It is Day 4 Lebaran. And, aku 4 harian acaranya Cuma glundang-glundung
kayak semangka *nyontek status mbak ipar_my glundang-glundung’s mate ha haaa…
Ya gak gitu2 jugag sih… Cuma ya, lebaran taun ini emang beda bingit. Ganjil. Gak
tau di sebelah mana. Banyak factor. Hiii… yang pasti kerasa itu ya, temen2 yang
tadinya bisa diajak jelong2 pada gabisa diajak. Kalo tadinya aku dan mereka
sama statusnya, bujang perantauan gak terikat status kependudukan dengan tempat
tinggal alias nomad, sekarang.. Mereka masih ada tapi beda status hihi… Haa
malah curhat.
Ya disela-sela jadual kunjunganku ke sodara2, yang lain
diisi dengan glundang-glundung itu tadi. Sambil baca, makan, nonton tipi,
mainan sama ponakan, jait baju Barbie dan seperti sekarang, sambil nulis. Minimal
ada hasilnya ha haa.. And I wanna made some story telling about the film I was
watched. *tambahancurajainggrisku
Yeaah,, hari ini Kompas TV muter film ini: 3 hati 2 dunia 1
cinta. Sebenernya ini sudah kali kesekian aku menontonnya, tapi nggak ada
bosennya. Banyak nilai yang bisa diambil disana. Ceritanya sederhana. Konfliknya
sudah biasa. Cuma cara kemasnya, diksinya, percakapannya plusss pemain filmnya
yang keren. Kali pertama aku menonton juga bukan di bioskop. Tapi di computer di
rental yang dulu aku jaga. Tahun 2011an kayaknya. Dan di kali kesekian aku
menontonnya ini, ada nilai lain lagi yang membuat jadi beda. Hal yang membuat
tangisanku tambah kenceng dan keras. Padahal tadi aku liatnya pas udah tinggal ¼
ceritanya. Norak! *biarin :p
Setauku, film ini diangkat dari novel Ben Shohib berjudul:
The Da Peci Code_iya emang terdengar seperti plesetan The Da Vinci Code. Aku belum
pernah baca novelnya, Cuma di filmnya ditulis kalo itu diangkat dari novel
tersebut. Ceritanya tentang cinta beda agama antara Rosyid (Reza Rahardian) dan
Delia (Laura Basuki), *Haaaa I’m the big fan of them. Rosyid yang kribo itu
kuliah di jurusan Sastra di UI. Rambutnya kribo. Keluarganya taat agama bahkan
masih ada turunan Arab. Orangnya easy going, asal dan cuek. Kendaraannya aja
motor pitung yang suka macet. Pandangannya soal agama agak beda dengan
orangtuanya yang cenderung kolot dan tradisionalis_terbukti dengan
kepercayaannya pada golongan spiritual. Dia digambarkan sering berantem sama
Babenya dan nggak nurut orang tua. Tapi tetep disayang. Delia kuliah di Universitas
Kristen, dari keluarga Kristen taat. Dan anak tunggal. Mereka ketemu dan
kenalan saat sama2 ngurusin pendidikan anak kurang mampu atau anak jalanan
gitu. Delia memang aktif di kegiatan organisasi kampus. Singkatnya mereka saling
suka dan have a relationship. Entah apa namanya. Gampangnya kita sebut saja
pacaran. Pacarannya santai, banyak becanda dan diskusi daripada mesra-mesra
romantis2an. Dan Rosyid agak menjaga soal sentuhan2 gitu hi hiii..
Dan seperti yang sudah diduga, seperti halnya hubungan jenis
apapun antara dua orang manusia laki2 dan perempuan, mau ada namanya mau kagak,
pada akhirnya sampai ke titik, “kita mau apa?” Haaa… disinilah mulai konflik
itu. Antara Rosyid dan Delia, Rosyid dan keluarga, Delia dan keluarga, tak
terkecuali konflik Rosyid dengan dirinya sendiri dan Delia dengan dirinya
sendiri. Ada juga tokoh tambahan Nabila (Arumi Bachsin) yang ceritanya
dijodohin sama Rosyid oleh orangtua Rosyid. Buat nyelametin Rosyid dari nikah
beda agama. Tapi nggak jadi karena Rosyid nggak mau.
Scene paling kena itu ya pas ini. Pas Rosyid dan Delia
sama-sama merenungi diri mereka, sebagai diri sendiri, sebagai hamba Tuhan,
sebagai anak dari orangtua, sebagai bagian dari masyarakat. Digambarkan Rosyid
itu sudah hampir bulat pada tekadnya menikahi Delia meski beda agama, karena
tak pernah terbersit sedikitpun niat Rosyid untuk mengubah keyakinan Delia. Begitupun
Delia, yang justru hampir mengalah untuk mulai terbuka dan mempelajari Islam. Pada
saat Rosyid secara tersirat mengungkapkan niat itu pada orangtuanya, kontan ia
mendapat perlawanan terutama dari Bapaknya. Bahkan sampai diusir. Rosyid benar2
pergi. Mengungsi di rumah temannya. Dan di rumah temannya inilah ia menemukan
setitik pencerahan.
Orangtua temannya (diperankan oleh Haddad Alwi) adalah orang
taat agama juga. Di meja makan Rosyid bertanya tentang hukum perkawinan beda
agama dalam islam. Dan ini salah satu scene favoritku. Jawaban Haddad Alwi_gue
lupa nama die di film siapa_gini kurang lebih:
“Dalam islam, kalau laki2nya yang muslim ada yang membolehkan,
tapi ada juga yang melarang. Kalau wanitanya yang muslim, hampir semua melarang”
selanjutnya dia Tanya ke Rosyid. “Rosyid agamanya apa? Tuhannya siapa?”
“Islam, Allah” jawab Rosyid.
“Nah, sekarang Ami_Arabnya Paman_tanya, sejauh mana Rosyid
udah kenal sama agama Rosyid, sama TuhanNya Rosyid?”
Hening..
“Jangankan Rosyid, Ami aja yang udah setua ini nggak berani
jawab. Ami ini masih yaah.. seujung kuku aja belum ada dalam mempelajari Islam.
Jadi jangan sok2 bisa ngambil kesimpulan tentang agama, kita masih butuh banyak
belajar” lanjut Haddad Alwi
“Apalagi ini soal menikah. Yang sama2 islam aja nggak mudah,
apalagi kalau beda. Saran Ami, kamu tanyakan lagi pada dirimu sendiri. Sholat istikharoh
kalau perlu”
Begituuuuu… huh u hu.. keren ya.. Emang harus terus belajar. Never ending learning. Trus Rosyid sholat istikharoh, berdo’aaaaa…
Disisi lain, Delia melakukan hal yang sama. Dia berdo’a di
Gereja. Melakukan pengakuan dosa. Membaca-baca buku tentang Islam. Dan berdiskusi
dengan orangtua. Ini juga touching:
“Papa pernah bilang kan, kalau di dunia ini nggak ada yang
kebetulan? Delia ketemua Rosyid juga pasti bukan kebetulan kan Pa? Pasti ada
maksud dari Tuhan mempertemukan kita” huaaa huaaa... iyaa emang Del, tapi emang
sering juga maksudNya itu bukan buat ngejodoin, Cuma buat pemanis cerita idup
aja. Atau supaya kita memahami sesuatu, semacam dijedotin biar sadar.
*tambahankata2dariku T_T
Scene2 Rosyid dan Delia dengan orangtuanya masing2 ini
bener2 mengharukan. Tentang sosok Ayah, sosok Ibu. Yang masing2 punya cara
sendiri untuk mencintai anaknya. Dan memang satu kata permohonan ibu itu sering
lebih manjur daripada seribu wejangan dan retorika Ayah. Dan satu pengertian
Ayah itu penguat yang sangat berarti bagi anak. Hwaaaa…
Akhirnya, sebenernya kedua orangtua masing2 sudah pasrah. Sudah
menyerahkan segala keputusan sama anak mereka, tapi justru ini yang membuat
hati mereka melunak. Lebih realistis. Lebih sadar akan situasi. “Yaah.. kita
liat aja nanti” kata Rosyid. Kata2 yang sebelumnya tak dipahami dan tak
disetujui Delia. Seperti suatu hal yang nggak pasti banget. *jujur aku juga
berpendapat gitu Delia. Heu. Tapi pada akhirnya Delia ngerti *akujuga, bahwa ya
memang begitulah hidup. Kita tu nggak tau apa yang akan terjadi setelah ini. Jadi
yaa.. kita liat aja nanti…
Waktu itu malam saat Rosyid tampil dipanggung
mendeklamasikan puisi. Dihadiri orangtua Rosyid, orangtua Delia juga Nabila. Dipanggung,
saat mereka semua sudah pulang, percakapan dua insane itu terjadi. Tentang keputusan
yang mereka ambil. Mereka sepakat untuk mengakhiri meski tidak tegas. Untuk tidak
melanjutkan meski sadar ada kemungkinan2 lain di depan. Maka mereka berkata itu
tadi “Kita liat aja nanti”. Dan scene ditutup dengan Delia ngajak Rosyid nari
ala-ala timur tengah gitu, yang diiringi music gambus. Delia nari sambil
nangis. Mereka saling berpandangan. Hwaaa emang romantic itu nggak harus pake
peluk n cium kokkkk… pinter ni sutradara :D
Ending kisahnya dijelasin pake tulisan. Atau epilog. Jadi si
Rosyid akhirnya nikah sama gadis aceh, waktu dia jadi relawan tsunami. Delia
nikah sama orang luar negeri, kenal saat dia studi s2 di luar negeri. Nabila nikah
sama pengusaha. Heee… happy ending jugag.
Yah yah.. emang gitu sih manusia. Pada saat ngalamin sesuatu
yang sedih tuuuu kayak2 udah mau kiamat dunia. Sedihhh bingittt.. padahal kalau
diterusin idupnya juga bakal ada cerita2 lanjutan yang membahagiakan. *ngaca!
Hikmahnya, salah satunya, memang cinta itu bukan
segala-galanya. Perasaan menggebu absurd penuh energi itu bagaimanapun harus
kita kendalikan. Bukan sebaliknya. Nanti juga ada kisah lain. Ada cinta lain. Gitu!
Ngerti ora son! *waaa..tapikan *jedot2inkepala.
Oyaaaa.. ada satu lagi yang ketinggalan diceritain. Tentang Nabila.
Gadis manis, santun dan berkerudung. Ceritanya dia ini dikenalin sama sodara
Rosyid ke Rosyid. Niatnya siapa tau Rosyid suka. Di perjalanannya, Rosyidnya
biasa aja. Tapi Nabilanya nggak biasa. Emang sebelum dikenalinpun Nabila emang
udah sering liat Rosyid baca puisi. Nah, pas udah kenal puisi jadi bahan
obrolan mereka. Nabila suka dikasih puisi sama Rosyid. Tanpa tendensi apa-apa. Pas
pada akhirnya keluarga Rosyid tanpa seijin Rosyid melamar Nabila, Nabila udah
seneng banget. Tapi rosyid marah2. Besoknya Nabila minta kejelasan. Eeeee..
malah ketemu Delia. Nabila akhirnya ngerti sendiri sebelum Rosyid sempat
menjelaskan. Tapi Rosyid tetap memberi penjelasan, supaya ada pengertian. Rosyid
ke rumah Nabila ujan2. Di percakapan mereka, intinya Rosyid nanya kenapa dia
mau menerima tawaran untuk dinikahkan dengannya, dan apakah Nabila
mencintainya?. Nabila jawab, bahwa dia Cuma mau bahagiaan orang tua. Dan waktu
ditanya apakah dia mencintai Rosyid, dia Cuma geleng. Tapi sambil nangis. Akhirnya,
Rosyid bilang kalau dia nggak bisa nikahin Nabila. Karena mereka nggak saling
cinta. Dia pamit pulang. Nabila menahannya sambil nangis, bilang kalau masih
hujan. “Biarin” kata Rosyid.
Haaaaa… another good scene. Anak TK yang masih
ingusan juga kalau liat ni film dari awal bisa tau kalau Nabila tu suka sama
Rosyid. Haaa.. dasar Rosyid dodoooooollllll… nggak sensitippppppp… Dan ini
inspiring banget bagiku… Buat perempuan, seberapapun hebatnya perasaan yang ia
miliki terhadap lelaki, pantang untuk mengatakan dengan lugas kosakata “cinta”.
Itu Cuma boleh diucapin ke suami. Titik. Dan airmata lah yang pada akhirnya
menjadi wakil bagi kekata yang tak mampu diucap. Jangan Tanya kenapa. Aku juga
nggak tau. Heu. T_T
Tapi yaa.. sudahlah. Kalaupun Rosyid sensitip juga nggak
akan ngerubah jalan cerita. Emang penting perasaan Nabila buat dia? Sama nggak
pentingnya dengan kalau Nabila bilang Iya, ketika ditanya apakah dia cinta
Rosyid? It never can change anything. Paling Cuma nambahin drama. Dari awal
Rosyid emang nggak ada niat. Titik. Maka, keputusan Nabila disini bener. Untuk tetap
diam. Dan terjagalah izzahnya. Karena sudah jelas yang jadi pertimbangan Rosyid
bukan perasaan Nabila. Tapi kenyamanannya. Dia juga masih kalut sama masalah
dia sendiri.
So keep in silent girls. Lelaki itu, kalo udah niat nikah ya
nikah aja. Nggak peduli kamu diem aja, bahkan kamu tolak dia dan usir2 dia
sekalipun. He will keep in trying to get you. Ga punya duit juga gimana
caranya, gadein motor kalo perlu. Sebaliknya, mau kamu mohon2 sampe nangis2
darah, kalau dia belum punya tekad dan niat kuat buat nikah ya ga bakal dia
nikahin kamu. Meski kamu udah rela dipacarin 10 tahun sekalipun! Kecuali kamu
hamil *inimahekstrim, biasanya di sinetron gituuu.. percaya deh, yang gitu2 Cuma
nambahin drama aja. Keyakinan emang gabisa dipaksain. Berdo’a aja. *iniapasih
:p
Yaahhh well,, cerita film ini emang sederhana, nggak rumit
dan dipaksa2in biar bisa mengesankan penonton, yang seolah makin rumit dan makin
gak ketebak ceritanya makin berkualitas. Nggak. Biasa aja kok. But meaningfull.
Kalau kamu pernah liat film CINTA (Cina dan Annisa), kamu bisa bandingkan.
![]() |
Gambar dari sini |
0 komentar:
Posting Komentar