Judul : Islam Militan
Penulis : G. H. Jansen
Penerjemah : Armahedi Mahzar
Tebal : 320 halaman
Tahun terbit : 1980
Penerbit : Perpustakaan Salman ITB Bandung
Perolehan : Minjem di Perpustakaan PW PII JOGBES
Lucu.
Satu kata yang terpikirkan ketika membaca buku ini. Sebenarnya agak
ketinggalan jaman menulis resensi buku yang sudah diterbitkan sejak 31
tahun yang lalu. Bukan “agak” tapi memang “sangat” ketinggalan jaman.
Tapi percayalah meski telah diterbitkan 31 tahun yang lalu, buku ini
masih relevan, setidaknya menurut saya. Malahan, buku ini seperti
ramalan jangka panjang yang coba dianalisa oleh penulisnya. G. H.
Jansen dengan segudang pengalamannya mencoba menganalisa kondisi islam
militant di masa depan. Kalau buku itu diterbitkan 31 tahun yang lalu
dan membicarakan masa depan, maka sekaranglah masa depan itu. Oleh
karena itu, kita justru langsung bisa sedikit mengkorelasikan apa yang
ia ramalkan di masa lalu dengan kondisi nyata saat ini. Dengan kata
lain analisa atau jenis penulisan yang dilakukan oleh G. H. Jansen
adalah prospektif analisis.
Bukan suatu kebetulan saat saya
membaca buku ini adalah saat dunia islam timur tengah dikabarkan sedang
mengalami “revolusi”. Kita telah tau apa yang pada awalnya terjadi di
Tunisia kemudian berlanjut ke Sudan, Mesir, Al-Jazair, dan seterusnya.
Pergolakan yang terjadi disana memunculkan banyak pendapat bagi
pengamat timur tengah. “Kekhawatiran” akan munculnya persatuan umat
muslim sedunia mulai mengangkasa.
Jadi, buku ini berisi
menganai analisa penulis mengenai islam militant di seluruh dunia.
Islam yang fundamental, yang memegang teguh akar-akarnya dan
pondasi-pondasi keagamaannya. Dimulai dari pembahasan mengenai apa itu
islam yang dirangkum dengan tema TOTALITAS ISLAM, penulis menggambarkan
dengan ringkas tentang islam pada umumnya. Tidak mengejutkan jika
pembaca justru mendapatkan pemahaman baru mengenai islam dan sejarahnya
di buku ini. Pembaca yang “umum” yang belum memahami islam akan sangat
terbantu untuk memahaminya dengan hanya membaca BAB ini. Penggambaran
yang dilakukan oleh penulis adalah, betapa islam adalah agama yang
mencakup seluruh segi kehidupan dan menyeluruh. Islam adalah agama yang
akan tetap hidup, dari sejak ia ada.
Dalam bab VITALITAS ISLAM,
penulis mulai mengenalkan apa itu islam militant. Dari bab ini kita
akan tau betapa islam adalah agama yang sangat kolot sekaligus
eksklusif, kaku sekaligus tegas. Islam memiliki vitalitas yang tinggi
dalam hal mempertahankan ajarannya. Dalam suatu masa selalu saja ada
segolongan umat yang mempertahankan hal itu. Disini juga digambarkan
bagaimana dengan islam bisa berkembang sangat cepat dibandingkan
agama-agama terdahulu. Digambarkan bagaimana islam telah cepat
berkembang di Negara-negara afrika dan asia, serta di Negara-negara
dunia ketiga. Bukan hanya kuat untuk melawan tantangan-tantangan fisik
dalam peperangan, islam juga punya vitalitas yang tinggi dalam
membendung arus modernisasi yang dapat melunturkan ajarannya. Ini juga
ada kaitannya dengan bab selanjutnya yang membahas tantangan islam
militant.
Di bab TANTANGAN dijabarkan hal-hal yang selama ini
menjadi tantangan bagi islam secara umum. Mulai dari konflik
antaragama, perang fisik, penjajahan, perang pemikiran, modernisasi dan
industrialisasi. Ada dua agama kuat di dunia ini: Islam dan Kristen.
Keduanya mempunyai akar sejarah yang sama dan sama-sama monotheis,
namun justru inilah yang membuat kedua agama ini menjadi agama yang
saling berseteru dan bersaing. Namun, menurut penulis dari buku ini,
sesungguhnya Kristen tidak pernah benar-benar menjadi saingan Islam.
Sekeras apapun kaum misi menyerbarkan agama Kristen, mereka sampai pada
kesimpulan bahwa mungkin mudah bagi mereka mengajak masuk Kristen bagi
orang-orang pelebegu (istilah yang dipakai penerjemah untuk mengatakan
kaum animism), namun butuh usaha yang sangat keras untuk menjadikan
seorang yang sudah Muslim menjadi Kristen. Alih-alih menjadikannya
Kristen taat, usaha maksimal yang bias mereka lakukan adalah hanya
mengganti statusnya saja, dengan budaya islam yang masih akan sangat
melekat kuat pada satu orang atau satu kaum.
Tantangan fisik
seperti penjajahan dan peperangan tidak lain adalah lahan JIHAD bagi
umat muslim. Sedangkan bagi kaum lain yang menyerang Islam, mereka bisa
membawa bermacam kepentingan termasuk kepentingan ekonomi, politik, dan
agama, jadi disini umat Islam sama sekali tidak bisa bersantai.
Tantangan
selanjutnya yang bisa dikatakan sebagai tantangan paling mengerikan
bagi umat Islam adalah perang pemikiran. Diulas secara terpisah,
bagaimana kaum yang lain mencoba mencoba melakukan pembodohan melalui
jalur pendidikan, baik batasan-batasan yang diberlakukan hingga system
yang dibuat sama sekali westernis. Masih dari dunia pendidikan,
selanjutnya bagaimana kaum orientalis menjadi suhu-suhu dan guru-guru
bagi orang Islam yang ingin belajar Islam adalah suatu keganjilan yang
nyata. Dan dari sinilah pemikiran sarjana-sarjana muda Islam mulai
terakulturasi oleh pendidikan barat. Terbukti dengan pernyataan
Hurgonje yang kurang lebih berbunyi ‘Tidak ada harapan yang bisa
diterima akal untuk mengubah sejumlah besar pengikut Muhammad menjadi
penganut agama Kristen sekte manapun…….. tidak dapat disangka bahwa
satu-satunya yang mereka inginkan hanyalah membawa pengikut Muhammad
supaya enggan menerima agama islam sepenuhnya’. Dan mungkin kita bisa
merasakan dampak serangan intelektualitas dan budaya itu sekarang.
Dari
bab 4 sampai akhir, buku ini menjelaskan bagaimana Islam menghadapi
semua cobaan itu. Melalui bab berjudul “jawaban” diterangkan
resolusi-resolusi kaum islam militant menghadapi tantangan tersebut,
dengan kesimpulan bahwa akan sangat susah bagi Islam untuk menghasilkan
“pemikiran kembali Islam dalam istilah-istilah modern” untuk
mengahadapi era saat ini. Tidak lain dikarenakan oleh sifat dasar Islam
itu sendiri. Karena “pemikiran kembali Islam” bisa berarti bukan Islam.
Kemudian di bab 5 digambarkan gerakan-gerakan Islam militan di abad
20-an yang terjadi di banyak Negara, baik di Afrika, timur tengah dan
bahkan Asia Tenggara yang diperlopori oleh Indonesia. Dan di bab
terakhir konsep yang selama ini masih terus digarap oleh kaum Islam
Militan masa kini apakah apakah akan membentuk “Negara Islam” atau
“Tatanan Negara Islam Modern”.
Di bagian Epilog penulis seperti
melakukan ringkasan apa yang mungkin terjadi pada Islam Militan di
Negara-negara Islam. Menurut penulis, dari semua Negara-negara Islam
tersbut, yang mempunyai masa depan cerah mengenai perkembangan Islam
Militan-nya adalah Mesir dengan Ikhwanul Musliminnya, Sudan dengan
ikhwanul muslimin setempat dan partai Ummat di bawah pimpinan Sadeq
Al-Mahdi. Afrika Barat juga memiliki masa depan yang cerah.
Negara-negaranya seperti Tunisia, Aljazair, dan Maroko dipimpinan oleh
orang-orang Islam yang militant ditambah gerakan-gerakan radikal
berbasis kampus mirip Ikhwanul Muslimin yang juga ada disana.
Sedangkan
untuk Negara-negara seperti Indonesia dengan Nasionalisme Sekulernya,
Pakistan yang sulit membawa islam ke ranah tata Negara dan fanatic
golongan yang kuat, Iran juga dengan fanatisme golongan yang kuat,
Afganistan yang sangat kolot, Turki yang Sekuler, Irak, Syria dan
Lebanon yang lebih banyak mengurusi golongan (sekte)nya dan menimbulkan
perpecahan, Palestina kota suci 3 agama itu bahkan mempunyai masalah
yang lebih kompleks, Saudi Arabia dengan Monarki Absolut yang tamak
menjadikan Islam Militan sulit berkembang disana.
Hingga
semuanya itu sampai pada kesimpulan bahwa penulis tetap menyarankan
bahwa Islam memang harus melunak jika ingin mencapai kemajuan seperti
halnya Kristen. Namun disaat yang bersamaan itu juga tidak mungkin.
Karena Islam Militan yakin sepenuhnya akan kebenaran
kepercayaan-kepercayaannya. Islam Militan tidak akan menjadi lunak atau
bertoleransi secara berlebihan. Ia tak akan berhenti berjaung secara
mental, spiritual dan material sampai saat keyakinan-keyakinannya
membentuk masa depan setiap Negara muslim.
Bagaimanapun penulis
buku ini tetaplah seorang orientalis dan saya sebagai penulis resensi ini tetaplah
seorang Islam. Dan dalam menulis, tidak pernah benar-benar subjektif
atau benar-benar objektif. Dan apakah semua analisa penulis buku
tersebut mendekati kebenaran? Pembaca mungkin lebih bisa merasakannya
sekarang. Bagaimana perkembangan Islam Militan saat ini? Apakah sesuai
dengan analisa penulis? Jawab sendiri ya!!!
Minggu, 17 Juni 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar