Minggu, 30 November 2014

Hidupkan lagi mimpi mimpi

Mimpi. Dream. Bukan dalam arti kata 'bunga tidur' tapi sesuatu yang diangankan untuk diaraih. Seperti halnya mimpiku yang sering berubah-ubah, perspektifku dan caraku memperlakukannya pun berubah-ubah. Emang labil -_-".

Entah sejak kapan ya pembicaraan mengenai mimpi ini jadi begitu sering. Tapi menurut pendapat hamba yang dhoif ini, ini erat kaitannya dengan literasi. Dengan menggeliatnya lagi penerbitan buku-buku dan bahan baca lain. Referensi banyak bermunculan dalam berbagai bentuk paparan. Meski kenyataannya masih banyak_pake banget_kalangan yang nggak peduli hal-hal ghaib kayak gini.

Nah, beberapa referensi yang pernah kudengar, baca atau diskusikan ini yang membuatku suka labil. Kadang setuju dengan yang mengatakan mimpi itu harus jelas, pasang target, di breakdown de es te de es te. Trus aku akan membuat dreamlist. Tapi abis itu lupa. Buat alibinya, sok-sok setuju sama orang-orang yang ga punya mimpi tapi capaiannya luar biasa. Prinsipnya berbuat terbaik di titik dimana dia berada. Atau yang let it flow dan enjoy tapi tetep bermuara ke sebuah capaian.

Sebenernya yang model kedua itu bukannya gak punya mimpi. Punya, tapiiii... Tapi gimana ya *garuk2kepala. Mimpinya itu dia tempatkan sebagai kerangka besar, yang gerak-gerak kecilnya kadang kayak nggak nyambung. Dan dia nggak pusing sama prentil-prentil uraian, metode dan tata cara yang kaku. *semoga anda mengerti penjelasan ini.

Aku kasih contoh ajadeh. From my idol. The only one: Anis Matta. Jadi waktu itu di akhir bulan Ramadhan tahun 2010. Waktu dimana mahasiswa udah banyak yang mudik. Eeee kok ada acara RTT: Ri'ayah Tarbiyah Tulabiyah. Semacam tabligh akbar nya pelajar. Pengisi acaranya Anis Matta. Bertempat di kampus Magistra Utama Jl. Magelang.

Paparannya bikin tuing-tuing untuk ukuran mahasiswa spek otak rendah kayak aku. Lha tapi waktu itu Pak AM ini menjelaskan tahapan kehidupannya dari dia masih kecil secara singkat. Kayaknya gara-gara ada yang nanya soal mimpi/cita-cita nya bapak satu itu. Nah yang ini aku agak nyambung. Dia bilang, dia itu tidak pernah punya cita-cita. Tidak pernah punya gambaran yang jelas tentang cita-cita. Mau jadi apa. Mau mencapai apa. Tidak ada. Kalau pada akhirnya dia sampai di titik ini sekarang, itu karena dia melakukan dengan sungguh-sungguh tiap tahapan hidupnya. Nah, gimana tuh...

Contoh lain adalah apa yang baru kubaca dari blog temanku. Kisah tentang Dahlan Iskan. Bisa dibaca disini.

Trus aku tadi mau cerita apaya? ._.

Aku lagi belajar untuk menjadi seperti itu. Lebih karena merasa nggak cocok pake cara yang pertama_ngeles padahal. Well, memang bukan tipe orang yang bisa taat sama penjadualan apalagi yang dibuat sendiri. Suka ngerubah-rubah rencana. Ya labil itutadi -_-"

Jadi lebih ke fokus sama yang dikerjain sekarang. Berusaha yang terbaik. Tapiiiii... Tapi lagi. Kok ngerasa nggak keukur gini ya? Nggak bisa ngevaluasi. Padahal dulu waktu punya dreamlist juga nggak pernah dipake buat evaluasi. Heuheu...

Hummm...

Kemudian berpikir untuk kembali membuat tahapan buat reminder. Atau nggak dicampur metodenya. Sok-sok ngalir nggak punya mimpi, tapi diem-diem ngerekam dan nulis. Hahaa... Kalo yang terencana kan biasa namanya dreamlist, dreambook, renstra, pohon mimpi dll. Jadi ini namanya apa ya? Ngngngng... Sungai mimpi? Dreamflow. Dreamwork. Aihh meni serius pisan. Namanya.. Watercanon @@

Trus stuck lagi. Emang punya mimpi? Nyahahaha...

Punya. Enak aja. Even if you know it you will laugh me. I still call it with DREAM :p

1. Punya laptop. Dengan jalan apapun :)
2. Nana nana nana
3. Lala lala lala
4. ....

Ternyata aku tak sanggup menuliskannya. Asli. Banyak yang aneh dan ga penting. Nggak bisa ngerubah dunia. Hyaa...

Tapi bakal ketauan kok dari apa yang bakal aku cerita-ceritain di depan. Blog ini juga jadi kontrol.

Wujudkan lagi mimpi mimpi, cita cita, cinta cinta... Yang lama kupendam sendiri... Berdua.. *ah gajadi :p

Share:

0 komentar:

Posting Komentar