Minggu, 17 Juni 2012

Islam Militan? Haaa berat ni beraat..

Judul : Islam Militan
Penulis : G. H. Jansen
Penerjemah : Armahedi Mahzar
Tebal : 320 halaman
Tahun terbit : 1980
Penerbit : Perpustakaan Salman ITB Bandung
Perolehan : Minjem di Perpustakaan PW PII JOGBES

Lucu. Satu kata yang terpikirkan ketika membaca buku ini. Sebenarnya agak ketinggalan jaman menulis resensi buku yang sudah diterbitkan sejak 31 tahun yang lalu. Bukan “agak” tapi memang “sangat” ketinggalan jaman. Tapi percayalah meski telah diterbitkan 31 tahun yang lalu, buku ini masih relevan, setidaknya menurut saya. Malahan, buku ini seperti ramalan jangka panjang yang coba dianalisa oleh penulisnya. G. H. Jansen dengan segudang pengalamannya mencoba menganalisa kondisi islam militant di masa depan. Kalau buku itu diterbitkan 31 tahun yang lalu dan membicarakan masa depan, maka sekaranglah masa depan itu. Oleh karena itu, kita justru langsung bisa sedikit mengkorelasikan apa yang ia ramalkan di masa lalu dengan kondisi nyata saat ini. Dengan kata lain analisa atau jenis penulisan yang dilakukan oleh G. H. Jansen adalah prospektif analisis.

Bukan suatu kebetulan saat saya membaca buku ini adalah saat dunia islam timur tengah dikabarkan sedang mengalami “revolusi”. Kita telah tau apa yang pada awalnya terjadi di Tunisia kemudian berlanjut ke Sudan, Mesir, Al-Jazair, dan seterusnya. Pergolakan yang terjadi disana memunculkan banyak pendapat bagi pengamat timur tengah. “Kekhawatiran” akan munculnya persatuan umat muslim sedunia mulai mengangkasa.

Jadi, buku ini berisi menganai analisa penulis mengenai islam militant di seluruh dunia. Islam yang fundamental, yang memegang teguh akar-akarnya dan pondasi-pondasi keagamaannya. Dimulai dari pembahasan mengenai apa itu islam yang dirangkum dengan tema TOTALITAS ISLAM, penulis menggambarkan dengan ringkas tentang islam pada umumnya. Tidak mengejutkan jika pembaca justru mendapatkan pemahaman baru mengenai islam dan sejarahnya di buku ini. Pembaca yang “umum” yang belum memahami islam akan sangat terbantu untuk memahaminya dengan hanya membaca BAB ini. Penggambaran yang dilakukan oleh penulis adalah, betapa islam adalah agama yang mencakup seluruh segi kehidupan dan menyeluruh. Islam adalah agama yang akan tetap hidup, dari sejak ia ada.

Dalam bab VITALITAS ISLAM, penulis mulai mengenalkan apa itu islam militant. Dari bab ini kita akan tau betapa islam adalah agama yang sangat kolot sekaligus eksklusif, kaku sekaligus tegas. Islam memiliki vitalitas yang tinggi dalam hal mempertahankan ajarannya. Dalam suatu masa selalu saja ada segolongan umat yang mempertahankan hal itu. Disini juga digambarkan bagaimana dengan islam bisa berkembang sangat cepat dibandingkan agama-agama terdahulu. Digambarkan bagaimana islam telah cepat berkembang di Negara-negara afrika dan asia, serta di Negara-negara dunia ketiga. Bukan hanya kuat untuk melawan tantangan-tantangan fisik dalam peperangan, islam juga punya vitalitas yang tinggi dalam membendung arus modernisasi yang dapat melunturkan ajarannya. Ini juga ada kaitannya dengan bab selanjutnya yang membahas tantangan islam militant.

Di bab TANTANGAN dijabarkan hal-hal yang selama ini menjadi tantangan bagi islam secara umum. Mulai dari konflik antaragama, perang fisik, penjajahan, perang pemikiran, modernisasi dan industrialisasi. Ada dua agama kuat di dunia ini: Islam dan Kristen. Keduanya mempunyai akar sejarah yang sama dan sama-sama monotheis, namun justru inilah yang membuat kedua agama ini menjadi agama yang saling berseteru dan bersaing. Namun, menurut penulis dari buku ini, sesungguhnya Kristen tidak pernah benar-benar menjadi saingan Islam. Sekeras apapun kaum misi menyerbarkan agama Kristen, mereka sampai pada kesimpulan bahwa mungkin mudah bagi mereka mengajak masuk Kristen bagi orang-orang pelebegu (istilah yang dipakai penerjemah untuk mengatakan kaum animism), namun butuh usaha yang sangat keras untuk menjadikan seorang yang sudah Muslim menjadi Kristen. Alih-alih menjadikannya Kristen taat, usaha maksimal yang bias mereka lakukan adalah hanya mengganti statusnya saja, dengan budaya islam yang masih akan sangat melekat kuat pada satu orang atau satu kaum.

Tantangan fisik seperti penjajahan dan peperangan tidak lain adalah lahan JIHAD bagi umat muslim. Sedangkan bagi kaum lain yang menyerang Islam, mereka bisa membawa bermacam kepentingan termasuk kepentingan ekonomi, politik, dan agama, jadi disini umat Islam sama sekali tidak bisa bersantai.

Tantangan selanjutnya yang bisa dikatakan sebagai tantangan paling mengerikan bagi umat Islam adalah perang pemikiran. Diulas secara terpisah, bagaimana kaum yang lain mencoba mencoba melakukan pembodohan melalui jalur pendidikan, baik batasan-batasan yang diberlakukan hingga system yang dibuat sama sekali westernis. Masih dari dunia pendidikan, selanjutnya bagaimana kaum orientalis menjadi suhu-suhu dan guru-guru bagi orang Islam yang ingin belajar Islam adalah suatu keganjilan yang nyata. Dan dari sinilah pemikiran sarjana-sarjana muda Islam mulai terakulturasi oleh pendidikan barat. Terbukti dengan pernyataan Hurgonje yang kurang lebih berbunyi ‘Tidak ada harapan yang bisa diterima akal untuk mengubah sejumlah besar pengikut Muhammad menjadi penganut agama Kristen sekte manapun…….. tidak dapat disangka bahwa satu-satunya yang mereka inginkan hanyalah membawa pengikut Muhammad supaya enggan menerima agama islam sepenuhnya’. Dan mungkin kita bisa merasakan dampak serangan intelektualitas dan budaya itu sekarang.

Dari bab 4 sampai akhir, buku ini menjelaskan bagaimana Islam menghadapi semua cobaan itu. Melalui bab berjudul “jawaban” diterangkan resolusi-resolusi kaum islam militant menghadapi tantangan tersebut, dengan kesimpulan bahwa akan sangat susah bagi Islam untuk menghasilkan “pemikiran kembali Islam dalam istilah-istilah modern” untuk mengahadapi era saat ini. Tidak lain dikarenakan oleh sifat dasar Islam itu sendiri. Karena “pemikiran kembali Islam” bisa berarti bukan Islam. Kemudian di bab 5 digambarkan gerakan-gerakan Islam militan di abad 20-an yang terjadi di banyak Negara, baik di Afrika, timur tengah dan bahkan Asia Tenggara yang diperlopori oleh Indonesia. Dan di bab terakhir konsep yang selama ini masih terus digarap oleh kaum Islam Militan masa kini apakah apakah akan membentuk “Negara Islam” atau “Tatanan Negara Islam Modern”.

Di bagian Epilog penulis seperti melakukan ringkasan apa yang mungkin terjadi pada Islam Militan di Negara-negara Islam. Menurut penulis, dari semua Negara-negara Islam tersbut, yang mempunyai masa depan cerah mengenai perkembangan Islam Militan-nya adalah Mesir dengan Ikhwanul Musliminnya, Sudan dengan ikhwanul muslimin setempat dan partai Ummat di bawah pimpinan Sadeq Al-Mahdi. Afrika Barat juga memiliki masa depan yang cerah. Negara-negaranya seperti Tunisia, Aljazair, dan Maroko dipimpinan oleh orang-orang Islam yang militant ditambah gerakan-gerakan radikal berbasis kampus mirip Ikhwanul Muslimin yang juga ada disana.

Sedangkan untuk Negara-negara seperti Indonesia dengan Nasionalisme Sekulernya, Pakistan yang sulit membawa islam ke ranah tata Negara dan fanatic golongan yang kuat, Iran juga dengan fanatisme golongan yang kuat, Afganistan yang sangat kolot, Turki yang Sekuler, Irak, Syria dan Lebanon yang lebih banyak mengurusi golongan (sekte)nya dan menimbulkan perpecahan, Palestina kota suci 3 agama itu bahkan mempunyai masalah yang lebih kompleks, Saudi Arabia dengan Monarki Absolut yang tamak menjadikan Islam Militan sulit berkembang disana.

Hingga semuanya itu sampai pada kesimpulan bahwa penulis tetap menyarankan bahwa Islam memang harus melunak jika ingin mencapai kemajuan seperti halnya Kristen. Namun disaat yang bersamaan itu juga tidak mungkin. Karena Islam Militan yakin sepenuhnya akan kebenaran kepercayaan-kepercayaannya. Islam Militan tidak akan menjadi lunak atau bertoleransi secara berlebihan. Ia tak akan berhenti berjaung secara mental, spiritual dan material sampai saat keyakinan-keyakinannya membentuk masa depan setiap Negara muslim.

Bagaimanapun penulis buku ini tetaplah seorang orientalis dan saya sebagai penulis resensi ini tetaplah seorang Islam. Dan dalam menulis, tidak pernah benar-benar subjektif atau benar-benar objektif. Dan apakah semua analisa penulis buku tersebut mendekati kebenaran? Pembaca mungkin lebih bisa merasakannya sekarang. Bagaimana perkembangan Islam Militan saat ini? Apakah sesuai dengan analisa penulis? Jawab sendiri ya!!!
Share:

0 komentar:

Posting Komentar