Kamis, 19 Juni 2014

Madura!! #1



Toreng torengngng… Annyoooooong..!! Long time no see hiii.. Kemaren lagi jarang nulis karena lagi nggak ada yang bisa dikeluarin dari kepala selain ingus sama air mata buaya. Nggak ada yang bisa ditulis selain kegalauan dan kekacauan. Takutnya kalau dipaksain nulis dan diposting ntar kalian bacanya mules,, karena isinya curhatan alay ala-ala buku diary. Yang ceritanya ala-ala naskah sinetron drama korea. Udah gitu pemeran utamanya aku gitu? Nggak penting banget kan? Jiahhhh ha haha.. ah sudahlah. Namanya juga idup ya sodara-sodara haaa.. Masak seneng mulu :) tsahhhh,, *kibas jilbab

Hmmmm,, sebenernya belum ada bahan nulis serius juga, sampai dengan aku baca pengumuman sebuah ekspedisi. Aku nggak ikutan sih ekspidisinya, gak lolos heuheu_yaiyalah daftarnya telat, syaratnya nggak lengkap. Heee.. Tapinya termotivasi dengan kata-kata “catatan perjalanan” yang jadi salah satu syarat pendaftaran. Ih, gue bikin ah. Gini-gini kan pernah jalan-jalan. Meski jalan-jalanku itu jalan-jalan kelas kuman. Kesitu doaangngng.. iya, kesitu doang! haaa.. 

Whatever lah ye.. 

Tapi sebenernya emang udah lama pengen bikin ini, tapi gajadi-jadi. So, kali ini aku mau cerita my trip to Madura island yeeey…

Actually, first time I go there itu kalo gak salah Jum’at, 31 Januari 2014. Sehari sebelum nikahan si Maulida Illyani alias Dadung sama Hanafi Prasetyo alias Po. Hooo.. Karena pas nyebrang di selat medure itu aku melakukan rekaman video ucapan selamat ke mereka. Nyanyiin lagu perahu kertas. What a silly,, Tapi ndak jadi dikirim karena gangguan teknis :D

Waktu itu aku nyelip di acara liburan keluarganya Mbak Widya. Kita berlima (Bapak, Ibu, Adek)nya Mbak Widya, Mbak Widya dan aku. Naik mobil. Jadi nyaman bingit, hiiii.. FYI Bapaknya Mbak Wid ini memang punya cita-cita muterin pulau Madura. Sama denganku, jadi aku diajakin. Gratis!! 

Madura itu…, ngng ini aku paparkan data geografinya dulu berdasarkan sumber ya. 

Madura itu adalah suatu gugus pulau yang masih masuk wilayah Jawa TImur. Dipisahkan oleh selat Madura disisi sebelah Barat Daya dari pulau jawa. Luasnya menurut wikipidea yaitu 5.168 km2. Mungkin kalian berpikir, “kalau gitu, Madura tu sebelah mananya Bali ya?”_Atau aku aja yang pernah mikir gitu?. Jadi kalau Bali itu selatnya berbatasan langsung dengan Banyuwangi di sebelah Barat. Nah, kalau Madura, selatnya berbatasan langsung dengan Surabaya di sisi Baratnya dan Situbondo di sisi Selatannya. Untuk lebih jelasnya silahkan buka Google map. Atau peta.

Dengan luas segitu, Madura bisa dikelilingi dalam satu hari. Bener2 keliling muterin garis keliling terluarnya. Karena, coba liat peta sekali lagi, jalan besar di Madura itu ya adanya yang mengitari pulau tersebut. Itu juga nggak besar-besar banget. Di kunjungan pertamaku ini, kami berangkat lewat pelabuhan tanjung perak. Nyebrang pake kapal kecil_entah apa namanya_ yang bisa muat mobil keluarga kurang lebih 15 biji. Plus motor-motor. Buat penumpang_seperti juga kapal lain, disediakan tempat duduk di dek atas. Dari mulai antri masuk, nunggu kapal jalan sampai turun kurang lebih 30 menit. Kalau dihitung penyebranganya aja yaaa.. 15 menit lah. Begitu turun, masuklah kita ke wilayah paling Barat dari pulau Madura yaitu Bangkalan. Kita jalan di sepanjang pinggir pulau Madura. Sampai di satu titik, sepanjang jalan itu pinggirnya lauuuuuuut terus. Laut pantai utara, samudra Indonesia, yang kalau di Tarik garis lurus ke Utara bisa sampe Kalimantan. Kita kendarai teruuuus tu mobil sampe mentok ke wilayah paling Timurnya pulau Madura, yaitu Sumenep. Nggak sampe ujungnya banget sih. Karena takut kemaleman. 

Jadi sore-sore menjelang maghrib gitu kita berhenti di sebuah pantai di Sumenep. Namanya Pantai Selopeng. Kita istirahat dan makan-makan disana. Dari skala 1-10, pantai ini nilainya 7. Nggak ada karang-karangnya. Cuma yang bikin bagus itu pohon cemaranya. Bikin cantik. Pasirnya pasir item kalau ndak salah inget. Selebihnya dia sama seperti pantai-pantai lain. Yang paling penting itu, disana aku naik kudaaaaaaaaaaa akkkkkkkkkkkkkkkkk. FYI, dulu aku memasukkan “naik kuda”_dan hal2 remeh temeh lainnya_ke 100 daftar mimpiku wkwkwk. Itu aku bahagia bangetttt,, emang gitu kalau mimpi nggak ketinggian tu, gampang nyampenya. Gampang bahagianya. 

Oya, pas dhuhur, kita juga berhenti buat istirahat dan sholat di salah satu masjid yang kita temui di pinggir jalan. Karena waktu hari Jum’at, jadi Bapaknya Mbak Widya sholat Jum’at dulu di masjid itu. Kita? Blusukan ke belakang rumah penduduk yang adalah laut :)
Cipa's Collection: Me n Cipa di belakang rumah orang :)
Pas perjalanan ini kita nggak bawa kamera. Samasekali. Cuma ada kamera HP adeknya mbak WIdya. 1,5MP_Kayaknya_dari HP Nokia. Mbak Wid bawa BB tapi kameranya nggak oke banget. Jadi I will describe madure with the latter, oke?

Yang kurasakan tentang Madura. Hem. Madura ituuu.. Banyak angin. Banyak lahan kosong. Jarak Antara satu rumah dengan rumah lain bisa muat dua rumah lagi_bahkan lebih. Jarak pandang luas karena tak terhalangi pohon atau gedung yang terlalu tinggi menjulang. Sering terlihat padang rumput mirip sabana. Vegetasi lain berupa pohon tidak terlalu rapat. Lebih didominasi semak. Masjid-masjid disana besar-besar dan berwarna-warni. Kalau kamu menemukan daerah yang mulai ramai, pasti itu dekat pasar. Pasar disana tumpah ruah sampai ke jalan. Oya, sepanjang jalan dari pelabuhan sampai ke pantai selopeng sama sekali nggak ada lampu merah, mall atau pusat perbelanjaan modern. Jalannya luruuuuuuuus aja. Ada persimpangan paling pertigaan yang jalannya mengarah ke sisi selatan dan itu jalan yang lebih kecil menyerupai gang. Kamu nggak akan menemukan soto Madura atau sate Madura disana. Adanya soto aja, atau sate aja, wakakakakak…

Orang Madura itu kan dikenal keras ya? Dan itu terbukti saat kami melakukan perjalanan ini. Jadi mobil kami itu menyalip mobil lain. Agak mepet memang. Karena di depan kami juga ada kendaraan yang melaju kencang. Saat itu juga pemilik mobil menyalip kami dan berhenti di depan kami. Bapaknya Mbak Wid sudah memprediksi kondisi itu. Dia turun dan menyalami orang itu terlebih dahulu sambil minta maaf tentunya. Orang itu marah-marah. Menyuruh Bapak hati-hati. Dia menghampiri kami juga yang ada di dalam mobil. Memberi nasehat. Kami iya-iya dan manggut-manggut. Suasana tegang banget sumpah.. Karena dia bilang, kalau dia mau dia bisa panggil orang-orang sekampung buat ngeroyok kita. Aku? Ngelus-ngelus adeknya Mbak Wid, karena dia punya penyakit jantung. Heuuu tegang kuadrat ha!

Tapi untungnya nggak sampe gimana-gimana. Sesaat kemudian dia pergi setelah sebelumnya memberi peringatan. Fyuuuhhhhh.. setelah itu, setiap kami mau nyalip, kita liat dulu plat mobilnya. Kalau plat “M” nggak jadi nyalip ekekekek..

Tentang masyarakatnya ini, Madura memang sangat khas. Dia suku tersendiri. Nggak masuk suku jawa. Disepanjang perjalanan kamu akan temukan orang-orang yang bekerja, di sawah, di pasar dll itu lebih didominasi kaum perempuan. Dan mereka bersarung. Sarung bathik khas Madura yang berwarna-warni. Colourfull. Daerah Bangkalan atau yang paling Barat itu memang dikenal dengan masyarakatnya yang lebih “Pemberani”. Sedangkan daerah yang paling Timur atau Sumenep itu masyarakat lebih halus. Kromo inggil kalau Bahasa jawanya. Secara Bahasa maupun tata krama lebih sopan. Dan itu daerah temanku yang lembut dan baik hati: Cmumun. Dan dia mempunyai karakter perempuan pekerja keras layaknya perempuan-perempuan Madura lain. hee…
*ekenapa gaya nulisku agak kaku? Hyyaaa

Rencana awal kami waktu itu, kami mau bener-bener muterin pulau Madura. Begitu sampe Sumenep terus ngikutin jalan sampe tembus sendiri ke jembatan Suramadu. Nyebrang jembatan dan sampailah di Surabaya lagi. Tapi, sekali lagi, karena kemaleman, akhirnya rencana itu kami urungkan. Kami lewati lagi jalan yang kami tempuh tadi, sampai di suatu pertigaan_di daerah TanjungBumi kalau ndak salah_ kami belok kearah selatan. Membelah Madura dari utara ke selatan. Sampai tembus ke jalan menuju suramadu. Kami berhenti lagi di suatu masjid untuk sholat magrib-isya’. Malam hari di Madura ittuu,, sepiiii, gelap. Yaa seperti di desa-desa pada umumnya. Sangat tidak dianjurkan bagi perempuan keluar malam sendirian :D
Sekitar jam 9 malam kami sudah mulai mendekati Suramadu. Berhenti lagi disana buat beli oleh-oleh yayyyy… Ngngngng aku gak beli apa2 sih. 

Abis itu,, termasuk moment paling menakjubkan selama perjalanan: nyebrang jembatan Suramadu, uuuuuuuuuuu… tapi karena di dalem mobil jadi ada ples minesnya. Plesnya, aman, nyaman. Minusnya: gak bisa ngerasain anginnya secara langsung n pandangan mata terbatas sama atep mobil huwaaa…
Jembatan suramadu malem-malem keliatan eksotis. Itu tiang2 yang menjulang menyangga jembatan itu dikasih lampu yang berpendar-pendar gonta-ganti warna. Kedapp-kedip merah biru hijau kuning. Kawat-kawat penyangganya juga. 

Sebenernya kalau punya waktu yang lebih banyak, Madura sangat bisa dinikmati. Alamnya, masyarakatnya, makanannya dll. Waktu kami nyebrang selat Madura pakai kapal disebelahku duduk 2 orang bule, yang dari percakapannya dengan penumpang lain_pake Bahasa Indonesia_diketahui memang tinggal di Sumenep. Dan dia sedang mengajak teman bule satunya untuk kesana. Aku juga pernah nonton tayangan di TV tentang masyarakat Madura especially Sumenep. Lebih mengupas tentang tatanan masyarakat disana. Jadi, penataan rumah tinggal disana itu ada pakemnya. Turun-temurun. Apa ya nama ilmunya kalau di arsitektur itu? Lupa!
Bagaimana susunan letak bangunan utama (rumah induk), rumah anak pertama yang sudah berkeluarga, langgar (mushola kecil), kandang ternak, halaman dll. Ke arah mata angina mana rumah tersebut menghadap. Tentang anak lelaki tidak boleh tidur di rumah kalau sudah baligh. Jadi mereka harus tidur di langgar. Mirip seperti orang minang. 

Haaa ini episode pertamaku ke Madura. Ada episode dua nya ketika aku kesana naik motor sama dua orang temanku. Travelling productive judulnya. Soalnya sambil sight-seeing barang dagangan: Bathik Madura yang cantik-cantik itu. Next time yaa…

Cipa's collection: Mbak Wid, Cipa, n Me on the Ship

Share:

0 komentar:

Posting Komentar