Tampilkan postingan dengan label Sehabis baca buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sehabis baca buku. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Desember 2014

The things they carried

Kemarin saat pindahan Surabaya-Jogja-Lampung, packing barang-barang dan menemukan lagi buku dengan judul diatas. Buku yang belum selesai dibaca. Tulisan Tim O'brien. Beli dari taun jebot di pameran atau obral buku Gramedia, lupa! Yang pasti harganya murah.

Tim O'brien ini Veteran perang Vietnam. Terekrut karena wajib militer. Selesai dari tugasnya hidup damai di kotanya bersama keluarga. Kemudian menuliskan kisah-kisahnya selama perang secara fiktif_dia bilang begitu. Tapi aku yakin, sefiktif-fiktifnya pasti banyak yang sungguh-sungguh pernah terjadi.

Diceritakan secara garing dan datar luar biasa. Aku sampe mati bosan. Ini sebenernya juga belum selesai aku bacanya. Kurang 2 bab.

Bayangkan ada 2 atau lebih laki-laki (yang hidupnya keras) usia 40an. Duduk di kedai kopi atau angkringan. Mereka mengobrol sambil menerawang tentang kehidupan masa lalu yang penuh perjuangan sekaligus kekonyolan khas anak muda. Sambil sesekali menghisap rokok, menenggak kopi dan mengunyak kacang. Terbatuk, mendengus dan tertawa singkat, haha! Maskulin banget pokoknya. Yah begitulah kira-kira. Garing. Nggak asik.

Udah gitu, banyak kisah yang diceritakan berulang tapi dengan tujuan berbeda. Dengan sudut pandang beda. Sudut pandang ia waktu kejadian berlangsung banding sudut pandang saat ia menuliskan kisah tersebut. Kadang pengulangannya karna 2 tema berbeda. Satunya bicara tentang kematian. Satunya tentang keberanian yang banyak/ keberanian yang sedikit (pengecut).

Begitulah...

Tapi tiba-tiba, ada ide yang nyangkut di kepala gara-gara novel garing ini: bikin cerita kayak gini tentang relawan. Ha ha ha. Kalau dipikir-pikir, aku sekarang sedang ada di fase seperti O'brien saat menulis novel ini. Veteran relawan, tinggal kesepian di kota_desa_nya dan kurang kerjaan. Waha! Oh satu lagi, terlalu banyak kenangan untuk diendapkan begitu saja. Mweheee...

Lagipula, kalau diingat-ingat, meski aku sering nulis, aku jarang banget nulis tentang relawan. Di note FB kayaknya kurang dari 5. Di Blog sama sekali ndak ada. Kecuali tentang personalnya. Dan yang di FB itu lebih ke laporan kegiatan. Dan padahal kemaren ada lomba nulis cerita dari relawan. Temanya tentang berbagi. Aslinya pengen ikut. But have no idea.

Subuh-subuh bertapa mengaduk memori. Apa yang kurasakan tentang berbagi, slama ini, di relawan. Berharap bisa menimbulkan hasrat buat nulis. Tapi tidak terjadi apa-apa. Blank. Gelap! Kyaaa... Jadi curiga, jangan-jangan nikmat/hikmah berbagi selama ini belum pernah aku rasain. Kerasanya aku yang nerima banyak malahan. Kayaknya gitu. Hummm... Intinya nggak bisa nulis. Nggak ikut lomba dan nggak menang. Yeeee -_-

Jadi, tulisan-tulisan setelah ini adalah serial kerelawanan. Fiktif! Yang terinspirasi oleh kisah nyata dan akan segera difilmkan. Wohooo... Apabila ada kesamaan cerita/karakter/peristiwa itu adalah sebuah kesengajaan. Semoga ndak ada yang merasa dirugikan. Kritik dan saran bisa dikirim ke nunungnhd@gmail.com atau langsung aja komen :)

Sabtu, 18 Oktober 2014

10 investasi cerdas

Judul: Investasi Cerdas -10 pilihan investasi berdasarkan jenjang karier dan kemampuan keuangan-
Penulis: Arif Rahman
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2011
Tebal: 194 hal

Widiiiih, baca buku beginian =D
Ini buku yang pragmatis opportunis! haha... yaampuuun, enggak ding.

Well, i've got this book as a doorprize. Jadi pas itu sekitar tahun 2012an kan ada festival buku IKAPI gitu di Mandala Bhakti Wanitatama. Salah satu acaranya tu bedah bukunya Alvin Adam yang judulnya: Just Alvin! The Untold Story, terbitan Gagas Media juga. Tadinya aku ragu mau ikut. Trus gerimis. Aku berteduh di emperan gedung antara balai kunthi sama balai shinta. Dimana tenda tempat acara ada di depannya. Pas sesi tanya jawab, iseng nunjuk tangan. Dan karena posisi jauh dari panggung makanya berani. Soalnya nggak keliatan. Soalnya aku ga yakin sama pertanyaanku. Eee... kok ditunjuk sama MC. Yaudah, kulontarkan pertanyaan absurdku dan bener aja mas Alvin Adamnya bingung & jadi nasehatin aku, kalau nanya tu yang jelas :3

Tapi terus dapet buku ini + tas + pin Just Alvin. Haha, lumayan. Trussss bukunya ngangguuuur lama. Sampe kemaren mikir buat investasi because of i'm going to pailit. Dan butuh belajar duluk. Dan ternyaata,, bukunya bagus gilak! Huaaa...

As seen on the tittle, buku ini adalah tentang kiat2 investasi. Bentuknya, tahapannya & caranya. Kalau ngomong investasi kan kayaknya uwow bingit. Kayaknya itu kerjaan orang "turah duit". Padahal ga juga. Itulah kelebihan buku ini. Penulisnya menjabarkan tahapan investasi bahkan saat kita gapunya duit/pemasukan u/ investasi. Dan gara2 itu aku jadi jedot2in kepala $&(@)-&%%-+(()). Kenapa ga baca buku ini dari duluuuk. Haaa... ~Woeee gaboleh nyesel woee.. yang lalu biar berlalu, emang jalannya harus begitu :p

Jadi gini. Menurut mas Arif Rahman ini, tahapan investasi bisa direncanakan & disusun berdasarkan tahapan kehidupan. Diitungnya pas dari SMA. Tahap dimana seseorang udah mulai mikirin realitas kehidupan kali yee...

Ada 5 tahapan atau fase disini, yang sebenernya mau aku bikinin tabel biar enak ngertiinnya. But,, because of aku nulis blog ini di HaPe, jadi agak ribet urusan. Hem.
Jadi ditulis outline aja ya niii...

FASE 1: ACADEMIC EDUCATION
Visi: Belajar berorganisasi
Misi: Mendapat pekerjaan layak (khususnya dari sisi finansial)
Perkiraan rentang waktu: 3 th SMA, 1-4 th kuliah.
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): 4-6 jama kuliah/sekolah
Proporsi sumber penghasilan: 0% gaji, 0% pendapatan lain-lain
Sumber pendapatan: 100% orangtua (pada kebanyakan orang)
Strategi investasi.

FASE 2: FULL TIME EMPLOYEE
Visi: Mendapat penghasilan besar
Misi: Mengenal sistem kerja perusahaan besar.
Perkiraan rentang waktu: 2-4 th
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): 7-9 jam kerja
Proporsi sumber penghasilan: 100% salary, 0% pendapatan lain-lain
Sumber pendapatan: Perusahaan tempat kerja.
Strategi investasi: Tabungan, asuransi investasi.

FASE 3: EMPLOYEE WITH ADDITIONAL INCOME
Visi: Mendapat penghasilan tambahan, Memproduktifkan waktu
Misi: Mengumpulkan
Perkiraan rentang waktu: 2-4 th
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): 7-9 jam full time employee, 3-4 jam bussines/self employee
Proporsi sumber penghasilan: 80-90% salary, 10-20% penghasil tambahan
Sumber pendapatan: 60-80% perusahaan tempat kerja, 20-40% side job
Strategi investasi: MLM, waralaba, deposito.

FASE 4: EMPLOYEE WITH OWN BUSINESS
Visis: Mempersiapkan passive income
Misi: Membangun sistem
Perkiraan rentang waktu: 2-5 th
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): 7-9 jam full employee, 3-4 jam business/self employee
Proporsi sumber penghasilan: 50-80% salary, 20-50% penghasilan tambahan
Sumber pendapatan: 50-80% perusahaan tempat kerja, 20-50% usaha
Strategi investasi: Own businesa, Emas

FASE 5: INTREPRENEUR & INVESTOR
Visi: Mengembangkan sistem
Misi: Quit job
Perkiraan rentang waktu: < 1th
Durasi pengelolaan waktu (dalam sehari): Full time entrepreneur
Proporsi sumber penghasilan: 100% own business & investasi
Sumber pendapatan: 100% own business & investasi
Strategi investasi: Properti
Financial atau pasar modal: Saham & obligasi, reksa dana.

Haa.. menarik ya?! well planed! Andai hidup bisa sebegitu lurus. Hueee...

Well, well,, ada nasehat penting yang disampaikan oleh penulis terkait tahapan2 itu. Beliau menyarankan untuk tidak melompatinya. Misal, habis tahap 1 langsung ke tahap 4. Karena merasa passionnya di bisnis dan gasuka terikat, dll.

Hal itu boleh, kalau kamu misalnya udah punya bisnis keluarga turun temurun & kamu sudah terlibat di dalamnya. Atau, kamu cukup gila (baca berani) u/ melakukan itu. Aku punya beberapa teman yang melakukan itu, bahkan kuliahnya ditinggal dan yaa... bisa berhasil juga. Dengan penuh perjuangan tentunya. Bahkan Bapakku juga nggak pernah kerja sama instansi manapun. Tapi emang butuh ketahanan luarrr biasa, heuheu... Bukan cuma kamu yang kudu kuat, tapi juga orang2 disekitarmu \_^^ Tapi kalau kamu rakyat jelata dan tak cukup gila, jangan deh! Bukan gaboleh, tapi apayaa... cobalah u/ bersabar sedikit. Kalau kata Mario Teguh tuu... menunda kesenangan.

Emang kita harus jadi kacung dulu gitu. Kacung berkualitas. Sehingga dapet gaji layak. Sehingga bisa dikumpulin buat modal.

Selain itu, menurut penulis, dengan bekerja di perusahaan/lembaga, kita juga bisa belajar. Menyerap segala ilmu u/ menjalankan usaha langsung sambil melakukannya. Dapet gaji pulak. Belajar manajemen dan perilaku organisasi. Selain itu, juga u/ membuat "jaringan" pertemanan yang pasti bermanfaat kalau nanti kita buka usaha sendiri.

Daan (ngomongnya kayak VJ MTV),, seperti yang tertera di rincian fase itu, kita harus menentukan tenggat waktu berapa lama mau jadi full time employee.. Idealnya yaa.. seperti yang disarankan penulis. 2-4 tahun.

Di tahapan ini, pilihan investasinya ada 2, seperti yang di tabel: Tabungan dan asuransi. Katanya, angka keterbukaan masyarakat terhadap asuransi ini masih sangat kecil. Masih asing. Termasuk aku jugag! Masih merasa itu nggak penting. Tapi kata penulisnya itu penting.

Waktu dulu belajar asuransi kesehatan di kampus, aku dapet pengertian yang bener tentang asuransi: pengalihan resiko. Trus secara asal mikir, gimana kalau disubtitusi ke InShod ajja? Kalau berdasarkan teorinya YM, itukan ntar bakal balik huehee.. Tapi emang gaada itung2annya. Emang gaboleh diitung sih, dan beda tujuan. Tapi In Shaa Allah lahyaa.. Kalau nolong orang lain ntar pasti ada gilirannya kita ditolong dengan cara super duper gak masuk akal sekalipun =D Jadi yaa.. sukasuka masing-masing lah yaa..

Fase 3 ni oke! Tetep kerja dan muterin uang tabungan buat usaha sampingan, yang nggak ganggu kerjaan utama tentunya. Strateginya usaha tambahan sekaligus investasinya: MLM, waralaba dan deposito. Kalau jaman sekarang mah bisa lebih variatif kayaknya. Misal: Jualan onlen slama nggak ganggu kerja. Atau jual apa gitu, yang target marketnya temen kantor. Modalnya dari mana? yaa dari uang tabungan dari fase 2. Kalau yang dicontohin penulis berdasar pengalaman itu, dia menawarkan diri u/ jadi distributor majalah yang baru launching. Tiap bulan dia terima terbitan baru dan mengantar ke agen2 besar. Dia dapet 35% komisi. 20% dia kasih ke agen, dan dia dapet 15%. Cuma butuh 1-2 jam sehari buat jalanin usahanya itu. Hee.. Trus juga ngajar bimbel di sore hari. Inimah double job. Yaa... kamu bisa ukur diri dan kemampuan lah ya.. Intinya, ada penghasilan di luar gaji bulanan.

Yang ditekankan kenapa milih waralaba/MLM adalah karena kita bisa memiliki bisnis tanpa repot memikirkan sistem, set up, bahan baku dll. Tinggal jalan aja. Disini tertera daftar pewaralaba yang aman dan cukup terjamin. Daftarnya bisa dilihat di abeemanagement.wordpress.com dan daftar MLM yang terjamin juga bisa dilihat di www.apli.or.id.

Untuk MLM ini juga jaman sekarang banyak pilihan yang bahkan ada lembaga zakat yang pemasarannya mirip MLM. Kamu bisa daftar tuu.. Beberapa temanku yang merupakan relawan lembaga zakat itu banyak yang melakukan. Dan hasilnya lumayan. Huee..

Banyak juga MLM yang jual produk yang bener2 bermanfaat & kita ikut mengkonsumsi. Jadi konsepnya menebar manfaat. Kayak: HPA, Avail dan produk2 kesehatan lain.

Trus ada deposito = menabung. Tapi, uangnya akan dikelola Bank, sehingga nasabah dapet bunga yang lebih tinggi dari bunga tabungan biasa.

Fase 4 ini sudah punya bisnis sendiri tapi tetep kerja reguler. Bentuknya bisa usaha sederhana & menengah. Yang dijalankan orang lain & fungsi kita adalah pengawasan. Atau usaha kerjasama dengan orang lain dan kita sebagai pemilik modal. Investasi yang disarankan di fase ini adalah emas. Ini yang lagi kupikirin :)


Trus,, yang terakhir fase 5. Ini udah jadi pengangguran bermatabat. Mwehehee... Bisnis udah jalan. Tinggal ngawasin. Nah disini mau berhenti kerja sah-sah aja. Full time ngurusin bisnis & pengembangan atau jalan2 ngabisin duitt. Haa... Fantashiru fil ardh. Bertebaran(lah) di muka bumi. *ga apal shorofnya

Di fase ini penulis menyarankan strategi investasi juga. Untuk tahap ini dimana seharusnya kita punya modal gede, strategi investasi yang ditawarkan adalah properti, tanah/bangunan. Beli tanah, dijual lagi atau disewakan atau dibuat ruko trus disewakan atau dibuat kosan dst. Yang artinya tiap bulan udah tinggal nerima duit tanpa perlu repot. Trus juga disaranin untuk mulai ikutan main di pasar modal lewat saham/obligasi/reksadana. Aku gabisa jelasin ulang, because of aku juga pusing buat ngertiinnya.

Nah, sekarang mari kita hitung total waktu/umur untuk sampai jadi pengangguran bermartabat. Pake waktu yang maksimal deh dan mulai dari lulus SMA. Nih ya:
Fase 1: 4th
Fase 2: 4th
Fase 3: 4th
Fase 4: 5th
Fase 5: 1th
Total: 18th.
Rata-rata kan pada lulus SMA umur 18 yak? Brarti di umur 36 orang yang mempraktekkan metode ini udah bisa jalan2 backpackeran around the world. Hwaaa...

Nah. Cuma, sebagai sebuah contoh kasus yang terdekat, setelah aku baca2 buku ini & evaluasi diri sendiri, sebenarnya hal-hal yang disampaikan penulis itu udah suka kepikiran dari dulu. Cuma gak dilakuin. Hahaa... Mungkin karna udah nyaman sama kondisi yang lagi dijalanin. Dan gaada niat untuk "mendapatkan lebih". Bahkan sebenernya kalo dipikir2 aku kemaren lebih parah. Bukannya invest, malah suka devisit. Haaa... *jedotjedotjedot

Dan udah ngelakuin sih sebenernya. Cuma ga serius, ga istiqomah dan ga pathek niat. Bahkan dari SD sih malahan aku udah bisnis hwaaa... Tapi yaitu sekedarnya aja. Intinya, gak pernah serius. *jedotjedotjedotlagi

Sepertinya banyak juga orang yang masih kerja untuk langsung habis dikonsumsi. Begitu terus. Jadi BEP terus idupnya. Itu makanya penting kali ya untuk punya financial mindset. Jadinya penulis disini bikin bab pembuka yang judulnya financial mindset. Walaupun disampaikan secara kaku. Yaitu, pertama-tama penulis menjabarkan dulu tentang konsep laporan keuangan atau financial statement. Jadi, sampai dengan 35 lembar awal buku ini kayak buku akuntansi ieuuuuu... Pake neraca-neraca keuangan kayak dulu yang diajarin guru akuntansi pas SMA. Aktiva tetap, aktiva lancar dst.

Pas ditengahnya penulisnya tanya: Dimanakah posisi keuangan anda? Selisih akhir antara pendapatan dan pengeluaran Rp. 0. Apakah neraca keuangan anda berada pada kondisi serupa?
"Yaaa... bahkan lebih buruk" jawabku *senyum masygul.

Kalimat yang sebenernya kurang provokativ.

Beneran deh, buku ini kayak diktat kuliah akuntansi. Haha.. Dan financial statement/laporan keuangan yang tadi aku ceritain, ada sampai dengan bab terakhir. Jadi emang bakalan keliatan banger cash flow-nya. Saldo akhirnya. Investment-nya. Juga perkembangan bisnis yang ditekuni dari segi financial \(^-^)/

Mungkin bagi orang yang ga sengaja dapet buku ini & kemudian harus membaca adalah orang yang beruntung karena dapet ilmu. Tapi alangkah baiknya kalau buku ini dinikmati sama banyak orang. Packaging & tagline buku yang lebih memikat. Misal:

Get your financial freedom at 36th

Bebas financial di usia 36 th

Sebuah cara paling efektiv untuk membengkakkan pendapatan pribadimu.

Atauuuu,, apa kek! haha..

Hal lain, yang agak gimana adalah: financial mindset yang dipake sama penulis di sini adalah ekonomi konvensional. Makanya dia saranin untuk menabung dan memperhitungkan bunga. Deposito, obligasi dst yang semua ada bunganya. Ini bakal langsung terkoreksi sama orang yang lebih memilih ekonomi syari'ah. Dan jadinya mengganti-ganti tempat menabung di Bank Syari'ah (*lepas dari beneran syar'i atau enggaknya) atau di BMT. Kan sistemnya bagi hasil :D

*Trus pas baca bagian invest emas, jadi inget dulu pernah pengen baca buku terbitan Asma Nadia Publishing House yang Think Dinar! Jadi sekarang inget buat pengen lagi. Pengen doang :D

Hal lain yang kurang disini adalah alternative investasi dan usaha yang masih terbatas, padahal kalo setauku, banyak pilihan lain yang selain buat investasi kita juga jadi dukung ekonomi kerakyatan.

Truuuus yang nggak kalah penting, penulis juga nggak nyantumin variabel penting dalam siklus hidup umat manusia: menikah dan beranak pinak. Jiaaahaha..

Kan di tiap fase penulis cantumin perkiraan financial statement yang cash flownya bersambung dari fase 1 - 5 tuuuh.. Tapi usernya cuma seorang. Padahal rata-rata orang itu menikah pas lagi di fase 2. Yang itu akan sangat mempengaruhi laporan keuangan. Karena pemasukan sama, tapi pengeluaran bengkak luar biasa. *Itu kalo dipikir linear -_-. Padahal yaa.. bisa juga jadi nilai tambah tauk. Misal, kalau pasangannya juga kerja atau si pasangan "dijadikan" pelaksana dari bisnis sampingan yang telah direncanakan *ini hier pasangan apa karyawan haa...Kan pasangan visioner ggggg... :')
Kalo logika syar'i *ceileee, harusnya yakin rejekinya nambah. Kan rejeki dua orang dihimpun jadi satu. *fyuuuuu ~(^_^~)

*Truss masak pas nulis ini Om Mario Teguh presentasi yang judulnya: Laki-laki bawang. Yang makin dikupas makin bikin pedih. Makin dikenal malah makin bikin nangis. Hwaaaa... akukan suka bawang :'(( dan pernah bikin puisi absurd ttg ini* Abaikan!

Atauuu, asumsinya kalo ngikutin rencana ini secara kaku, maka baru akan menikah umur 36. Akkkkk... ntar udah bathuk bhathuk, anak baru masuk SD.

Ya nggak lah yaa.. mungkin ini memang batasan pemaparan yang udah ditentuin sama penulis. No variabel pengganggu! Apapun itu bentuk dan namanya. Bagusnya emang ga cuma cerita gampangnya aja sih disini. Ada resiko yang dijabarkan juga dan maka harus dihitung.

Soal pasangan hidup, anak, hadiah, musibah dll. Yaa.. kalo sama ngitung itunya ntar jadi panjang bahasnya. Heuheu.

Haa.. hidup itu penuh kejutan. Syukur alhamdulillah kalo bisa well planed dan well done kayak yang dicontohin penulis. Gak pake acara main, mbleot sana, mbleot sini, kejedot sana, kejedot sini, jatuh disana, jatuh disini, jatuh hatinya *uppppssss :#

Etapi yaa.. hidupku yang banyak mbleot-mbleotnya ini juga kalo kuinget harusnya bisa kok sambil ngelakuin seperti yang disaranin penulis.

Lulus umur 22 (*iniaja udah mbleot setaun. Tapi untungnya semacam punya cadangan. Karena sekolah kecepetan). Belum wisuda udah kerja *how lucky! Kerja ini 2 tahun. Yang 1,5 tahun gausah diitung, ada kewajiban yang harus dipenuhi. Investasi bergerak, haha!

Jadi, harusnya punya waktu 5 bulan untuk menjalankan rencana di fase 2. Nabung! nabung doang. Tapi ini nggak terlaksana kecuali yang ditabungin sama lembaga untuk jadi semacam "pesangon" waktu selesai kontrak. Jadi cuma bisa cengok. Tapi terus bahagia lagi waktu liat tumpukan buku belum terbaca. Hyahahaaa...

Udah ah. Just do it, just do it!

Selasa, 30 September 2014

Filosofi Kopi

Judul: Filosofi Kopi
Penulis: Dewi 'Dee' Lestari
Penerbit: Bentang - Mizan Group
Tahun terbit: 2012, Cet.7 2014
Tebal: 142 hal, 20 cm

Hyaaa,, Dee Lest again! Filosofi Kopi. Cetakan pertama sih 2012. Tapi dibuku ditulis bahwa buku ini adalah kumpulan cerita dan prosa 1 dekade. Dari 1995-2005. Itu berarti dari jamannya Dee masih nyanyi bareng sama Rida sama Sita. Dan jadi karya sastra terbaik di 2006 versi majalah tempo. Lah, brarti sebelumnya pernah diterbitin?

Haha.. yang pasti ini buku Dee terakhir yang belum kubaca. Ada 9 cerita pendek dan 9 prosa di buku ini. Dengan cerita utama yang dijadikan judul buku: Filosofi Kopi.

Bercerita tentang barista yang telah memburu kopi-kopi terenak di dunia, mempelajari secara serius dan mendalam hingga akhirnya membuat kedai kopi bersama temannya. Kedai kopi yang tak hanya meramu kopi, tapi juga berbicara kepada pelanggannya. Memberikan makna-makna filosofis dari tiap cangkir kopi yang diminum. Kedainya berubah dari: Kedai Koffie Ben & Jodi, menjadi:
Filosofi Kopi
Temukan diri anda disini

Tiap menghidangkan kopi, pelanggan akan diberi kartu bertuliskan nama kopi yang diminum dan filosofinya.

Begitulah. Sampai ia menerima tantangan u/ membuat kopi terenak yang menggambarkan kesempurnaan & kesuksesan. Sampai begitu orang meminumnya langsung berdecak: sempurna!

Jika Ben berhasil, ia akan menerima uang 10 jt. Meski bagi Ben, buka itu yang dituju. Ini lebih ke soal pembuktian. Maka kemudian ia habiskan berhari-hari waktu untuk meramu kopi yang dimaksud. Dan ia berhasil. Begitu sang penantang meminum kopi itu, ia langsung berkata: Sempurna!

Nama kopinya Ben's Perfecto.

Itu seperti pencapaian lain yang sangat monumental. Semua Pelanggan spakat bahwa kopi itu sempurna. Sampai suatu hari, ada seorang bapak agak tua yang memesan kopi apa saja. Ben langsung saja menyajikan Ben's Perfecto. Namun Bapak itu tidak bereaksi apa-apa. Ben heran.

Akhirnya dari Bapak tersebut ia tau ada kopi yang lebih enak dari kopi Ben's Perfecto. Melalui petunjuk darinya, Ben mencari keberadaan kedai kopi itu. Ben menemukannya. Suatu kedai kopi kecil di desa di Jawa Tengah. Nama kopinya kopi tiwus. Harganya terserah, kadang ada yang memberinya 500, 100 atau tak membayar.

Kopi tiwus adalah kopi yang tumbuh di tanah milik Pak Seno, bahkan sebelum ia tinggal di situ. Kopi yang terus berbuah meski tidak diapa-apakan. Diberi nama tiwus karena anak gadisnya selalu berkata "tiwus-tiwus" jika melihat bunga kopi dari pohon itu.

Akibat hal ini, Ben merasa buruk & dan menutup kedai kopinya. Joddi yang bingung. Mereka sempat bertengkar hingga akhirnya diam. Mereka menempuh perjalanan spiritual mereka masing-masing. Hingga suatu hari saat Ben seperti biasa hanya melamun, Joddy membuatkannya kopi. Sambil memberikan tulisan.

Kopi yang anda minum hari ini:
KOPI TIWUS

Artinya:
Walau tak ada yang sempurna,
hidup ini indah begini adanya.

Haha.. dan lembaran cek 50jt hadiah atas keberhasilan pembuatan Ben's Perfecto diserahkan kepada Pak Seno oleh Joddy. Seperti yang diminta oleh Ben sebelumnya dan habis-habisan ditentang oleh Joddy. Pak Seno menerimanya dengan ketidakmengertian. Bukan gak ngerti maksudnya, tapi nggak ngerti itu apa, kemudian hanya meletakkannya di lemari sebagai sebuah kenang-kenangan. Wakakakak...

Haaa... cerita utamanya ini kena banget deh...
Walau tak ada yang sempurna,
hidup ini indah begini adanya.

Aku ingin mengucapkan ini di hadapanmu, sambil tersenyum.. wakakakkkkk hoex hoex *-mu nya itu looo siapa :p

Hmmm cerita-cerita & prosa-prosa lainnya bagus. Tapi kok nggak nempel yaa.. Nggak kayak waktu aku baca Madre atau Rectoverso. Di dua buku itu tiap judulnya mengesankan. Terutama yang Rectoverso. Mungkin karena aku sudah terlalu tau banyak karyanya ya, jadi biasa. Huehue...

Tapi ada beberapa Prosa yang aku suka, yaitu: Kunci hati, jembatan zaman, diam dan cuaca.

...
Bagaimana mungkin kamu jadikan tubuhmu sangkar bagi perasaan? Bukankah perasaanlah kandang dari jasad ini? Dalam diammu, aku mendengar banyak suara. Diammu berkata-kata.
Tangismu yang tak terlihat merobek ruang waktu dan menghampiriku dengan caranya sendiri. Mari, kususutkan air mata itu, kukecup keningmu halus, dan kutidurkan kepalamu di atas perutku yang hangat. Mari...
Kau dan aku menghembuskan napas. Tak lagi pengap. Tidak ada yang bergerak. Namun, diam itu telah runtuh oleh diam. (Ini potongan dari prosa *atau cerita ya? yang judulnya 'diam')

Jumat, 12 September 2014

Chocolate

Source Pict
Judul buku: Chocolate
Penulis: Joanne Harris
Penerjemah: Ibnu Setiawan
Penerbit: Bentang, Mizan group
Tahun terbit asli: 1999
Tahun terbit Indonesia: 2008
374 hlm, 20,5 cm punya Rahmi Wijayanti

Novel tentang coklat. Disitu dituliskan kalau novel ini sudah difilmkan. Jadi penasaran. Apalagi ada Johny Deep sebagai salah satu aktornya. Aku cukup ngefans sama aktor satu itu hi hiii.. Di otakku kebayangnya Johny Deep pake baju item2 + topi bulet + wajah putih pucet bin datarrrr. Giginya juga putih dan datar. Rambut luruss rata dibawah kuping. Dia punya semacam pabrik coklat raksasa. Pada salah satu perayaan gereja, ia membuka pabriknya untuk dikunjungi anak2. Anak2 yang kesana semacam mengalami akibat langsung dari perbuatannya. Tubuh memanjang, melentur dan bisa menjulur2, ada yang berubah warna jugag. Atau yang lidahnya memanjang. Kalau nggak salah inget, ada satu anak baik2 yang tidak mengalami satupun hal aneh samasekali. Karena dia baik hati. Mereka bisa kesitu karena dapet tiket khusus. Apa ini film yang dimaksud?

Haha. Aku lupa judul film itu apa. Tapi sepertinya bukan itu. Karena cerita di novel ini nggak kayak gitu *ya terusss ngapain ditulissss arggghhh.. Sama-sama tentang coklat sih. Dan entah kenapa asosiasinya langsung ke film itu. Harap maklum ya,, karena pas aku nulis ini, aku lagi tinggal di daerah antah berantah dan my smartphone is still error. Walaupun pada akhirnya aku bisa menemukan warnet, berkecepatan lumayan tinggi jugag, yihaaaaa... Jadi nggak bisa langsung cek pikiran2 yang berseliweran diatas ke uncle google.

Ya ya. Kisah ini tentang ibu dan anak pengembara. Memutuskan untuk tinggal di suatu daerah di pinggir sungai Tannes: Lansquennet-sous-Tannes. Daerah yang masih kolot, membosankan dan penuh kepura-puraan. Aktivitas warganya berpusat di gereja yang di depannya ada alun2nya. Ia membuka chocolatary tepat di depan gereja St. Jerome tersebut_yang entah sengaja atau tidak membawa angin perubahan di daerah tersebut. Menjadi lebih jujur dan hangat.

Diceritakan, warga disana adalah jama'ah gereja yang ta'at, dengan Francis Reynaud sebagai imam gereja. Sedangkan Vianne Rocher dan anaknya Anouk_Ibu dan anak pengembara_memahami Tuhan dengan cara berbeda. Bahkan malah menyamakan beberapa perayaan gereja sebagai warisan budaya kaum pagan. Dia tidak mengarahkan masyarakat untuk murtad, hanya agar lebih jujur pada diri sendiri dan lebih manusiawi.

Pada akhirnya dia memang menang menurut Reynaud, musuh alaminya. Sedangkan bagi Vianne sendiri kemenangannya lebih berarti karena ia berhasil mengalahkan ketakutannya sendiri. Akan bayangan "Pria Hitam" yang selalu mengikuti, bisikan2 ibunya_yang adalah seorang peramal dan sudah meninggal, dan ketidaksanggupannya untuk tinggal lama di suatu tempat, sesuatu yang ia peroleh dari Ibunya juga. Ia berhasil untuk tidak lari lagi tapi justru menghadapi. Hueee...

Yeah.. di endorsement2 di halaman pertama buku endorsernya banyak menghubungkan tulisan ini dengan coklat. Aromanya, rasanya, lezatnya, daya magisnya dll. Aku? Gabisa melakukan itu. Gabisa ngebayangin jenis2 coklat yang dideskripsikan dengan apik oleh penulisnya. Karena, jangankan makan, liat aja kagak pernah. Tau namanya juga baru di novel ini. Lagian, aku bukan penggemar coklat. Eneg! you know. Sukanya yang sekelas coki2 :D

Ini buku jaman jebot yang dulu udah pernah baca kubaca sedikit. Tertarik untuk baca lagi gara2 baca filosofi kopi. Entah apa hubungannya. Haha.

Andndndn, well setelah aku cek emang film yang kuceritain diatas bukan film dari novel ini. Yang kuceritain diatas judulnya: Charlie n Chocolate Factory. Yang based on novel ini ya judulnya Chocolate.

BTW, no di samping rumahku banyak pohon coklat. Heuheu.

Minggu, 24 Agustus 2014

Ring of Fire

Terlalu banyak yang ingin dikatakan itu seringkali justru membuatku tak bisa berkata-kata.

Untuk paragraf 1-4 ini boleh diabaikan :D
Pertama-tama, aku mau berterimakasih dulu ke Julaikah yang secara dengan agak terpaksa memberikanku buku ini. Kalau nggak inget aku bakal nyebrang pulai nan jau disana, mungkin nggak akan sedramatis ini. Sampai dikasih buku segala. Dan temen2 lain juga yang ngasih macem2. Yang ngasih sepenggal episode kebersamaan. Singkat maupun panjang. Semoga kenangan baik juga yang tersimpan atasku diingatan kalian. Hee…

Trus kenapa jadi bahas ini. Lagian setelah aku pikir2, perpisahan sungguhan itu kan nggak ada. Ntar juga ketemu lagi. Hee.. Siapa juga yang bisa jamin aku nggak bakal balik lagi ke sekitaran “Jawa” dalam waktu kurang dari setengah tahun. Seperti pada hari aku mendapatkan buku ini, kemarin Selasa, 19 Agustus 2014 saat tiba2 aku muncul lagi di Kantor RZ Surabaya, menimbulkan reaksi bermacam-macam. Ha haa.. Bagaimana bisa aku muncul setelah pamit bilang mau ke Lampung dan seolah-olah takkan bertemu dalam jangka waktu yang lama. Yang sudah dilepas dan diantar dengan sangat heroic dan dramatis. Aku sih nggak segitu dramatisnya ngasih pengumuman. Yaa.. dengan tanpa perasaan mellow sedikitpun karena menyadari bahwa kita pasti ketemu lagi kokk. He he.. Lampung itu Cuma keliatannya aja jauh. Dan juga mengingat keinginanku yang masih ingin “berkeliaran”. Ini Cuma pulang. Dan itu bukan berarti aku takkan pergi lagi. Hweee..

Aku melihat-lihat buku2 yang lagi2 di beli Jul di Kampung Ilmu Surabaya. Awalnya dia mengajakku. Tapi aku cukup berkeras hati untuk tujuan utamaku ke Surabaya tentunya: beresin kerjaan. Diantara buku2nya aku paling kepo sama yang ini. Membaca pengantarnya dengan sangat antusias. Dan tercium bau petualangan yang seru kayaknya. Pertama, karena ini dibuat oleh orang luar. Selanjutnya karena lokasi2 penjelajahan yang aku belum pernah kesana, dannn apa yang mungkin didapatkan dari kolaborasi itu. Melihat diri Indonesia, dari mata orang luar. Yang bahkan aku sendiri belum tau. Entah seberapa antuasiasnya wajahku keliatannya waktu itu, sampe2 si Jul pada akhirnya mengatakan hal membuatku bahagia. “Yaudah mbak bawa aja bukunya” haaa…

Selanjutnya ritual membaca kembali kulakukan di dalam kereta api Sri Tanjung. Gerbong 3, kursi 11 C. Surabaya-Jogja. Bersama 5 teman duduk yang semuanya cowok. Serta sambil mengamati banyak penumpang yang berpenampilan seperti petualang. Setidaknya dilihat dari tas carriernya yang nongkrong di kabin kereta. Dugaanku mereka semua dari Rinjani. Pulang ke Jawa melewati Bali dan naik kereta dari Banyuwangi. Biasa, abis 17an. Dan aku lagi2 pengen jedot2in kepala karena kemaren juga hampir terhasut untuk berangkat. Ah sudahlah. He he..

Source pict
RING OF FIRE, Indonesia dalam Lingkaran Api. Tebal buku 400 halaman lebih. Ditulis oleh Lawrence Blair based on his adventures with his brother: Lorne Blair. Adik yang bersamanya melintasi rimba Kalimantan yang sangat berpeluang membuat kakinya patah dan terkena infeksi, namun justru hal tersebut terjadi di Bali, dekat rumahnya yang nyaman dan membuatnya meninggal. Hee.. Diterbitkan oleh PT. Ufuk Publishing House di tahun 2012 dari buku asli: Ring Of Fire, An Indonesian Odyssey edisi tahun 2010. Ada filmnya juga lhoo, dan buku ini adalah pelengkap yang tak dapat dipisahkan dari filmnya. Gitu kata penulisnya.

Hal yang membuatku tidak bisa berhenti membaca sejak pertama kali adalah cara penulisnya menulis buku ini. Dia bukan menulis, melainkan bercerita. Sedemikian mengalir dan asik, jadi kayak baca novel. Jadi membacanya aku bolak-balik berupaya membayangkan apa yang coba ia deskripsikan. Memimpikan aku yang ada disana. Di laut sebening-sebeningnya, di samudra saat langit telanjang tanpa tabir, di rimba hujan tropis, di padang sabana, di sungai2 panjang, di rawa, lembah dan ngarai. Mengamati, tumbuhan berjuta-juta spesies. Hewan yang mungkin dengan takut2 dan perasaan jijik tapi memesona. Dan sodara2 manusia yang entah bagaimana ditakdirkan jadi sangat berbeda dengan diri kita sendiri. Yang pasti melatih kemampuan sosialisasi tingkat tinggi.

Saat membayangkan tempat2 eksotis itu aku kesusahan. Ha ha… secara perjalananku paling ke Timur sejauh ini ke Madura. Dan paling Barat ke Lampung. Dan hutan paling rapat yang pernah aku kunjungi Cuma sekumpulan pohon di Merapi. Itu juga nggak dimasuki, Cuma dilewati. Karena sudah ada jalur pendakian terbuka. Dan kondisi yang ia jabarkan agak jauh dengan kondisi sekarang yang sudah banyak ditayangkan di TV. Secara,, perjalanan ini dia lakukan di tahun 70an. Dan oleh karena factor itu semua jadinya malah nggak sabar pengen menghabiskan buku itu segera. Kalau bisa ditelen, ditelen deh. Buku selesai dalam waktu 5 hari saja_yang menyebabkanku melewatkan beberapa agenda melancong di Jogja. Udah lupa haaa. Emejing!!

Tapi, pertama kali baca judulnya, sempat kepikir aku bakalan baca petualangan tentang beberapa gunung berapi di Indonesia. Yang diceritaan gunungnya, yang mengungkung Indonesia dengan lingkaran api. Tapiii,, ternyata deskripsinya lebih ke studi antroplogy, khususnya suku-suku tak dikenal dan mistik di Indonesia. Juga deskripsi flora dan fauna Indonesia. Hee.. tapi aku nggak kecewa. Lagian, kalau yang diceritain gunung, bebetuannya, proses terjadinya, sejarah meletusnya dll ntar malah kayak buku diktat kuliah yang sulit kumengerti.

Jadi, si Blair bersaudara ini melakukan sebuah petualangan sebagai campuran dari motiv penyaluran passion, keingintahuan, dan niat untuk mendokumentasikan agar bisa dinikmati orang lain. Yang pertama tentu saja, karena dari kecil mereka sekeluarga berpindah-pindah, senang membaca buku hasil penjelajahan, terutama yang paling menginspirasi yaitu karya Alfred Russel Wallace, dan aktifitas Ibu mereka di perkumpulan Subud di Pulau Jawa. Selain juga mereka mempelajari secara akademik di universitas di Eropa dan Amerika. Lawrence Blair mendapatkan gelar doktoralnya di Universitas Lancester, fakultas perbandingan agama, Inggris. Tesisnya  membicarakan mengenai bidang psikoantropolgy yang kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul: Rhythm of Vision_the Changing Patterns of Believe. Kemudian ditambah kenekatan adiknya. Mereka mencari sponsor yang mau membiayai ekspedisi untuk memfilmkan perjalanan mereka. Menemukan Cendrawasih Kuning Besar melalui jalur dan cara yang sama yang telah dilakukan oleh Alfred Russel Wallace. Yang kemudian berlanjut atau melebar dengan juga memfilmkan kehidupan suku-suku di pedalaman Sulawesi dan Kalimantan, ritual-ritual mistik, flora dan fauna yang mencengangkan bahkan kehidupan di dasar laut. Semua ini diceritakan di bab pertama dan kedua.

Bab berikutnya merangkum upaya mereka memulai perjalanan untuk bertemu cendrawasih kuning besar itu. Yang karena mereka bertekad melakukan perjalanan seperti Wallace, maka ceritanya jadi panjaaaaang. Tidak semudah yang mungkin kita bayangkan jika ada orang kulit putih mau berwisata. Alih-alih menyewa kapal bermesin, mereka sangat niat untuk susah-susah mencari kapal pinisi, yang masih murni bergerak menggunakan tenaga angin. Saking rumitnya sampai makan waktu sekitar 4 bulan! Dan ini diceritakan secara detail dan lebarrr_namun menyenangkan_oleh Lawrence menjadi 3 bab. Mirip sepertiku, yang bahkan untuk menulis ulasan ini saja merasa perlu untuk bercerita hal-hal remeh temeh seperti diatas, di paragraf2 awal. Hahaa.. Karena memang justru perjalanan serta kerumitannya yang berarti dari sebuah perjalanan. Bukan tujuannya. Ya nggak?

Mula2 penulis bercerita upaya mereka untuk memfilmkan upacara pemakaman raja di Tana Toraja. Yang bahkan sudah mati sekitar setahun yang lalu. Ini berdasarkan saran Dr. Werner Meyer, seorang perwira medis untuk Wehrmacht Jerman yang sampai ke Celebes dalam program medis PBB untuk negara2 dunia ketiga bersama 16 dokter dan beberapa perawat lain. Sempat disekap oleh pasukan Daarul Islam dan menjadi salah satu dari 2 orang saja yang berhasil lolos. Yang satunya langsung pulang ke negaranya. Sedangkan Dr. Werner menjadi pengelola kesehatan di wilayan itu bahkan mendirikan Rumah Sakit. Dia ini yang menghubungkan Blair bersaudara dengan orang2 yang akan menghubungkan mereka dengan orang lain lagi hingga pada akhirnya bisa menemukan kapal pinisi seperti yang diharapkan.

Proses merekam film upacara pemakan terakhir Raja Tana Toraja ini saja memakan waktu sampai 2 bulan. Penulis menggambarkan dengan detail semua prosesnya dan apa yang mereka alami selama waktu itu. Deskripsi alamnya, sosialnya, kesenian dan budayanya. Bagaimana mereka berinteraksi dengan penduduk setempat. Juga tentang ajaran dan kepercayaan yang mereka yakini. Soal social, budaya dan kepercayaan ini menjadi titik tekan yang paling banyak diceritakan oleh penulis. Bahkan di bab-bab selanjutnya ketika ia bercerita tentang suku lain. Proses pemakaman Raja ini sangat rumit. Orang toraja mempercayai bahwa asal mula mereka adalah dari bintang, yang mendarat ke bumi oleh benda langit semacam ufo. Saat mereka meninggal, mereka harus melakukan upacara untuk mengirim arwah mereka kembali ke tempat asalnya. Dalam upacara ini mereka mendirikan rumah2 sampai 60an khusus untuk melakukan upacara yang disebut Rante. Rante ini nantinya dibakar setelah selesai upacara. Untuk menentukan waktu pemakaman diperlukan upacara khusus lagi. Pemakamannya sendiri adalah dengan meletakkan jenasah pada sarkofagus, kemudian rentetan upacara pengurbanan dilakukan, tari2an dan orang2 berarak2 dalam kondisi trance, hingga kemudian meletakkan sarkofagus beserta Tau-tau (replica orang yang meninggal dari kayu, seperti boneka) di dalam tebing batu yang sudah di lubangi berbentuk persegi.

Setelah selesai di misi itu, mereka akhirnya menemukan sebuah desa dimana ada penduduk yang mempunyai kapal pinisi, mau menyewakannya beserta awaknya ke pulau Aru. Dimana jalur itu merupakan jalur yang telah lama tak lagi diarungi oleh pelaut Bugis yang tangguh. Sambil menunggu kapal siap diperbaiki, mereka jalan2 mengikuti perburuan ular Boa. Saat waktu dimana angin muson barat sebentar lagi berbalik arah akhirnya mereka berangkat. Dari Bira, menuju Makassar untuk menaikkan barang dagangan titipan saudagar Tionghoa_yang dijadikan syarat pinisi boleh berlayar oleh pemiliknya, kembali ke Bira, lanjut ke Teluk Bone, mendarat di Buton, kemuadian Ambon, masuk ke laut Banda, mampir ke beberapa pulau di Kepulauan Banda yang di salah satunya ada gunung berapinya dan tentu saja ke kota Banda, lanjut ke kepulauan Kei, dan akhirnya sampai ke Aru. Kemudian berhasil memfoto dan memfilmkan Cendrawasih Kuning Besar yang bertengger di Pohon Tarian. Di sepanjang perjalanan mereka, penulis juga menceritakan hewan2 cantik, ajaib, langka nyaris endemic yang hanya bisa dilihat di sedikit wilayah di dunia. Selain ular Boa, ada ikan Laweri yang matanya memancarkan sinar seperti bohlam lampu, ubur2 cincin biru yang sangat beracun, paus dll. Akhirnya, lebih karena tanggal kadaluarsa visa mereka buru2 pulang naik kapal nelayan Australia. Kapal mesin. Menuju Australia tentunya. Hee…

Di bab2 berikutnya, adalah kisah petualangan lain di kunjungan kembali mereka ke Indonesia. Di daratan yang sekarang kita kenal sebagai Irian Jaya. Pada awalnya Lorne Blair pergi dengan tim lain untuk menjelajah dan memfilmkan kehidupan suku Asmat, tanpa Lawrence. Maka di bab ini Lawrence mengutipkan cerita dari catatan harian Lorne. Namun setahun kemudian Blair bersaudara kesana lagi dalam misi lain, yaitu memberikan kuliah pada ekspedisi kapal Linblad Explorer. Suku Asmat, suku pengayau_aku baru tau istilah ini_ dan kanibal. Dan fakta yang sangat mencengangkan adalah mengetahui salah satu korban kanibalisme mereka adalah Micheal Rockefeller. Anak Gubernur New York pada saat itu, Nelson Rockefeller (juga pernah jadi Wakil Presiden Amerika). Ceritanya dramatis banget.. Sampai pada saat Lorne melakukan misi pertamanya, kematian MR masih misterius. Tentang ia yang dimakan oleh suku Asmat juga masih dugaan. Disamping dugaan lain bahwa dia mati tenggelam dan dimakan ikan Hiu. Lorne Blair berhasil mengungkapkan fakta ini karena totalitas mereka dalam melakukan misi peliputan. Mereka benar2 melebur dengan masyarakat, ikut telanjang, ikut upacara2 adat, memakan apa yang mereka makan, tidur di tempat mereka tidur bahkan sampai diangkat sebagai anak oleh salah satu anggota masyarakat. Dengan prosesi yang menggelikan. Hua hua… Blair bersaudara beserta tim lain melakukan wawancara pada banyak orang tentang kejadian tersebut. Termasuk pada akhirnya dengan salah satu pelaku pembunuhan dan yang ikut memakan daging si MR. hiii…

Maka film mereka juga berisi dokumentasi kehidupan pengayau mereka. Tentang prosesi balas dendam. Jika ada yang mati terbunuh akan dibuatkan bis, patung ukir2an kayu bermotif rumit manusia dan hewan yang menjulang sebagai tempat arwah. Arwah itu masih akan terbelenggu dan tidak akan bebas jika belum diurapi darah dari suku yang membunuhnya. Ceritanya dulu orang kulit putih yang diwakili prajurit Belanda pernah menyerang mereka dalam upaya menghilangkan kebiasaan mereka mengayau. Empat prajurit perang suku Asmat Otjanep tertembak. Kemudian si MR datang ke situ untuk membeli bis2 kayu eksotik. Benda etnografi yang dianggap berharga bagi peniliti antropologi. Tanpa tau kalau beberapa bis itu ada yang harus diurapi dengan darah suku kulit putih, supaya arwahnya bebas. Lhaa kok yaaa.. pas MR mau kesana naik perahu menyusuri sungai itu perahunya macet. Perahu mereka berisi 4 orang. Selain MR ada 1 antropolog muda dan 2 missionaris. 2 missionari memutuskan untuk berenang menepi dan mencari bantuan. Selanjutnya saat bantuan tak kunjung datang MR memutuskan untuk menyusul. Dan dia hilang. Dalam beberapa jam kemudian, berdatangan kapal2 milik angkatan laut Belanda, 20 pesawat Neptune, pesawat Hercules milik angkatan darat Australia dan jet sewaan yang ditumpangi Ayah MR dan kembaran MR, Mary. Sampai 10 hari pencarian hasilnya nihil.

Sampai selanjutnya apa yang berhasil dikorek oleh Lorne. Jadi beberapa orang Asmat Otcanep menyeret MR dalam keadaan lemah. Mereka sempat berseteru apakah dia harus dibunuh atau tidak, hingga kemudian salah satu dari mereka menombaknya. Kejadian selanjutnya MR disantap. Ieuw… diantara wawancara2 itu saat, Lawrence ikut berkunjung ia tergoda untuk bertanya, “bagaimana rasanya?”_makan daging orang. Entah dengan bercanda atau bagaimana, salah seorang menjawab: “Daging sesame kami terlalu a lot, daging orang melayu terlalu manis, daging orang kulit putih terlalu asin, yang paling lezat tentu saja daging orang Tionghoa”. Haaaa…. (&*^^$%#$@!)_()*(_&(*%^$%# aku merinding bacanya.

Terusssssss.. pulau selanjutnya yang mereka kunjungi adalah Pulau Komodo. Pulau Naga kata mereka. Jadi Komodo itu dianggap yang mengilhami hewan mitologi Naga. Ohyaaa… Cendrawasih kuning besar itu juga hewan yang juga sejak lama dijadikan symbol bagi masyarakat tradisional China. Heuheu.. Blair bersaudara ke pulau Komodo pertama kali juga dalam tugas mereka memberi kuliah diatas kapal Linblad Explorer. Seperti halnya di bab2 lain, Lawrence selalu menceritakan seekor spesies, selain tentang ciri2 fisiknya juga deskripsi bagaiamana spesies tersebut pertama kali ditemukan oleh orang yang kemudian mengabarkan ke dunia internasional, dinamai, dan selanjutnya dimasukkan ke daftar taksonomi. Dibuku ini Lawrence juga bercerita bagaiamana Komodo akhirnya dikenal dunia. Sebelumnya sudah ada laporan2 penerbang dan penyelam yang mengetahui reptil ini, sampai akhirnya seorang perwira Belanda, Van Steyn terilhami untuk mencari tau. Pada tahun 1912 ia menembak sepasang specimen, membawanya ke Museum Zoologi Bogor dan diteliti oleh kuratornya Van Ouwens. Disinilah pertama kali Komodo diidentifikasi dan diberi nama latin: Varanus komodoensis atau Naga Komodo. Di pulau komodo ini berdiri beridi salib yang menandai tempat seorang Barat pertama yang dimakan oleh Reptil ganas ini.

IN MEMORY OF
Baron Rudolf Von Reding Biberegg
Born in Switzerland the 8 August 1895 and
Disappeared on this island the 18 July 1974
‘He loved Nature throughout his life’

Pulau selanjutnya di bab selanjutnya adalah pulau Sumba. Kali ini misinya juga buat film. Tentang perang pasola. Sebuah olahraga perang tahunan. Yang harus menumpahkan darah. Beberapa kali Lorne kesana untuk melakukan misi tersebut namun gagal karena waktu penyelenggaraan yang tidak pasti. Tidak ada yang tau kapan pasola berlangsung selain pendeta mereka. Sampai pada akhirnya Lorne berhasil mengetahui tanggal pasti pelaksanaan pasola 3 tahun kemudian, Lawrence menyusul kesana. Dan saat mereka bertemu adalah saat salah satu kru filmnya: Zac mendapat kabar kalau Raja Pau wafat. Lalu mereka pergi ke Waingapu untuk menghadiri pemakaman. Meski pemakaman masih ditunda karena syarat hewan kurban yang belum terpenuhi. Bahkan ada 2 jenazah lain yang sudah menunggu lebih dari 20 tahun untuk dikuburkan. Disebabkan hewan kurban yang telah lama disiapkan terus2 dicuri tiap kali sudah hampir memenuhi syarat. Pemakaman disana yaitu dengan menguburkan orang bersama kudanya dibawah batu megalit seberat 3,5 ton. Jenazah dibuntel dengan berlembar2 kain tenun ikat khas sumba yang tak ternilai harganya. Tenun ikat merupakan azimat bagi orang sumba, banyak symbol dalam tenun ikat yang merupakan bentuk kekuatan magis rahasia yang hanya dipahami oleh para tetua klan. Bersama Raja Pau, raja Sumba saat itu harus dikuburkan ratusan lembar tenun ikat paling indah yang pernah dilihat. Yang akhirnya sempat di filmkan oleh Lorne dan Zac meter demi meter. Mengetahuinya mau dikuburkan adalah hal yang ironis.

Akhirnya mereka menyaksikan juga olahraga tahunan pasola. Yang sebenarnya adalah upacara pengorbanan manusia terselubung. Menurut ajaran mereka, ini untuk menjaga agar dunia tetap seimbang antara dewa2 langit merapu di atas dan nyale sang dewi lautan di dunia bawah. Mereka berhasil memfilmkannya.
Dan akhirnya mereka ke Borneo. Kalimantan. Mencari suku nomad Punan. Untuk di filmkan juga tentunya. Suku ini dikabarkan sudah tidak ada, atau sudah menyesuaikan diri dengan pola hidup masyarakat lain saat ini. Tapi mereka bersikeras mencari. Dan untuk itu mereka menelusuri berdasarkan info2 lapangan dan catatan2 penjelajah sebelumnya. Dalam penelusuran ini mereka dibantu oleh Wiessmar, sultan asal Sumatra Barat yang ahli menduplikasi dokumen, punya banyak variasi pekerjaan diantaranya pengumpul informasi bagi intelejen Angkatan Darat. Sebelumnya mereka sudah bertemu di kapal Linblad Explorer saat ke pulau Komodo. Dia juga yang bersama sama Baron mengunjungi pulau Komodo untuk peratama2 kali dimana Baron menjadi korban keganasan Komodo.

Blair bersaudara, Wiessmar akhirnya menemukan orang yang mau mengantar mereka mencari suku Punan. Bareyo namanya. Dia orang Punan juga namun sudah sedikit menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat lain saat itu. Berprofesi sebagai pemburu badak dan melakukan perdagangan. Mempunyai anak dan istri yang tinggal menetap. Dalam perjalanan beribu-ribu kilometer, rombongan ini terdiri dari 22 orang. Melewati hutan hujan tropis yang rapat meski sudah banyak ditemui penebangan liar pohon2 besar untuk dikirim ke luar pulau. Disini, selain lintah yang mereka temui dan dideskripsikan oleh Lawrence adalah spesies lain seperti kupu2 Raja Brook Bridwing yang pertama kali ditangkap dan diidentifikasi oleh Alfred Russel Walace. Yang cantiiiiiiiiiik bingitttttttttt katanya. Heuheu.. *coba gugling ah… ohh okey,, emang kalo bagi penduduk asli mungkin biasa aja :D

Akhirnya ketemulah mereka dengan suku Punan ini. Ketika mereka melintasi sungai dan mulai mendengar suara seperti tabuhan genderang yang menyeramkan seperti keluar dari air. Music air Punan yang terkenal. Diceritakan, saking rapatnya hutan ini, mereka nyaris tidak pernah melihat angkasa. Selain mungkin ketika mereka melintasi sungai2 besar. Oleh karena itu bagaiamana pada akhirnya Bareyo dan orang2 punan bisa mengetahui arah dan menemukan kerabat mereka adalah misteri. Namun kemudian Lawrence mendapat penjelasan mengenai “pengelana mimpi” dari Bareyo. Orang punan tahu kalau mereka memiliki 2 jiwa. Ada jiwa fisik emosional dan para pengelana mimpi. Dalam keadaan tidur atau kerasukan para pengelana mimpi berkeliaran melihat dengan mata berbeda. Melihat jalur2 hewan liar atau orang yang hilang. Memang pada saat akhirnya mereka menemukan suku Punan nomad yang mereka cari ini, bareyo sudah melihat mereka dengan “penglihatannya”. Dan ini dia katakana kepada rombongan lain. Ia meminta beberapa orang untuk menyebrang sungai dan melihat apakah “penglihatannya” itu sungguhan. Dan ternyata memang benar.

Saat sudah tinggal bersama orang2 Punan, penulis mendapat keterangan lebih lanjut. Tentang Aping_Tuhan yang mereka yakini, tentang pohon kehidupan, bahwa manusia itu semuanya berasal dari pohon yang sama. Disini Blair bersaudara mengikuti upacara dipimpin oleh Nanyet_semacam pemimpin spiritual. Mereka melingkar mengelilingi Nanyet. Nanyet bergumam dan meracau semacam ocehan bernada yang kemudian diikuti oleh kerumunan laki2 perempuan sekitar 50 orang itu. Menurut mereka, bahasa itu tidak bermakna, kecuali bagi orang2 yang memiliki pengelana mimpi yang terjaga sepenuhnya. Bahasa itu disebut bahasa ‘sebelum terlahir dan setelah berpulang’. Belakangan Blair bersaudara baru mengetahui kalau upacara itu diselenggarakan untuk mereka. Untuk membangunkan pengelana mimpi mereka. Mereka akan mengetahui apakah itu berhasil atau tidak setelah beberapa hari, apakah diantara mereka ada yang bermimpi. Dan hal itu benar2 terbukti. Lorne yang bermimpi, mendapati dirinya ada di dalam sebatang pohon besar yang membentang dari ujung ke ujung Borneo. Satu pohon. Dan dia bersama makhluk2 lain. Sebelumnya karena seringnya mereka ikut menikmati musik2 orang Punan, suatu kali mereka berdua bangun dan ingin membuat tato. Orang Punan adalah seniman tattoo. Dan tattoo adalah juga salah satu symbol spiritual mereka. Mereka akhirnya pulang dijemput helipad operasional missionaries setempat.

Membaca deskripsi ini dan deskripsi Lawrence sebelumnya tentang ciri2 orang Punan, yang berkulit putih nyaris transparan, juga melihat foto hasil jepretan mereka yang memperlihatkan gadis punan aku tiba2 merasa kalau film Avatar yang makhluk2 biru itu_bukang yang Aang_terisnpirasi dari sini. Seriussss.. deskripsinya mirip banget. Orangnya, pengelana mimpi, pohon kehidupan, upacaranya haaa… Sotoy mode on.

Hadeuuuh.. aku udah capek aslinya. Udah ngantug. Tapi ini tinggal satu lagi. Satu bab lagi tentang Bali. Blair bersaudara itu punya rumah di Bali. Rumah dalam arti sesungguhnya. Tempat nyaman untuk pulang. Tempat mereka untuk memperhalus transisi dahsyat yang harus mereka hadapi dari kehidupan sangat modern di Inggris dan Amerika dengan belantara rimba. Kalau di tempat2 terpencil saja mereka segitu akrab dan berbaurnya, apalagi di Bali. Dan mereka sangat diteriman disini. Rumah mereka juga dibuatkan oleh penduduk. Mereka ikut dalam upacara2 dan kegiatan masyarakat di Bali. Mendapatkan ketenangan dan pengalaman spiritual. Udah.

Sebenernya ada cerita orang lain lagi di bab tentang Bali ini. Yaitu orang yang dia panggil Dynamo Jack. Orang yang dari dalam tubuhnya bisa mengalirkan listrik dan membakar sesuatu dengan tangan kosong. Nah, kalau yang ini aku jadi inget si Elektra tokoh fiktifnya Dee di Supernova Petir. Dan sedikit juga inget sama Bodhi di Supernova Akar waktu baca bab Kalimantan. He he.. yaampun..

Baca ini ni yaaaa.. ada perasaan maklum sekaligus miris. Dengan diri sendiri, dengan bangsa ini. Indonesia itu yaaaaaaa.. haaa.. bagaimana aku harus mengatakannya. Ini yang aku bilang diatas aku nggak bisa berkata2. Heuheu. Jadi, aku merasa pantesan aja kalau eksplotasi besar2an di Papua di Kalimantan dan yang lain2 dikuasai sama mereka orang2 kulit putih. Ya karena merekalah yang lebih dulu mengetahui potensi ini. Yang sadar akan nilai sesuatu. Mungkin kita juga tau, tapi tak tau harus apa.

Belum lagi seperti yang disampaikan oleh penulis. Bahwa apa yang ada di Indonesia ini adalah sesuatu yang banyak mengilhami khayalan mereka tentang kehidupan lain. Seperti yang kusebutkan diatas, dari Cendrawasih hewan cantik symbol anggun bagi masyarakat China, Komodo yang diasosiasikan sebagai naga, ada juda ikan duyung yang diinspirasi oleh spesies ikan tertentu di Indonesia, bahkan boogey man. Pernah liat film boogey man? Hantu yang ada di bawah kolong kasur. Dari buku ini aku tau kalau kosakata Boogey man itu berasal dari pelaut Bugis. Bugis man. Perompak Bugis yang ditakuti oleh pelaut2 jaman dulu. Begitu mengerikannya sampai dijadikan nama hantu oleh mereka.

Saat penulis menceritakan kisa2 pelayaran orang2 terdahulu untuk mencari rempah2. Motif orang2 eropa untuk bangkit atau renaissance sampai akhirnya revolusi industry. Tentang mencari sumber daya di suatu wilayah. Sampe nyasar2 ke Amerika. Sementara kita masih tidurr. Haaa… *cakar2 meja.
Kalaupun dulu kita masih tidur, kenyataannya sampai sekarang kita belum bangun2. Belum sadar2. Ihhhh.. kemudian melihat diri sendiri yang kayak gini niiii… kayak gini.. *tonyor2 idung.  Udahlah pengetahuannya dikit, gak produktif, tiap hari masih aja menggalaukan hal2 nggak penting. Remeh temeh dan Haaa… *yakdes yakdess..

Haaa… setidaknya, gara2 baca ini aku jadi baru bener2 melototin peta Indonesia. Melototin pulau2 kecil yang menyimpan banyak kekayaan. Merasa masih sangat bloon bin dodol. Kalau ditanyain sekarang jumlah provinsi di Indonesia aja nggak tau. Asli nggak tau. Ingetnya masih yang sesuai pelajaran SD-SMA. Ada 27. Trus yang pernah kukunjungi mana aja? Atau kalau itu berlebihan setidaknya, di tempat kamu ada sekarang, kamu udah ngapain? Udah ngapain coba? Haaa..

Jadi inget waktu pertama kali aku tercengang dengan hal2 macam ini sewaktu kelas 2 SMA. Waktu buat presentasi di mata pelajaran Geografi tentang potensi hutan Indonesia bagian Barat. Dan temen2ku yang sampe bosen sama presentasiku yang kepanjangan. Karena semuanya aku sebutin satu2. Haaa… trus memantapkan diri mau kuliah pertanian. Mau jadi petani modern entah gimana caranya. Dan sekarang mendapati diri luntang-lantung giniiii… jatuh miskin, gagal move on. Hahaa.. *eh nggak ding. Lebay.

Hhhhhh…

Di samudra ilmu tak terhingga ini
Kita berenang timbul tenggelam
Menggapai-gapai makna seukuran zooplankton
Sesekali tersedak, menelan air asin dari lubang hidung
Atau dari mulut tapi masuk ke saluran nafas

Di samudra ilmu tak terbatas ini
Langit yang terhampar luas diatasnya tanpa tabi
Pun tetap bisa melalaikan kita dari ke-MahaanNya
Teralihkan oleh berisik hati berkabut nafsu
Bisa-bisanya masih risau dengan perkara remeh temeh tentang aku, tentang kamu
Padahal semua ini kan bisa kita eja bersama-sama
Memperdengarkan dan menangkap isi kepala kita masing-masing
Bahkan ketika kau tak sanggup berkata-kata dan aku tak bisa diam

*meracau saat masih membaca bab pertama, diatas kereta, sambil berpikir kemana2.

Selasa, 01 Juli 2014

BODOisME; Bodo is Me



BODOisME
Ada tidaknya aku tidaklah ada bedanya, maka izinkanlah aku untuk selalu belajar.

Sepotong sajak bodo

Bodo adalah Bahasa kerendahan hati
Ruang dimana tidak ada nilai,
Tidak ada guru hanya pencari ilmu
Bodo adalah letak kebebasan,
Bodo adalah pembentuk keterbatasan
Dunia sudah dipenuhi oleh orang yang merasa pintar
Sehingga perlu lebih banyak orang yang merasa bodo
Untuk merevolusi dunia

Judul Buku: BODOisME
Penulis: Neo Amroni dkk_Based on diskusi bodo-bodon Pelajar Islam Indonesia Yogyakarta Besar
Tahun terbit: 2014
Tebal: 38  halaman
Belum ada ISBN nya :D

Waaaa.. udah berapa lama ni buku ngendon di lemari. Udah berapa kali juga ditagihin endorsmentnya. Wuuuh gaya,, endorsement :3 Udah baca sih, tapi sepotong-sepotong. Baru ini niat buat mengunyahnya sungguh-sungguh. Buku paling mahal yang kupunya. Belinya Pre Order lagi. Haaa.. Mahal karena isinya juga mahal tentunya. Uye! Karena juga ada tulisanku di dalemnya haaa.. Eh bentar, padahal harusnya kalau aku ikutan nulis aku malah dapet royalty ya? haaa.. bodohnya. Enggak ding, royalty gue priceless soalnya. 

Jadi, buku ini isinya orang bingung lagi curhat!! Haaa.. Bingung berkelas tapinya. Iya, jadi isinya kumpulan renungan, kegelisaha, pertanyaan-pertanyaan.. Itu kerjaan siapa coba kalau bukan orang bingung? Atau orang Bodo? Lha mereka emang ngaku orang bodo og. Dan berita baiknya aku termasuk di dalamnya. Jadi kita yang Bodo. Iya, kita!

Berawal dari gagasan seseorang, bukan untuk buat buku awalnya, melainkan untuk diskusi. Ngomongin hal-hal sehari-hari yang sering mereka bingungin. Gagagasan diterima karena memang mereka satu komunitas. Satu spesies. Langka. Gitu kayaknya. K.A.Y.A.K.N.Y.A. Karena aslinya aku tu bukan bagian dari mereka. Technically. De Facto. De Jure. Cuma aku kenal yaa.. 1-10 orang dari mereka. Diskusinya namanya bodo2n.

Yeah, aku juga belum pernah ikutan diskusi bodo2n mereka yang entah sejak kapan terselenggara. Kapan dan ngomongin apa aku juga ndak tau. Tapi gagasan mereka jelas. Mereka adalah sekelompok kecil manusia yang selalu merasa bodoh dan bercita-cita lebih tinggi dari langit. Membiasakan diri dengan Bahasa kerendahan hati. Berpikir melangit dengan kaki tetap menginjak bumi. Tsaaaaah..

Nah, dari diskusi-diskusi mereka yang rutin itu akhirnya mereka buat buku ini. Tetep dimotori sang penggagas utamanya. Ngomongin tentang hakikat hidup. Tentang Allah. Tentang budaya, moralitas dan identitas. Tentang jati diri. Tentang perempuan. Tentang kita, manusia. 

Kerennya buku ini dikasih pengantar sama Ahmad Tohari. Yang dari pengantarnya itu diketahui beliau sangat mengapresiasi buku ini. Aku suka kata-katanya:
Judul Bodo is Me cukup genit dan menggelitik. Mungkin ini merupakan sikap rendah hati para penulisnya yang merasa kurang percaya diri di hadapan para penulis yang sudah mapan. Pengakuan seperti itu tidak terlalu buruk bila didasari tekad untuk menjadi orang pandai dengan cara menjadi penulis. Atau bila hal itu merupakan kesadaran bahwa di luar kepala seorang penulis paling jempolan sekalipun ada lautan pengetahuan yang tak mungkin semuanya dikuasai. Namun, bila Bodo is Me merupakan pengakuan tuntas, itu konyol.

Haaa.. emang beda kalau orang pinter yang ngomong. Terakhir dia juga nulis kata2 bagus: mereka adalah anak-anak muda yang berfikir, memulai karir dengan gnoti se auton; mengenali siapa dirinya dengan seksama. Itu merupakan sikap yang sepenuhnya pintar. Bravo!

Hakkk!! Keren ya.. *terusmerasapintar drong dong dongngngng

Dannnnn sekumpulan anak muda yang daritadi disebut-sebut itttuuu a.d.a.l.a.h…. Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Jogjakarta Besar. PW PII JogBes. Yeyyyy.. Sekumpulan orang-orang tidak biasa_kalau tidak boleh dibilang aneh. Haaa…

Ni ya, aku kalau lagi main ke sarangnya mereka itu berasa lagi ada di era tahun 70 atau 80an. Bangunan sih modern, tapi isinyaaa temanya retro semua… Kursi sofa jelek dengan meja yang nggak pernah kosong. Diatasnya selalu ada Koran, buku, asbak, puntung rokok dan abunya yang bertebaran, gelas-gelas minum, makanan, sepertinya sepanjang hari ada saja yang duduk disitu untuk membicarakan apa saja.
Lemari kayu besar dan panjang yang isinya buku-buku jaman penjajahan. You even can get book from tahun 40an. Manusianya nggak kalah retro. Dari penampilan, gaya bicara dan wajah haaaaa… Diskusi mereka, senyap-senyap bersahutan dengan kosakata sapaan serupa, Kanda… dan Yunda… Diiringi_ini memperparah_musik jaman penjajahan pula. Atau setidaknya iramanya jadul meski itu lagu baru..

Ketika jari-jari bunga terbuka (terbuka apa terluka sih)
Mendadak terasa betapa sengit cinta kita
Cahaya bagai kabut kabut cahaya di langit..
Menyisih awan hari ini; di bumi
Meriap sepi yang purba
Ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata,
Suatu pagi
Di sayap kupu-kupu, di sayap warna
Swara burung di ranting-ranting cuaca
Bulu-bulu cahaya:
Betapa parah cinta kita
Mabuk berjalan, di Antara jerit bunga-bunga rekah*

Haaaa.. maaf ya teman-teman, aku secara semena-mena mendeskripskan kalian. Ini jujur. Truly, madly, deeply from the deepest of my heart as outsider. Pengamat dari dunia agak modern dikit. Hiii… Aku juga punya komunitas yang amburadul bin acakadut kok tenang aja. Haaa..

Tapi, gimana ceritanya tulisanku bisa nyangkut disini? Mungkin karena aku masuk ke ciri-ciri mereka kali ya? : Berpenampilan retro dan selalu tampak bingung. Heee.. parah. Aku nggak tau apa motiv si Neo Amroni, penggagas diskusi dan buku Bodo is Me ini menawariku untuk ikutan nulis disini. Mungkin karena dia tau aku suka menulis. Atau yang lebih masuk akal, dia kekurangan bahan tulisan buat buku ini. Bisa jadi, bisa jadi. Buat menuh2in buku gitu. Haaa…

Aku langsung setuju juga sih. Karena nggak perlu ngeluarin effort juga. Tinggal comot salah satu tulisan di blogku. Meski untuk itu juga aku kudu ditagih-tagihin 2-3 kali baru setor. 

Neo Amroni ini sebenernya aku juga nggak kenal-kenal banget. Dia aja yang sok kenal sama aku. Haaa.. Sejauh mulut berbicara, sebenernya konstruk berpikir, pola dan arah pembicaraan kita itu bersebrangan banget. Aku ngerasa gitu. Nggak tau dia. Tapi aku suka diskusi dan menemukan teman diskusi yang ekstrim itu bisa memperkaya perbendaharaan kata, sudut pandang, rasa, makna.. Dan aku tau Neo_dan teman-temannya_ini kalau udah ngomong bisa jadi amat berbahaya. 

Oya, tapi kenapa justru di buku ini nggak ada tulisannya siNeo. Baru sadar. Tapi, ada tulisan-tulisan dia awal sub bab yang nggak ada judulnya nggak ada penulisnya. Apa itu tulisan dia. Kalau iya, hemm bagus. Dalem.  Trusss buat kalian yang penasaran tulisanku yang ada di buku itu, beli aja bukunya. Bisa kontak ke saya, atau ke sini.

Yeah, finally PW PII JOGBES. Organisasi adekku bernaung. Organisasi peninggalan jaman penjajahan. Organisasi yang melahirkan pemimpin-pemimpin negeri ini. Tiap aku baca profil orang penting di negeri ini pasti salah satu pengalaman organisasinya PII. Mungkin dulu kerjaan mereka kayak kalian gini ya? haaa.. Who Knows kalian besok jadi apa. I’m very glad to know you all and have participate in this nano project. Ye ye..

Terus terang ni buku bikin aku ngiriiiii… dari dulu mau ngumpulin tulisan absurd sporadic bareng temen-temen odong-odong belum kelar-kelar. Bener katamu Ne, ini pekerjaan yang tidak mudah. Hee.. 

*) Ketika jari2 bunga terbuka-Musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono

Thak you for watching :3

Minggu, 16 Maret 2014

Baru Baca Sokola Rimba :)



"Ibarat pertandingan, yang menjadi tujuan di mataku adalah bermain sebaik-baiknya, bukan untuk menang! Dan bermain sebaik-baiknya itu berarti menikmati setiap menit prosesnya"
Butet Manurung
 
Bisa dibilang, aku telat banget baca buku ini. Telat bingiiiiit. Ini yang kubaca aja yang covernya udah si Prisia Nasution. Alias versi filmnya. Ini aja bukunya minjem. He he.. Sebenernya udah lama ketemu buku ini di koleksinya temenku yang rajin bacan dan beli buku. Jaman2 jadi relawan professional 3 tahun lalu. Waktu itu udah suka baca tapi nggak rajin. Ha ha.. Walaupun udah kepo karena rekomendasi temen2 waktu itu, tapi kalah sama prioritas lain. Begitulah. Malasnya aku. 
Bersama pembuat filmnya. Ini Sumber Gambar-nya
 Beruntungnya jadi bisa baca tambahan dari penulisnya tentang refleksinya setelah sekian lama sokola rimba mulai dirintis. Dan dibagian refleksi itulah ketemu kata2 mejik di atas. 

Pertama-tama aku mau tebak orang seperti apa si embak Butet ini dari caranya menulis dan memaparkan sesuatu. Yang pasti dia sederhana. Tulus. Humble dan bijak. Hanya orang bijak yang bisa dan suka menertawakan diri sendiri. Ha ha.. Orangnya cukup realistis sepertinya, dan pastinya humanis. Mwehehehe.. Yahhh ini Cuma tebak2 buah manggis. Boleh percaya lebih disarankan untuk tidak. 

Yah, jika anda membaca buku ini anda akan mendapatkan cerita perjalanannya menjadi fasilitator pendidikan di Rimba Bukit Duabelas Jambi. Cerita yang pada awalnya hanya dia coret2 di kertas seadanya. Sebagai saluran kegalauan dan kegundahannya dalam menjalankan tugasnya dan melihat realistas. Benar2 cerita apa adanya. Bahkan ketidaksepakatannya terhadap banyak hal di lembaga tempatnya mengabdi: WARSI. Mungkin kalau versi asli coret2annya lebih urakan. Ha ha…

Betapa idealismenya berbenturan dengan platform lembaga. Berbenturan dengan realita. Keberpihakan Vs tuntutan objektivitas. De es te. Yang aku yakin ini dialami oleh hampir semua orang yang pegiat social. Apapun sektornya. Lah, guwe aja yang sekedar bantu2 salurin ini, salurin itu, foto sana foto sini galaunya bisa tingkat propinsi. Hadeuuuh.. 

Sudah kubilang tadi kalau dia ini sepertinya orang yang humble dan bijak. Dia sering mengatai dirinya bodoh, dan sering bercerita hal-hal bodoh yang dia alami selama di rimba. Hal-hal bodoh yang dia pikirkan juga yang sanggup membuatku terbahak-bahak ketika membaca dan membayangkannya. Tapi ya dia tidak bodoh lah yaa.. Kalau iya, masak bisa menginisiasi program keren kayak gitu. He he.. Makanya aku suka sama kata2 yang kukutip di awal. Sesuatu banget menurutku. Sederhana tapi dalem. Heee..

Ah, aku tidak bisa bercerita banyak2 mengenai isi bukunya. Intinya isi bukunya ya itu perjalanan dia dari awal gimana bisa nyasar ke Rimba sampai bisa menginisiasi program pendidikan untuk kaum adat. Sampai 2013 lembaga serupa sudah berdiri di 14 cabang. Yang menakjubkan, murid2nya yang orang rimba itu jadi kader pengajar juga (tu kan aku tendesius.. –memang aku termasuk orang yang kudu diluruskan otaknya). Gitu deh. 

Buku ini recommended buat para pegiat social di berbagai bidang. Banyak pelajaran di dalamnya. Pelajaran yang mengajak pada perenungan tentang hakikat “menolong/membantu orang lain”. Karena menurutku kegiatan yang menjadikan manusia sebagai objeknya (mau nggak mau diawal kan gitu, meski selanjutnya jadi subjek) itu seni. Seni rumit sekaligus bisajadi sederhana, yang ilmunya nggak ada di kampus2. Kita sendiri sebagai pelaku/pegiat social juga jadi variable utama yang menentukan keberlangsungan kegiatan social itu. Dan bahkan kita yang tadinya subjek, akan jadi object. Begitulah. Bahasaku mbulet2 ni.
Jadi selamat bagi anda yang sudah lebih dulu membaca buku ini dan menyerap saripatinya. Dan bagi yang belum, bacalah untuk memperkaya rasa ha ha… Terimakasih.

Ini yang cover perdana. Gambar diambil dari sini
Owiya. Diceritakan di buku ini kalau salah satu anak rimba bernama Peniti Benang suka sekali menulis. Waktu dia pergi ke Makasar untuk jadi kader pengajar lewat Jakarta ia mengalami guncangan budaya yang bertubi-tubi. Ia tulis semua pengalamannya itu. Tulisan itu dipinjam oleh Butet dan ia perlihatkan kepada Iwan Fals. Sama Iwan Fals dibikinkan lagu dengan judul nama anak itu: Peniti Benang. Ini dia lagunya.

Peniti Benang-Iwan Fals

Lagu anak rimba yang dibawa teman sejalan
Sampai hatiku terdalam
Ia titipkan salamIa doakan kesehatan dan keselamatan
Ia harapkan kebebasan saling hormat saling membantu

Lagu anak rimba yang kebingungan
Karena hutannya di jarah orang
Bagaimana kok bisa begini ?
Bagaimana mengatasi masalah ini ?
Taman-tamannya banyak yang pergi

Lagu anak rimba yang haus akan pendidikan
Kalau pandai ia bisa atasi permasalahan
Begitu banyak yang ingin ia ketahui
Agar hutannya terjaga dan tidak dijarah orang

Lagu anak rimba yang pergi ke kota
Melihat begitu banyak ketidakadilan
Orang miskin berkubang sampah dan penyakitan
Karena tidak bebas dan tak punya hutan

Lantas ia cerita tantang masa lalunya
Saat di hutan masih utuh
Ia merasa hanya ia manusia di bumi
Walau ternyata tidak

Dan satu persoalan lagi
Adalah dengan orang desa
Karena lahan mereka lebih banyak daripada orang rimba

Orang tuanya cerita
Orang luar banyak yang jahat
Sering tidak bertanggung jawab terhadap perempuan
Itu sebabnya perempuan rimba jarang yang keluar hutan

Lagu orang rimba yang tak mau di rumahkan
Karena hidupnya lebih bebas
Banyak air dan makanan
Lagi pula ia tak rugikan orang lain
Berburu binatang yang diizinkan

Lagu orang rimba bicara tentang Tuhan
Tuhan itu milik kita semua bagi yang baik
Saling hormat sopan santun
Dan bukan untuk yang tidak baik
Yang terpenting baik budi sabar dan saling memaafkan
Bagi yang muda janganlah mudah terpengaruh
Sadarlah

Nasihat orang rimba
Jangan melawan orang tua
Terutama ibu kandung
Yang membuat kita lahir ke dunia
Meskipun mereka galak dan pemarah
Tapi sebenarnya marahnya itu karena ulah kita sendiri

Lagu orang rimba tentang TV dan berita-berita
Ia sedih melihat pelacur dan orang-orang miskin
Mengamen hanya untuk dapat uang buat makan

Kolong jembatan rumah kardus untuk tempat tinggal
Dan banyak orang buang sampah sembarangan
Hingga penyakit datang
Ia sedih rumah-rumah penuh sampah

Lagu orang rimba yang mengkritik pemerintah
Karena kebodohanlah
Kemiskinanlah dan kejahatan muncul
Pemerintah juga harus memberantas narkoba
Dan kenapa yang jadi pejabat hanya orang kaya dan pintar saja ?
Tapi tak pikirkan orang kecil

Peniti Benang namamu
Ia ingin menangis
Diluar begitu banyak ketidakadilan

Kenapa manusia berlomba-lomba mencari uang ?
Kenapa manusia merasa dirinya paling adil dan benar ?
Kenapa selalu membeda-bedakan berdasarkan harta ?
Bukankah semua itu sama ?
Semua yang milik kita adalah milik Tuhan juga

Tak lama ia dikotaTak betah karena bising
Begitu banyak suara mesin merasa seperti di neraka

Ia rindu hutannya
Ia rindu teman-temannya
Ia pun khawatir hutannya habis

Ia mengadu pada Tuhan agar menjaga hutannya
Ia tak mau hidup di luar
Ia mau hidup di alam bebas

Sang pohon memberikan nyawa padanya
Teman-temannya yang baik tak bisa ia lupakan

Peniti Benang minta di ajari computer
Karena malu pada pemipinnya
Dan orang-orang mulai mempertanyakannya
Apa yang bisa ia lakukan untuk menjaga hutan dan melindungi ?

Ia sekolah dan belajar baca tulis dan berhitung
Agar tak di tipu
Soal surat perjanjian tanah misalnya

Menjaga hutan memang sulit sekali
Orang pemerintah saja tak bisa
Apalagi saya yang baru bisa baca tulis dan hitung


~Dari KapanLagi.com