![]() |
This Pict. is form http://www.goodreads.com/book/show/6688121-negeri-5-menara |
Asrama Al-Barq, Cordova, Al-Manaar layaknya Grifindor, Slytherin, Revenclaw, dan Hufflepuf. Kak Iskandar ketua asrama, layaknya Percy Weasly yang seorang prefect. Wali kelas, Ustad Salman semisal Mrs. Mc Gonagle sehingga Ustad Rais seperti Albus Dumbledor. Wakakakakak.. Trus, pas Alif belanja kebutuhan sekolah dan sehari-harinya di PM itu kayak Harry Potter yang pergi ke Diagon Alley untuk belanja kitab sihir, tongkat sihir, sapu, sampai burung hantu. Tapi kalau di PM alif belanjanya ke koperasa PM dan kitab yang dibeli beda.
Haaa aku masih punya persamaan-persamaan lain. Di Hogwarts juga ada aula tempat pertemuan seluruh siswa untuk buka tutup tahun ajaran, menyambut ujian, lengkap dengan pidato dari kepala sekolah Albus Dumbledor. Di PM juga ada Ustad Rais yang selalu member motivasi. Pertandingan bola piala madani kayak pertandingan quidich Hogwarts. Alif punya temen yg photographic memorize si Baso yang kayak Hermione Granger, suka ke perpus, belajar, baca buku dan selalu bisa jawab pertanyaan guru. Berarti Alif sama dengan Harry Potter dung… hampir mirip sih ketika akhirnya musim liburan, dua-duanya nggak bisa pulang dan ikut pulang ke rumah teman. Harry ke rumah keluarga Weasly, Alif ke rumah Atang dan Said. Nah si Said ini agak2 kayak Ron Weasly.
Apalagi ya.. ummm ya peringatan Milad ke 70 PM tu kayak waktu Hogwarts jadi tuan rumah pertandingan sekolah sihir dunia. Semarahnya, hiruk pikuknya, sibuknya. Truuuus mantra-mantra Alif dkk berupa mahfudhot kayak man jadda wa jadda, man shobaro dhofiro juga potongan2 ayat qur’an itu semisal mantra stupefie, winggargium leviosa, occulus reparo,, hadeh hadeh.. oh ya satu lagi, sepeda ontel nya kantor pengasuhan dan kantor administrasi tu kayak sapu terbang.. wuzzzzzzzzzzz..
Ha gs hags.. ini Cuma persamaan deskrpsi kuk, enggak secara maknawi, beda jauuuuh itu mah. Hmmm baca ini aku jadi pengen mondok. There’s a lot of question in my head and hearts that I can find the answer there. Maybe.
Anyway, ini juga membangkitkan memoryku tentang Madrasah Diniyah Nurul Huda di sebelah kampungku di Lampung. Tempat aku secara paksa di wajibkan untuk menuntut ilmu agama. Ibuku akan marah kalau kami (aku dan adikku) sekali saja nggak masuk. Tiap sore jam 14.30- 17.30. Dari aku kelas 5 SD sampai SMA. Pelajarannya sama, tapi metodenya beda dan nggak sampai menjadi rutinitas. Bahasa arab + nahwu sorofnya, hadist (seingatku hapalanku sudah sampai lebih dari 20. Dulu), tarikh islam (tapi ustadnya membosankan heee), fiqh, khot (aku bisa lho meraut spidol biasa jadi spidol buat nulis arab), imla’ (dikte tulisan arab), mahfudhot juga ada. Dulu ustadku pernah menyuruh kami berkelompok untuk menuliskan kaligrafi mahfudhot dan hadist. Dan kelompokku kebagian nulis “Tholabul ‘ilmi fariidotun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin” menuntut ilmu wajib bagi muslm laki-laki dan perempuan. Yang kebagian nulis man jadda wa jadda keenakan karena ringkas heee… Bersyukur pernah merasakannya walau dulu tidak menikmati.
Haaa..
0 komentar:
Posting Komentar