Toreng torengngng… Annyoooooong..!! Long time no see hiii..
Kemaren lagi jarang nulis karena lagi nggak ada yang bisa dikeluarin dari
kepala selain ingus sama air mata buaya. Nggak ada yang bisa ditulis selain
kegalauan dan kekacauan. Takutnya kalau dipaksain nulis dan diposting ntar
kalian bacanya mules,, karena isinya curhatan alay ala-ala buku diary. Yang
ceritanya ala-ala naskah sinetron drama korea. Udah gitu pemeran utamanya aku
gitu? Nggak penting banget kan? Jiahhhh ha haha.. ah sudahlah. Namanya juga
idup ya sodara-sodara haaa.. Masak seneng mulu :) tsahhhh,, *kibas jilbab
Hmmmm,, sebenernya belum ada bahan nulis serius juga, sampai
dengan aku baca pengumuman sebuah ekspedisi. Aku nggak ikutan sih ekspidisinya,
gak lolos heuheu_yaiyalah daftarnya telat, syaratnya nggak lengkap. Heee..
Tapinya termotivasi dengan kata-kata “catatan perjalanan” yang jadi salah satu
syarat pendaftaran. Ih, gue bikin ah. Gini-gini kan pernah jalan-jalan. Meski
jalan-jalanku itu jalan-jalan kelas kuman. Kesitu doaangngng.. iya, kesitu
doang! haaa..
Whatever lah ye..
Tapi sebenernya emang udah lama pengen bikin ini, tapi
gajadi-jadi. So, kali ini aku mau cerita my trip to Madura island yeeey…
Actually, first time I go there itu kalo gak salah Jum’at,
31 Januari 2014. Sehari sebelum nikahan si Maulida Illyani alias Dadung sama
Hanafi Prasetyo alias Po. Hooo.. Karena pas nyebrang di selat medure itu aku melakukan
rekaman video ucapan selamat ke mereka. Nyanyiin lagu perahu kertas. What a
silly,, Tapi ndak jadi dikirim karena gangguan teknis :D
Waktu itu aku nyelip di acara liburan keluarganya Mbak
Widya. Kita berlima (Bapak, Ibu, Adek)nya Mbak Widya, Mbak Widya dan aku. Naik
mobil. Jadi nyaman bingit, hiiii.. FYI Bapaknya Mbak Wid ini memang punya
cita-cita muterin pulau Madura. Sama denganku, jadi aku diajakin. Gratis!!
Madura itu…, ngng ini aku paparkan data geografinya dulu
berdasarkan sumber ya.
Madura itu adalah suatu gugus pulau yang masih masuk wilayah
Jawa TImur. Dipisahkan oleh selat Madura disisi sebelah Barat Daya dari pulau
jawa. Luasnya menurut wikipidea yaitu 5.168 km2. Mungkin kalian berpikir,
“kalau gitu, Madura tu sebelah mananya Bali ya?”_Atau aku aja yang pernah mikir
gitu?. Jadi kalau Bali itu selatnya berbatasan langsung dengan Banyuwangi di
sebelah Barat. Nah, kalau Madura, selatnya berbatasan langsung dengan Surabaya
di sisi Baratnya dan Situbondo di sisi Selatannya. Untuk lebih jelasnya
silahkan buka Google map. Atau peta.
Dengan luas segitu, Madura bisa dikelilingi dalam satu hari.
Bener2 keliling muterin garis keliling terluarnya. Karena, coba liat peta
sekali lagi, jalan besar di Madura itu ya adanya yang mengitari pulau tersebut.
Itu juga nggak besar-besar banget. Di kunjungan pertamaku ini, kami berangkat
lewat pelabuhan tanjung perak. Nyebrang pake kapal kecil_entah apa namanya_
yang bisa muat mobil keluarga kurang lebih 15 biji. Plus motor-motor. Buat
penumpang_seperti juga kapal lain, disediakan tempat duduk di dek atas. Dari
mulai antri masuk, nunggu kapal jalan sampai turun kurang lebih 30 menit. Kalau
dihitung penyebranganya aja yaaa.. 15 menit lah. Begitu turun, masuklah kita ke
wilayah paling Barat dari pulau Madura yaitu Bangkalan. Kita jalan di sepanjang
pinggir pulau Madura. Sampai di satu titik, sepanjang jalan itu pinggirnya
lauuuuuuut terus. Laut pantai utara, samudra Indonesia, yang kalau di Tarik
garis lurus ke Utara bisa sampe Kalimantan. Kita kendarai teruuuus tu mobil
sampe mentok ke wilayah paling Timurnya pulau Madura, yaitu Sumenep. Nggak
sampe ujungnya banget sih. Karena takut kemaleman.
Jadi sore-sore menjelang maghrib gitu kita berhenti di
sebuah pantai di Sumenep. Namanya Pantai Selopeng. Kita istirahat dan
makan-makan disana. Dari skala 1-10, pantai ini nilainya 7. Nggak ada
karang-karangnya. Cuma yang bikin bagus itu pohon cemaranya. Bikin cantik.
Pasirnya pasir item kalau ndak salah inget. Selebihnya dia sama seperti
pantai-pantai lain. Yang paling penting itu, disana aku naik kudaaaaaaaaaaa
akkkkkkkkkkkkkkkkk. FYI, dulu aku memasukkan “naik kuda”_dan hal2 remeh temeh
lainnya_ke 100 daftar mimpiku wkwkwk. Itu aku bahagia bangetttt,, emang gitu
kalau mimpi nggak ketinggian tu, gampang nyampenya. Gampang bahagianya.
Oya, pas dhuhur, kita juga berhenti buat istirahat dan
sholat di salah satu masjid yang kita temui di pinggir jalan. Karena waktu hari
Jum’at, jadi Bapaknya Mbak Widya sholat Jum’at dulu di masjid itu. Kita? Blusukan
ke belakang rumah penduduk yang adalah laut :)
![]() |
Cipa's Collection: Me n Cipa di belakang rumah orang :) |
Pas perjalanan ini kita nggak bawa kamera. Samasekali. Cuma
ada kamera HP adeknya mbak WIdya. 1,5MP_Kayaknya_dari HP Nokia. Mbak Wid bawa
BB tapi kameranya nggak oke banget. Jadi I will describe madure with the
latter, oke?
Yang kurasakan tentang Madura. Hem. Madura ituuu.. Banyak
angin. Banyak lahan kosong. Jarak Antara satu rumah dengan rumah lain bisa muat
dua rumah lagi_bahkan lebih. Jarak pandang luas karena tak terhalangi pohon
atau gedung yang terlalu tinggi menjulang. Sering terlihat padang rumput mirip
sabana. Vegetasi lain berupa pohon tidak terlalu rapat. Lebih didominasi semak.
Masjid-masjid disana besar-besar dan berwarna-warni. Kalau kamu menemukan
daerah yang mulai ramai, pasti itu dekat pasar. Pasar disana tumpah ruah sampai
ke jalan. Oya, sepanjang jalan dari pelabuhan sampai ke pantai selopeng sama
sekali nggak ada lampu merah, mall atau pusat perbelanjaan modern. Jalannya
luruuuuuuuus aja. Ada persimpangan paling pertigaan yang jalannya mengarah ke
sisi selatan dan itu jalan yang lebih kecil menyerupai gang. Kamu nggak akan
menemukan soto Madura atau sate Madura disana. Adanya soto aja, atau sate aja,
wakakakakak…
Orang Madura itu kan dikenal keras ya? Dan itu terbukti saat
kami melakukan perjalanan ini. Jadi mobil kami itu menyalip mobil lain. Agak
mepet memang. Karena di depan kami juga ada kendaraan yang melaju kencang. Saat
itu juga pemilik mobil menyalip kami dan berhenti di depan kami. Bapaknya Mbak
Wid sudah memprediksi kondisi itu. Dia turun dan menyalami orang itu terlebih
dahulu sambil minta maaf tentunya. Orang itu marah-marah. Menyuruh Bapak
hati-hati. Dia menghampiri kami juga yang ada di dalam mobil. Memberi nasehat.
Kami iya-iya dan manggut-manggut. Suasana tegang banget sumpah.. Karena dia
bilang, kalau dia mau dia bisa panggil orang-orang sekampung buat ngeroyok
kita. Aku? Ngelus-ngelus adeknya Mbak Wid, karena dia punya penyakit jantung. Heuuu
tegang kuadrat ha!
Tapi untungnya nggak sampe gimana-gimana. Sesaat kemudian
dia pergi setelah sebelumnya memberi peringatan. Fyuuuhhhhh.. setelah itu,
setiap kami mau nyalip, kita liat dulu plat mobilnya. Kalau plat “M” nggak jadi
nyalip ekekekek..
Tentang masyarakatnya ini, Madura memang sangat khas. Dia
suku tersendiri. Nggak masuk suku jawa. Disepanjang perjalanan kamu akan
temukan orang-orang yang bekerja, di sawah, di pasar dll itu lebih didominasi
kaum perempuan. Dan mereka bersarung. Sarung bathik khas Madura yang
berwarna-warni. Colourfull. Daerah Bangkalan atau yang paling Barat itu memang
dikenal dengan masyarakatnya yang lebih “Pemberani”. Sedangkan daerah yang
paling Timur atau Sumenep itu masyarakat lebih halus. Kromo inggil kalau Bahasa
jawanya. Secara Bahasa maupun tata krama lebih sopan. Dan itu daerah temanku
yang lembut dan baik hati: Cmumun. Dan dia mempunyai karakter perempuan pekerja
keras layaknya perempuan-perempuan Madura lain. hee…
*ekenapa gaya nulisku agak kaku? Hyyaaa
Rencana awal kami waktu itu, kami mau bener-bener muterin pulau
Madura. Begitu sampe Sumenep terus ngikutin jalan sampe tembus sendiri ke
jembatan Suramadu. Nyebrang jembatan dan sampailah di Surabaya lagi. Tapi,
sekali lagi, karena kemaleman, akhirnya rencana itu kami urungkan. Kami lewati
lagi jalan yang kami tempuh tadi, sampai di suatu pertigaan_di daerah
TanjungBumi kalau ndak salah_ kami belok kearah selatan. Membelah Madura dari
utara ke selatan. Sampai tembus ke jalan menuju suramadu. Kami berhenti lagi di
suatu masjid untuk sholat magrib-isya’. Malam hari di Madura ittuu,, sepiiii,
gelap. Yaa seperti di desa-desa pada umumnya. Sangat tidak dianjurkan bagi
perempuan keluar malam sendirian :D
Sekitar jam 9 malam kami sudah mulai mendekati Suramadu.
Berhenti lagi disana buat beli oleh-oleh yayyyy… Ngngngng aku gak beli apa2
sih.
Abis itu,, termasuk moment paling menakjubkan selama
perjalanan: nyebrang jembatan Suramadu, uuuuuuuuuuu… tapi karena di dalem mobil
jadi ada ples minesnya. Plesnya, aman, nyaman. Minusnya: gak bisa ngerasain
anginnya secara langsung n pandangan mata terbatas sama atep mobil huwaaa…
Jembatan suramadu malem-malem keliatan eksotis. Itu tiang2
yang menjulang menyangga jembatan itu dikasih lampu yang berpendar-pendar
gonta-ganti warna. Kedapp-kedip merah biru hijau kuning. Kawat-kawat
penyangganya juga.
Sebenernya kalau punya waktu yang lebih banyak, Madura sangat
bisa dinikmati. Alamnya, masyarakatnya, makanannya dll. Waktu kami nyebrang
selat Madura pakai kapal disebelahku duduk 2 orang bule, yang dari percakapannya
dengan penumpang lain_pake Bahasa Indonesia_diketahui memang tinggal di
Sumenep. Dan dia sedang mengajak teman bule satunya untuk kesana. Aku juga
pernah nonton tayangan di TV tentang masyarakat Madura especially Sumenep. Lebih
mengupas tentang tatanan masyarakat disana. Jadi, penataan rumah tinggal disana
itu ada pakemnya. Turun-temurun. Apa ya nama ilmunya kalau di arsitektur itu?
Lupa!
Bagaimana susunan letak bangunan utama (rumah induk), rumah
anak pertama yang sudah berkeluarga, langgar (mushola kecil), kandang ternak,
halaman dll. Ke arah mata angina mana rumah tersebut menghadap. Tentang anak
lelaki tidak boleh tidur di rumah kalau sudah baligh. Jadi mereka harus tidur
di langgar. Mirip seperti orang minang.
Haaa ini episode pertamaku ke Madura. Ada episode dua nya
ketika aku kesana naik motor sama dua orang temanku. Travelling productive judulnya.
Soalnya sambil sight-seeing barang dagangan: Bathik Madura yang cantik-cantik
itu. Next time yaa…
![]() |
Cipa's collection: Mbak Wid, Cipa, n Me on the Ship |
0 komentar:
Posting Komentar