Kamis, 04 Desember 2014

How to train your (dragon) child

Hari ini baca poster dibawah dan mupeng luar biasa.

Beberapa kali denger temen promoin buku Prophetic Parenting dan mupeng tiada tara.

Akhir-akhir ini sering berurusan dengan anak-anak dan jadi pengen belajar banyak tentang mereka. Tentang cara mendidik mereka.

Aku si ga terlalu suka anak-anak. I mean, aku punya banyak temen yang langsung girang bukan kepalang kalo ketemu anak-anak, ngajak mereka main dan membina hubungan baik sama mereka sampe tingkat mendalam. Sebaliknya, anak-anak juga suka mereka. Menurutku itu yang dimaksud 'suka anak-anak'. Dan aku nggak gitu-gitu amat.

Cuma aku suka sama orang tua mereka_trus aku diketawain sama temenku coba. Menurutku, hidup ini terlalu singkat untuk dilewatkan sama anak yang menyusahkan. Meski ga sampe bikin bangga, tapi seenggaknya jangan nyusahin. Selain itu ada satu hal lagi yang membuatku ga bisa ga peduli sama mereka. Tapi rahasia :p

Nah bicara soal poster sama buku itu, bicara tentang cara mendidik anak. Itu pekerjaan seumur hidup bagi orang tua. Utamanya Ibu. Karna Ibu adalah Madrosatul Ula. Sekolah pertama bagi para anak. Yakalo jadi guru aja harus kuliah dulu, daftar PNS, ujian, penataran, sertifikasi apalagi jadi Ibu. Kalo jadi Murobbi aja harus belajar dulu, ikut dauroh dulu, banyak baca buku, apalagi jadi ibu.

Nyatanya juga, bahkan untuk bisa mengenali, menyelami sampe kemudian ngasih intervensi ke satu anak aja nggak gampang. Dan yaitu tadi, kita harus punya cara atau metode yang jadi pegangan. Dari banyaknya model dan gaya hidup masa kini, kita mau didik anak pake model apa? Ngikutin siapa?

IMHO, nggak cuma urusan didik anak sih, tapi di segala urusan kita udah dikasih role model yang sempurna, meski beselisih waktu milenia. Sudah dikasih kitab yang isinya cerita. Sudah dikasih aturan jelas dan adil mengenai hak dan kewajibannya. Tinggal mengkaji dan mengamalkan dengan ikhlas lanjut tawakkal.

Kalau dari hasil perenungan akibat terjun langsung aku menemukan beberapa cara. Aslinya pengen klarifikasi dulu ke seminar atau bukunya, tapi udah pengen cerita ini. Heheee...
Yaitu adalah:

1. Bagaimanapun anak-anak itu suka cerita. Buktinya mereka suka Mahabarata dan hafal kisahnya. Seringkali ditemukan bisa mengambil hikmah dari kisah itu.

2. Perlakuan dan kebutuhan anak perempuan dan anak laki-laki tu beda. Cara mereka tumbuh baik fisik, mental dan kejiwaannya aja beda. Maka, sistem pendidikan formal yang mencampur mereka itu bikin aku berkernyit, nyusahin guru_aku maksudnya.

3. Sepertinya mereka itu suka berkhayal. Ini masih spekulasi. Spekulasi primordial banget. Dan ini mungkin bisa dimanfaatkan.

4. Jangan remehkan kemampuan mereka untuk menyerap informasi, mengingat dan mengasosiasi. Meski tampaknya mereka nggak ngerti. Mereka hanya belum punya kemampuan dan cukup kosakata untuk mengeluarkan pemikirannya.

5. Ada masanya seseorang itu bisa sangat disenangi anak-anak padahal dia nggak ngapa-ngapain dan padahal biasanya anak-anak nggak suka sama orang itu. Katanya itu indikasi kematangan jiwa seseorang sehingga auranya keluar. Engngngng... Yang ini emang nggak nyambung :p

*maaf jika isi jauh dari ekspektasi anda dan nggak nyambung sama judulnya. Itu judul kece menurutku :D





Share:

0 komentar:

Posting Komentar