Selasa, 14 Januari 2014

Parikel - partikel



Judul: Partikel (Supernova 4)
Penulis: Dee (Dewi Lestari)
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun terbit: 2012
Tebal: 500 hlm, 2 cm
Perolehan: Pinjem my beloved sister

Agak berat sebenarnya untuk menulis review kali ini. Pakai laptop. Kalaupun ada yang tak tertahan, sebaiknya aku menulis di kertas dulu, pikirku sebelumnya. Rasa puyeng akibat flu dan beberapa symptom lainnya: Hidung tersumbat, bersin2, demam, batuk dan tenggorokan sakit, membuatku menghindari benda yang terasa begitu menyilaukan mata ini. Membuat lebih puyeng lagi. Tapi seusatu di penutup buku ini menggerakanku. 

Yah, ini adalah seri ke-4 Supernova karya Dee. PARTIKEL. Aku akan mulai dari belakang. Sesuatu yang menggerakkanku tadi. Sebuah catatan dari penulis. Ada 4 ½ halaman. Bercerita proses kelahiran “Partikel” dari Rahim imajiner yang ia sebut “batcave”. Ucapan terimakasih penulis pada orang2 yang membantu dan mendukung serta penulis2 yang menjadi rujukannya dalam menulis novel ini (yang selama membaca buku ini aku pun terus bertanya: “Dee ini baca buku apa aja sih”? ha ha). Terakhir, ia berterimakasih kepada pihak lain yang itu entah apa. Ini yang membuatku manggut2. Begini katanya:

Ada satu pihak yang perlu saya sebutkan, yang entah sayakah yang harus berterimakasih kepadanya atau sebaliknya. Dua belas tahun lalu, saya mengirimkan sebuah niatan kepada semesta, kepada matriks kehidupan, apa pun sebutannya, bahwa saya ingin menuliskan buku tentang penelusuran spiritual. Dan lahirlah manuskrip supernova yang pertama. Dalam proses kreatif menuliskan supernova, saya menyadari satu hal yang kemudian mengubah persepsi saya selamanya terhadap inspirasi.


Inspirasi akan memilih inangnya. Seperti jodoh, ketika bertemu dan pas, terjadilah perkawinan, dan muncullah entitas baru. Sebuah inspirasi memilih saya sebagai inangnya, dan lahirlah entitas berbentuk novel serial yang berjudul supernova. Kekuatan yang sama membimbing saya untuk menulis episode demi episode dalam dinamika relasi yang kerap membuat saya bertanya: siapa menulis siapa?


Sampai disini aku ingat reviewku di Supernova seri 1: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. He he.. entahlah, dari awal aku tau, novel ini bukan novel biasa. Selanjutnya, masih di catatan penulisnya di halaman belakang, katanya:

Masih ada pihak lain dalam konstelasi ini yang juga perlu saya sebut dan saya ucapkan terimakasih. Anda semua, para pembaca. Terimakasih atas kesabaran Anda menanti. Terimakasih atas ketertarikan anda pada buku ini. Sebagai seseorang yang percaya pada sinkronisitas, saya meyakini hadirnya buku ini di tangan anda bukanlah kebetulan. Buku ini dan anda bertemu untuk sebuah tujuan. Entah apa. Waktu yang akan mengungkap.

Sampai bertemu di episode berikutnya,

D.

Dan dari buku ini pula kuketahui judul untuk seri berikutnya adalah: Gelombang dan Intelegensia Embun Pagi.

Ya. Everything happens with a reason. Dan bertemu sebuah buku juga ada maksudnya. Seperti halnya bertemu dengan seseorang. Sesuatu, sebatang, sebuah, seonggok dan lain-lain.

Isi cerita buku ini adalah tentang Zarah. Seorang anak perempuan yang dibesarkan secara tidak biasa oleh Ayahnya Firas. Ayahnya gandrung dengan alam. Dengan science, terutama biologi, terutama botani, terutama jamur. Dia memandang alam sebagai entitas hidup. Sama dengan manusia. Dalam cerita selanjutnya dikisahkan, bahkan ia meneliti dan berinteraksi dengan alam lain yang spectrum gelombang dan frekuensinya beda dengan yang selama ini disadari manusia pada umumnya. Bertemu dengan makhluk-makhluk lain dst. Pandangannya ini membuat ia dianggap aneh. Oleh kampus tempatnya mengajar, oleh masyarakat tempatnya mengabdi bahkan oleh keluarganya. Yang terdekat sekalipun. Kecuali Zarah yang menganggap Ayahnya seperti Dewa. Selanjutnya Ayahnya tiba2 hilang. Begitu saja. Meninggalkan kepada zarah catatan2 jurnal penelitiannya selama ini.

Kepergian Ayahnya mengguncang hebat kehidupan keluarganya—yang sebenarnya sudah mulai retak selama Ayahnya mulai meniliti ttg alam lain itu. Zarah dalam hal ini tetap mempertahankan kepercayaan pada Ayahnya dan akan terus berusaha mencarinya. Dengan segala keyakinan kepada Ayahnya—yang juga berarti keyakinan kepada apapun yang disampaikan Ayahnya—Zarah menghadapi pertentangan dari pihak keluarga. Selanjutnya ia memutuskan untuk hidup independen. Nomad. Tetap dengan misi mencari Ayahnya, ia jalani pencariannya yang seperti pelarian dari realitas hidupnya. 

Dari tinggal di saung milik Ayahnya di desa dampingannya, tinggal di rumah paggung milik Abahnya (kakek), mengabdi di Tanjung Putting, tempat konservasi orangutan sampai pergi ke London. Di London lah ia bertemua pekerjaan, sahabat dan cinta juga pencariannya. Juga pengkhinatan dari sahabat dan cinta-nya. Lewat bantuan Paul, bossnya dan petunjuk berupa kamera Nikon FM/2T Zarah berhasil bertemu seseorang yang mengenal Ayahnya, Simon Hardiman. Lewat bantuannya dan temannya lagi (seorang Shamman), Zarah berhasil menyebrang ke dimensi lain. Tapi bukan Ayahnya yang ia temukan melainka Abahnya. Di pertemuan itu mereka saling memaafkan kesalahan masalalu dan mengobati. Selesai terapi, lewat telephone dengan adiknya, Hara, Zarah mengetahui kalau baru saja Abahnya itu meninggal karena serangan jantung mendadak. Saat itu juga Zarah memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Cerita selesai. Pada keping itu. 

Oya, salah satu petunjuk untuk menemukan Ayahnya adalah jurnal Ayahnya. Waktu Zarah memutuskan untuk pergi dari rumah orangtuanya itu adalah karena momen jurnal Ayahnya dibakar oleh Ibunya. Zarah kalap. Dan minggat. Kemudian di akhir cerita, lewat Simon Hardiman-lah ia tau Ayahnya telah menggandakan jurnal2 itu dan mengirimkannya kepada temannya itu. Zarah seperti menemukan petunjuk lagi. Ditambah satu petunjuk lain yang entah ditulis oleh siapa. Isinya tentang misi yang juga absurd. Yang ini menurutku merupakan benang merah yang akan menghubungkan, Diva (aku tak yakin ini diva, tapi kemungkinan besar memang dia) yang ada di seri 1 supernova, Bodhi (Seri 2: Akar) dan Elektra (Seri 3: Petir) entah untuk apa. 

Dan di bab terakhir yang dikisahkan oleh penulis/sudut pandang orang ketiga (karena dari awal ceritanya sudut pandang orang pertama) diceritakan pertemuan Bodhi dan Elektra. Pertemuan alam 3 dimensi. Dan pertemuan alam dimensi lain. he he..

Well, yang benar2 membuatku deep thinking itu ya sekali lagi kata2 dari penulis yang kukutip di awal. Aku jadi merekonstruksi kejadian2 dalam hidupku yang membuatku lebih sadar akan entitas diri, manusia, alam (yang ini belum terlalu tereksplorasi) dan Pencipta ini semua: Allah. Aku mencoba mengingat-ingat, apakah buku ini ikut andil? (supernova jilid 1). Dan inilah untungnya aku membuat catatan tentang buku yang kubaca. Dan setelah kucek, mungkin memang ada pengaruhnya tapi bukan yang utama. Bukan yang menjadi pondasi utama konstruk berpikirku. Aku mengalaminya sendiri, meski tidak dengan peristiwa atau momentum dahsyat dan mengguncang. He he.. 

Bersamaan dengan kesadaran, ada kepekaan, keyakinan dan intuisi. Firasat, penyampaian pesan lewat gelombang tanpa alat bantu (telepati), dan insting. Cuma buat meyakinkan diri sendiri aja sih, aku jadi inget, 1 ½ bulan yang lalu aku jadi tabib dadakan (karena tidak bisa disebut medis). Waktu itu kegiatan perploncoan relawan baru di oraganisasi yang kuikuti. Mulai dari yang memar parah karena keseleo, sakit gusi, sampe hipotermi. Pakai 30 % persen pengetahuan medis acakadut waktu kuliah dan baca buku. Sisanya insting. Wahahaha.. dan aku tak percaya hasilnya signifikan. Syukurlah. Belum lagi pengalaman memasak (yang sangat spiritual menurutku). Bertemu dengan beberapa buku. Juga bertemu dengan bebrapa orang. Akhir2 ini.

Pada akhirnya semua bergantung pada keyakinan kita. Dan aku bersyukur akan iman yang masih dan semoga terus tertanam ini. Pada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari akhir dan Qodo dan Qodar.

Alif laaaaaam miim. Inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya. Petunujuk bagi orang2 yang bertaqwa. Yaitu orang2 yang beriman pada yang gaib, yang mendirikan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka…

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat petunjuk bagi orang2 yang berpikir.

Kemudian aku berkata pada diri sendiri: Hai virus influenza, kamu jenis apa? Aku curiga kamu nyangkut di saluran hidung tenggorokanku gara2 kemarin aku minum pop ice rasa strawberry. Atau karena aku berbagi sedotannya sama ponakanku yang emang pilek nggak sembuh2? He he.. kita damai yak? Karena besok aku harus membereskan pekerjaanku, sebelum kutinggal untuk plesir lagi. He he..

Share:

0 komentar:

Posting Komentar