasan resmi! What a magic.. he he.. Kalau jadi bendahara ecek-ecek sih sering. Tapi ini? Harus bikin laporan tiap hari, akhir bulan menyusun semua bukti-bukti transaksi dll. Tadinya frustasi tingkat akut. Dan agak menggerundel. Tapi kalau dilihat sisi positifnya banyak banget. Jadi lebih teratur, rapih, juga disiplin. Dan akhirnya juga bisa sedikit sharing tentang membuat laporan keuangan sederhana. Terutama buat yang suka kerja proyekan dan disuruh bikin laporan keuangan. Ini penting bangetttt.. Kenapa pada akhirnya ku sharingin, karena memang ada beberapa temen yang benar-benar minta petunjuk soal ini ke aku. Ha ha.. magic ya.. cekidot...

Pentingnya kerapihan dan ketepatan dalam penyusunan laporan keuangan:
  1. Agar laporan keuangan mudah dipahami oleh pihak yang berkepentingan
  2. Laporan keuangan adalah hal yang rawan dan sensitive. Kesalahan sekecil apapun dapat menimbulkan masalah besar. Dan ini harus diminimalisir, baik oleh implementator maupun administrator.
  3. Kontroling jarak jauh menuntut keakuratan dan ketepatan tingkat tinggi, mengingat koreksi tidak dapat dilakukan secara langsung.
  4. Mempercepat proses implementasi project. Jika laporan keuangan tersendat karena kurang tepat maka proses pencairan dana selanjutnya pun akan terhambat. Dan pasti akan menghambat proses implementasi project.
Berikut langkah-langkah penyusunan laporan keuangan.
  1. Kumpulkan semua bukti - bukti transaksi yang akan dilaporkan
  1. Kelompokkan bukti – bukti transaksi menurut pos pendanaan.
Misal: di Project Penghijauan Kampung
  1. Peralatan
  2. Pertemuan Masyarakat
  3. Tanaman
  4. Operasional
Setelah itu kelompokkan lagi berdasarkan jenis transaksi yang sama. Misal: Pada pos dana operasional pisahkann nota Bensin, Pulsa, ATK dst

  1. Urutkan bukti – bukti transaksi yang sudah dikelompokkan berdasarkan tanggal transaksi.
Misal pada bukti pembelian bensin berikut ini: Tanggal yang paling awal diletakkan di paling belakang.
  1. Masukkan deskripsi pada bukti transaksi ke Laporan Realisasi Keuangan yang sudah tersedia. Memasukkannya berdasarkan urutan Pos Dana. Setelah itu isi kolom “No. Nota” dengan angka 1 dan seterusnya. Seperti yang dilihat dibawah ini, tabel terdiri dari 8 kolom sbb:
    1. No
    2. Tanggal
    3. Uraian
    4. Anggaran
    5. Realisasi
    6. Saldo
    7. Pos Dana
    8. Nomer Nota


    Ingat!! Meskipun di dalam satu bukti transaksi ada banyak rincian barang yang dibeli, cukup ditulis satu kali saja. Misal:

    Tidak perlu ditulis
    No Tanggal Uraian Anggaran Realisasi
    1. 16 Juli 2013 Iris

    50.000
    2.
    16 Juli 2013 Poring
    50.000
    3.
    16 Juli 2013 Sambung darah
    50.000




    Tapi cukup ditulis
    No Tanggal Uraian Anggaran Realisasi
    1. 16 Juli 2013 Iris, Poring, Sambung darah dll

    360.000



















    Sebaliknya, meskipun barang yang dibeli sama tapi bukti transaksinya ada 10, tetap harus ditulis 10 kali. Misal: Bensin yang dibeli 20 kali, tetap ditulis 20 kali, like this:


  2. Susun atau tumpuk bukti transaksi yang sudah di input kan ke laporan. Dari bukti yang pertama diiput sampai bukti terakhir. Jepit dengan penjepit kertas. Jangan di strapless/ Hackter karena akan di bongkar lagi 
  3. Berilah penomoran pada bukti transaksi sesuai dengan nomor yang ada di kolom “NO. Nota” pada Laporan Realisasi Keuangan. Penomoran di tulis kecil saja dengan pensil di pojok kanan atas. 



Nah, jika semua tahapan ini dilaksanakan dengan baik insyaAllah Laporan Realisasi keuangan lebih rapih dan benar. Laporan Realisasi Keuangan yang dilaporkan akan sama dengan bukti transaksi yang ada. Jika ada Laporan Realisasi Keuangan yang tidak ada Bukti transaksinya maka transaksi tidak akan diakui atau tidak di ACC. Sebaliknya, jika ada bukti transaksi yang tidak tercatat di Laporan, maka pihak keuangan akan mengkroscek kepada pelaksana.
Demikian Tutorial ini saya buat, dengan harapan bisa menjadi membantu he he...

Foto-foto koleksi pribadi :D

Tutorial. Cara membuat “BaKuSe”: Bakso Kuah Sederhana


Jeng jeng,, haaa jinja! I miss this blog sooo much. I miss to share some absurd things for you all. Mwe he he… Nah, kali ini saya akan berbagi cara membuat bakso yang very very simply. 

Jadi kalo kamu di suatu senja yang gerimis laper dan pengen makan bakso. Tapi dalam waktu itu juga malas tingkat dewa mau keluwar. Mau makan mi instan kok ya udah bosen. Cobalah buat menu sederhana ini.

Syaratnya, sebelum tiba waktunya males itu, kamu udah punya stok beberapa bahan di bawah ini:
  1. Mie instan/ Mie kuning biasa boleh
  2. Bakso
  3. Sawi Hijau/Kol/Sawi Putih atau berbagai macam sayuran hijau yang saat itu kamu temui di kulkas kepepetnya juga boleh deh..
  4. Seledri (Kalau ada)
  5. Bawang putih
  6. Bawang merah
  7. Merica bubuk (yang masih bulet berarti gimana caranya dibikin bubuk)
  8. Garam
  9. Gula
Then,, ikuti langkah-langkah memasak yang nggak sampe 10 menit ini:
  1. Rebus air kira-kira 500ml










  2. Kalau kamu punya panci satu lagi dan kompornya dua tungku, berarti rebus air juga di tungku satunya. Yang ini airnya terserah. Mau segentong juga boleh kalau pancinya muat. Atau, kamu nggak punya panci? Emm pake wajan juga boleh.
  3. Sambil nunggu air rebusannya menguap, kupas bawang merah dan bawang putih. Bersihkan sayur dan seledri dan cucilah mereka semua.
  4. Jika rebusan air yang 500ml sudah menguap, masukkan bakso kedalamnya.










  5. Bawang putih di keprek (dipukul pakai pisau yang posisinya ditidurkan) kemudian cincang halus. 










    Masukkan kedalam rebusan bakso. Masukkan juga merica bubuk, garam secukupnya dan gula sedikiiiiit aja.
    Merica buatan Rudi Chairudin he he











  6. Dalam perhitungan waktu seperti diatas, kalau anda memakai 2 panci tadi maka panci satunya juga pasti sudah mendidih. Jika iya, masukkan mie kuning atau mi instan ke dalamnya.










  7. Sambil menunggu keduanya matang, irislah bawang merah.










  8. Tiriskan mie kuning atau mie instan yang direbus. Ganti dengan wajan yang diberi minyak sedikit saja.
  9. Goreng bawang merah di wajan tersebut.
  10. Cicipilah kuah bakso yang tadi sudah anda buat. Jika rasanya aneh, saatnya mengeluarkan senjata rahasi: bumbu mie instan! (ingat sedikit saja) he hee.. atau anda bisa menambah garam+gula.
  11. Terakhir, potong-potong sayur sawi dan juga seledri.










  12. Bakso siap di racik dan dihidangkaaaaaan,, tadaaaa…


    Cuku demikian resep sederhana dari saya, yang sebenernya nyontek kakak. Selamat menikmati.