Jumat, 20 Juni 2014

Cieeee... Naik gunung ciee.. #Merbabu Yayy!!

"Haha.. kayaknya Mbak Noor abis ini kapok naik gunung lagi" seloroh Dadung waktu nunggu aku jalan tertatih-tatih menuju parkiran motor pos pendakian Selo, Magelang.

"Nggak ah, biasa aja" Jawabku sok-sokan. Sambil berpegangan tasnya Julaikah dan meringis-ringis nahan persendian dan otot yang nyeri karena kebanyakan ngerem. Kurang pelumas ceritanya. Hah!

Dua setengah tahun sebelumnya, Hanapo_sekarang suami Dadung_pernah tanya juga. "Kapok nggak mbak naik gunung"?. Waktu itu kami lagi perjalanan menuruni gunung Merapi. Januari 2012.

"Engng gaaak, yaa belum sampe taraf suka sih. Tapi lain waktu kalau diajakin lagi dan pas bisa, aku mau".

Dan lain waktu itu, kemaren sodara-sodara. 13-14 Juni 2014. Biasa.. Berawal dari ajakan iseng Dadung di Group WA. Yang diajak Jul, tapi aku yang emang lagi pengen outdoor-outdoor langsung memutuskan: OK i'm in. Ambil cuti hari Jum'at. Ijin ke Bapak. Chat ke Dadung barang apa aja yang kudu dibawa dan berangkatlah Aku sama Jul ke Jogja Kamis malem. Syukurnya, barang2 yang disuruh bawa sama Dadung itu muat di tas ranselku yang sehari-hari: Jaket, Sarung tangan, Kaos kaki tebel, sendal gunung, kamera DSLR, slayer, kupluk kalo mau, makanan, minuman 1,5 lt aja, obat pribadi, satu set baju ganti buat pulang. Catatan: Baju pendakian yang cerah biar ngejreng kalo dipoto. Aku guling-guling baca list barang ini. Tapi percaya ajalah sama pimpinan_eh asisten pribadi pimpinan rombongan.

"Habis magrib, kumpul di bunderan UGM" Kata Dadung. Dan aku sama jul masih ribet sama motor yang mau kita bawa ke pos pendakian. Gile! minjem motornya sampe ke Cangkringan. Ke rumah Sule. Dan Jul bersikeras mau ambil SB ke tempat Aqieb yang GJ abis. Haaa dan bisa ditebak, gara-gara urusan ini kami touch down di bunderan UGM jam 8. Nyamperin temen PoDung dulu, baru jalan ke Magelang. Trusss naik ke atas ke Selo. Sampe di Selo jam 11an malem. Siap-siap dan naiklah kita malam itu juga. 

For sure, tracknya Merbabu itu lebih soft dibanding Merapi. Banyak bidang datarnya. Pas naik juga nggak naik-naik amat dan nggak lama udah ketemu bidang datar lagi. Kita istirahat cuma sebentar-sebentar buat minum, ambil nafas dan ngelus2 pinggang. Hawanya juga nggak dingin-dingin amat. Sama Buper Wonogondang di kaki gunung Merapi aja kalah dingin. Tepat jam 5 pagi kita sampai di taman edelwise. Bidang datar luas pertama yang kami jumpai. Pagi itu, pagi memasuki tengah bulan di kalender Hijriah. Jadi bulan yang bulet nyaris sempurna jelas banget kayak lampu penerangan jalan. Putih, bersih samasekali nggak tertutup awan. Kami sholat subuh berjama'ah. Menggelar makanan yang kami bawa dan istirahat. Haaaa...

Aku sama Jul sibuk foto-foto sedangkan dua pasang teman kami masak. Haaa... Foto Jul lebih bagus dari fotoku. Saking seringnya kami jalan-jalan dan foto-foto akhir-akhir ini, kami tau juga, kalau Jul itu spesialis foto landscape. Foto landscapenya bagus-bagus. Sedangkan aku buruk banget kalau foto landscape, tapi jago foto makro. Haahaaa itu kesimpulan kami berdua. Boleh percaya boleh enggak.

Makanya aku akhirnya sibuk foto-foto vegetasi-vegetasi di sana jarak dekat, dengan latar bukit-bukit merbabu, langit, awan. Si Jul, jauh di sebrang sana teriak-teriak, betapa bagusnya awan-awan yang sedang ia foto dan siluet oranye campur ungu campur biru saat matahari mau menyembul ke permukaan. Dia memanggil-manggilku untuk jadi foto modelnya seperti biasa. Ha haaa...

And, when i saw awan-awan itu.... pengen nyemplung ke sana dan berenang-renang. Putihnyaaaa.. udah kayak kapas kecantikan kata Ajis, teman perjalanan kami. Well, itu si Matahari udah mau nongol ya di sebelah Timur, si Bulan bulet yang ada di Barat belum ilang juga. Masih stay calm di posisinya. Huahhhh,, MasyaAllah pokoknya. Begitulah sampai 4 jam setelahnya kami masih foto-foto, makan-makan, ngobrol-ngobrol, dan beramah tamah dengan pendaki lain. Emang ini rombonga paling santai sedunia. Nggak bawa tenda. Tasnya daypack semua, kecuali si Bang Zunan yang bawa Carrier.

Di taman edelwise.
Puncak Merbabu. Ada dimanakah dia? Seberapa jauh lagi? Aku nggak sempet mikir. Mereka juga. Haaa.. Emang nggak ada yang niat muncak mah. Dari 6 orang yang pernah ke Merbabu, cuma Hanapo yang udah pernah muncak. Itu juga setelah 4 atau 3 kali dia kesana, gitu katanya. Di sekelilling kami ada beberapa perbukitan. Di balik bukit yang paling tinggi itu terhampar sabana luas. Sabana I katanya. Ada 3 sabana di Merbabu. Kami berbeda-beda pendapat soal ini. Apakah kami mau kesana, ke salah satu bukit yang landai saja lalu turun lagi, atau langsung turun dan pulang. Mereka menyerahkan atau mempertimbangkan dengan sangat keinginanku. Kata Po, kita naik Merbabu ini nganter Mbak Noor. Waaaa.. Dan aku putuskan untuk naik! Yattaaaaa!!!! Setelah sebelumnya pake acara bingung. Soalnya kalau dilihat kasat mata tu jauh bingit buat sampe Sabana I. Seenggaknya butuh 3 jam. Dannnn the most important, tu tracknya menyerupai tebing veritkal. Lurrrus.. Kemiringannya 70 derajat kali...

Baru beberapa langkah kami naik, kami balik badan dan terlihatlah di sebelah selatan Gunung Merapi berdiri kokoh terang benderang. Kayak bisa dijangkau tangan aja. Bahkan saat kami naik beberapa langkah lagi, pemukiman di bawahnya juga tampak. Mungkin itu Magelang atau Boyolali.

4 teman kami naik dengan mudahnya dengan posisi berdiri. Sedang Aku sama Jul merangkak-rangkak kayak cicak. Sumpah mennnnn, gue takut ngegelundung kebawah kalo kepleset, atau pijakan kakiku kurang kuat. Hanapo bilang, "Jangan liat keatas mbak, ntar kayaknya nggak nyampe-nyampe, fokus aja sama langkah kakinya". Si Bang Zunan bilang "Nggak usah liat ke bawah mbak, percaya sama kakinya". Ngomong-ngomong ini 2 kalimat yang maknanya dalem ya pemirsaa.. Jadinya, aku nggak liat kemana-mana selain bidang tanah yang sedang kuinjak. Tap, tap, tap.. yayyy!!

Waktu akhirnya kami sampe sabana satu tu yaaa.. leganya.. meski mringis juga liat puncak yang masih jauh disana. Ternyata buat sampe sana itu kita musti turun, naik, ketemua sabana II, turun lagi, naik lagi ketemu sabana III, naik lagi baru deh muncak. Ohhh mennn, gue keki-keki penasaran, heuheu..

Kami istirahat lama banget disitu. Sampe tidur bener2 tidur. Masak, makan and of course foto-foto. Gue sih pengennya langsung turun, biar capeknya sekalian. Mumpung ni dengkul masih enak digerak-gerakkin. Masih panas. Tapi kudu ngerti juga sama kondisi rombongan lain. Heee.. Jadi kami turun sekitar jam 3 sore. Dan dari jaman jebot, yang namanya "turun" itu sesuatu yang amat menyiksa bagiku. Dimana kaki kudu nahan berat badan dan bawaan saat kaki menghentak tanah. Kudu ngerem-ngerem. Uh! Linu bukan main. Gue punya asam urat menn. Dulu waktu turun dari Merapi yang lebih miring itu aku pasrat main prosotan di tanah basah.

Sampe di beskem jam 5. Aku tidur karena harus nyiapin tenaga buat mengendarai motor yang tracknya nggak kalah horor. Malem. Berkabut. Lengkap sudah. Nggak kupeduliin tu temen2 yang pesen makanan, ngobrol-ngobrol. Badan yang belepotan. Bodo amat. Pokoknya gue mau tidur. Hee.. Dan alhasil, bangun-bangun ni sepasang kaki ni udah sakitnya minta ampun. Dari beskem ini kita musti jalan TURUN lagi sekian kilometer untuk sampe ke parkiran motor. Heu,, aku jalan udah kayak bekicot. Pegangan si Jul. Karena Dadung pegangan Hanapo,, hahaaaa *apacoba!!

Singkat cerita akhirnya kami pulang ambil jalan muter. Eh muter-muter kuadrat lewat Boyolali. Alhamdulillah. Karena tracknya nggak sehorror kalo lewat Magelang. Aman banget malah. Cuma emang panjaaaaaang banget. Masih di Boyolali itu si Jul udah lesu. "Mbak ini jalan kok kayak nggak ada muaranya ya?". "Iya, kenapa dari tadi Boyolali, Klaten mana Klaten hahaaa...". Tapi ya sepanjang-panjangnya track ini nggak sampe ngabisin bensin 2 liter. Nah kalo lewat Magelang, dua liter kurang. Karena setengah perjalanan itu motor cuma bisa di persneling 2 atau 1. Hah, parah! Nggak papa jauh, yang penting selamet.

Dan jam 10an sampailah di kos adekku. Mandi. Sholat. Tedong. Berencana bangun pagi buat kondangan di nikahan Arif. Tapi gagal total. Gagal bangun. Hahaa.. Akhirnya melarikan diri ke Taman Budaya Yogyakarta. Liat ARTJOG 2014. Ketemu another couple: Pak Sakijo-Mbak Ria di Kotagede. Packing. Dan brangkat ke Surabaya. Touch down jam 4 subuh. Jam 8 ngantor. Meminimalisir gerak. Dan ditanyain banyak orang karena kalo turun tangga, aku jalan mundur kayak petugas pembawa bendera paskribaka kalo turun tangga. Wahaa..

Jadi, mau naik gunung lagi? Mau aja, kalau ada kesempatan. Hahaaa..
I Love Traveling. Nggak jadi soal mau ke gunung, laut, gua, atau sawah pinggir sungai sekalipun hehee..

I love this pict. Ajis, lu keren banget. Haa..






Share:

4 komentar:

  1. Waoooowwwwww mukaku paling gedheeee..... hahaha.... ayo ikut lgi mbak, camping ceria

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaa ni Ajis apa Ida ni? kasih2 kabar aja. Sapatau pas lagi bisa ikut.. hee..

      Hapus
  2. Hahaha... sbenernya... waktu pulang itu... q gak tega sama embak. Q ijin po... mau gantiin dikau boncengun jul... tapi kan ndk mungkin ya.... ha.... lagian q ngantuk dbelakang. Embak..... klarifikasi..... q udh muncak merbabu kok 2 kali. He.... just info :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muncak itu brarti udah sampe puncak dung? Waoow :3

      Hapus