Selasa, 30 September 2014

Filosofi Kopi

Judul: Filosofi Kopi
Penulis: Dewi 'Dee' Lestari
Penerbit: Bentang - Mizan Group
Tahun terbit: 2012, Cet.7 2014
Tebal: 142 hal, 20 cm

Hyaaa,, Dee Lest again! Filosofi Kopi. Cetakan pertama sih 2012. Tapi dibuku ditulis bahwa buku ini adalah kumpulan cerita dan prosa 1 dekade. Dari 1995-2005. Itu berarti dari jamannya Dee masih nyanyi bareng sama Rida sama Sita. Dan jadi karya sastra terbaik di 2006 versi majalah tempo. Lah, brarti sebelumnya pernah diterbitin?

Haha.. yang pasti ini buku Dee terakhir yang belum kubaca. Ada 9 cerita pendek dan 9 prosa di buku ini. Dengan cerita utama yang dijadikan judul buku: Filosofi Kopi.

Bercerita tentang barista yang telah memburu kopi-kopi terenak di dunia, mempelajari secara serius dan mendalam hingga akhirnya membuat kedai kopi bersama temannya. Kedai kopi yang tak hanya meramu kopi, tapi juga berbicara kepada pelanggannya. Memberikan makna-makna filosofis dari tiap cangkir kopi yang diminum. Kedainya berubah dari: Kedai Koffie Ben & Jodi, menjadi:
Filosofi Kopi
Temukan diri anda disini

Tiap menghidangkan kopi, pelanggan akan diberi kartu bertuliskan nama kopi yang diminum dan filosofinya.

Begitulah. Sampai ia menerima tantangan u/ membuat kopi terenak yang menggambarkan kesempurnaan & kesuksesan. Sampai begitu orang meminumnya langsung berdecak: sempurna!

Jika Ben berhasil, ia akan menerima uang 10 jt. Meski bagi Ben, buka itu yang dituju. Ini lebih ke soal pembuktian. Maka kemudian ia habiskan berhari-hari waktu untuk meramu kopi yang dimaksud. Dan ia berhasil. Begitu sang penantang meminum kopi itu, ia langsung berkata: Sempurna!

Nama kopinya Ben's Perfecto.

Itu seperti pencapaian lain yang sangat monumental. Semua Pelanggan spakat bahwa kopi itu sempurna. Sampai suatu hari, ada seorang bapak agak tua yang memesan kopi apa saja. Ben langsung saja menyajikan Ben's Perfecto. Namun Bapak itu tidak bereaksi apa-apa. Ben heran.

Akhirnya dari Bapak tersebut ia tau ada kopi yang lebih enak dari kopi Ben's Perfecto. Melalui petunjuk darinya, Ben mencari keberadaan kedai kopi itu. Ben menemukannya. Suatu kedai kopi kecil di desa di Jawa Tengah. Nama kopinya kopi tiwus. Harganya terserah, kadang ada yang memberinya 500, 100 atau tak membayar.

Kopi tiwus adalah kopi yang tumbuh di tanah milik Pak Seno, bahkan sebelum ia tinggal di situ. Kopi yang terus berbuah meski tidak diapa-apakan. Diberi nama tiwus karena anak gadisnya selalu berkata "tiwus-tiwus" jika melihat bunga kopi dari pohon itu.

Akibat hal ini, Ben merasa buruk & dan menutup kedai kopinya. Joddi yang bingung. Mereka sempat bertengkar hingga akhirnya diam. Mereka menempuh perjalanan spiritual mereka masing-masing. Hingga suatu hari saat Ben seperti biasa hanya melamun, Joddy membuatkannya kopi. Sambil memberikan tulisan.

Kopi yang anda minum hari ini:
KOPI TIWUS

Artinya:
Walau tak ada yang sempurna,
hidup ini indah begini adanya.

Haha.. dan lembaran cek 50jt hadiah atas keberhasilan pembuatan Ben's Perfecto diserahkan kepada Pak Seno oleh Joddy. Seperti yang diminta oleh Ben sebelumnya dan habis-habisan ditentang oleh Joddy. Pak Seno menerimanya dengan ketidakmengertian. Bukan gak ngerti maksudnya, tapi nggak ngerti itu apa, kemudian hanya meletakkannya di lemari sebagai sebuah kenang-kenangan. Wakakakak...

Haaa... cerita utamanya ini kena banget deh...
Walau tak ada yang sempurna,
hidup ini indah begini adanya.

Aku ingin mengucapkan ini di hadapanmu, sambil tersenyum.. wakakakkkkk hoex hoex *-mu nya itu looo siapa :p

Hmmm cerita-cerita & prosa-prosa lainnya bagus. Tapi kok nggak nempel yaa.. Nggak kayak waktu aku baca Madre atau Rectoverso. Di dua buku itu tiap judulnya mengesankan. Terutama yang Rectoverso. Mungkin karena aku sudah terlalu tau banyak karyanya ya, jadi biasa. Huehue...

Tapi ada beberapa Prosa yang aku suka, yaitu: Kunci hati, jembatan zaman, diam dan cuaca.

...
Bagaimana mungkin kamu jadikan tubuhmu sangkar bagi perasaan? Bukankah perasaanlah kandang dari jasad ini? Dalam diammu, aku mendengar banyak suara. Diammu berkata-kata.
Tangismu yang tak terlihat merobek ruang waktu dan menghampiriku dengan caranya sendiri. Mari, kususutkan air mata itu, kukecup keningmu halus, dan kutidurkan kepalamu di atas perutku yang hangat. Mari...
Kau dan aku menghembuskan napas. Tak lagi pengap. Tidak ada yang bergerak. Namun, diam itu telah runtuh oleh diam. (Ini potongan dari prosa *atau cerita ya? yang judulnya 'diam')
Share:

0 komentar:

Posting Komentar