Minggu, 22 Desember 2013

Kesan Natural di Film 99 Cahaya di Langit Eropa

Gambar dari sini
99 Cahaya di Langit Eropa. Judul film ini pasti tidak asing terdengar di telinga pecinta buku. Ya, ini adalah versi film dari buku berjudul sama: 99 Cahaya di Langit Eropa. Saya sendiri belum sempat membaca buku ini. Namun justru karena itu, disini saya akan benar-benar hanya menulis tentang filmnya tanpa membandingkannya dengan bukunya—suatu hal yang pasti terjadi dari film yang diangkat dari buku adalah pembandingan.

Film ini berkisah tentang pengalaman Hanum Rais (Acha Septriasa) di Wina Austria, dalam rangka menemani suaminya Rangga Almahendra (Abimana) menyelesaikan studi. Disana ia mengalami kebosanan karena tidak mempunyai kegiatan. Ia habiskan waktunya dengan jalan-jalan dan mencari pekerjaan. Namun karena Bahasa Jermannya yang kurang baik, hal itu agak susah. Hingga pada suatu hari ia membaca leaflet tempat kursus Bahasa Jerman. Ia benar-benar mengikutinya. Dan disanalah ia bertemu dengan Fatma (Raline Shah). Perempuan muslim asal Turki yang juga tinggal di Wina. Dari perkenalannya ia kemudian mengenal Aisye (Gecchae), anak Fatma yang periang dan menginspirasi orang-orang di sekelilingnya. Kisah selanjutnya adalah tentang Hanum yang banyak belajar tentang Islam pada Fatma dan Aisye. Bukan mengenai tata cara, karena Hanum sendiri sesungguhnya termasuk muslim cukup taat. Tapi lebih kepada bagaimana menjadi muslim seharusnya di tengah-tengah masyarakat. Mungkin itu tidak akan terlalu penting jika kita berada sebagai anggota mayoritas. Tapi di negeri orang, dimana muslim adalah minoritas, justru identitas muslim harus dijaga. Muslim yang sejatinya penuh dengan kasih sayang, penebar kebaikan, kedamaian dan toleransi . Bagaimana menjadi agen muslim yang baik. 

Tidak hanya perjalanan Hanum yang menjadi fokus cerita di film ini. Perjalanan suaminya, Rangga Almahendra (Abimana) yang sedang kuliah di sebuah universitas di Wina juga diceritakan dengan apik. Masih tentang bagaimana seorang muslim yang minoritas menyesuaikan diri dengan lingkungan yang mayoritas bukan muslim. Bagaimana ia bersama temannya yang sepertinya digambarkan sebagai muslim Asia Selatan/Tengah yaitu Khan (Alex Abbad) melaksanakan sholat di sudut ruangan kampus dan akhirnya harus pindah karena ditegur temannya Maarja (Marissa Nassution). Mereka diberitahu bahwa sudah disediakan tempat khusus untuk ibadah, yang setelah di lihat ternyata bercampur dengan tempat ibadah agama lain yang minoritas seperti Ko ngu chu, Budha dll. Berbeda dengan temannya yang tempramen dan frontal, Rangga adalah sosok yang lebih nrimo. Rangga juga mempunyai sahabat lain yang sering bertanya bahkan protes tentang agama Rangga (Islam) yaitu Stefan (Nino Fernandez)

Latar film ini tidak hanya ada di Wina-Austria. Dikarenakan proposal riset Rangga yang bagus menurut Prof. Reinhart (dosennya) ia diberi kesempatan untuk mempresantasikannya di Paris-Perancis. Hanum berkesempatan ikut dengan suaminya. Berkat bantuan dari Fatma, ia bertemu dengan Marion (Dewi Sandra). Sejarawan muslim yang juga teman Fatma. Disini pemahaman Hanum mengenai jejak-jejak peninggalan Islam di Eropa makin jauh dan memebekaskan kekaguman.

Kesan yang langsung terasa dari film ini adalah kesan alamiah, natural. Seperti bukan film melainkan kisah perjalanan yang direkam sendiri. Ya, semuanya begitu natural. Ceritanya, pemainnya, alurnya, plotnya bahkan dramanya. Mulai dari narasi tokoh utama pembuat cerita (:Hanum Rais) di awal film yang begitu personal. Perpindahan Bahasa baik dari Inggris atau Jerman ke Indonesia dalam percakapan yang begitu halus. Kemudian diperkuat dengan para pemainnya yang juga bermain sangat natural. Saya dan teman-teman saya terus terang selalu suka adegan dimana Hanum bercakap-cakap dengan suaminya Rangga Almahendra. Cara mereka bercanda, gimmicknya, pilihan katanya, semuanya natural. Seperti sedang tidak main film. 

Seperti saat pertama Hanum menceritakan kisah pertemuannya dengan Fatma kepada suaminya dan suaminya malah berkata bahwa istrinya itu akan terlihat cantik memakai jilbab, Hanum berdiri dan bergumam “kamu ah nggak nyambung” dengan reaksi yang natural. Comtoh lain adalah percakapan antara Rangga dan salah satu temannya atau keduanya yang seringkali bertema tentang agama selalu terdengar begitu renyah dan menggelitik penuh dengan anekdot. Ini juga menambah kesan natural dari keseluruhan film. Juga saat pertama kali Hanum dan suaminya bertemu dengan Marion yang ternyata berhijab. Cara memandang suaminya yang kemudian diprotes oleh Hanum membuat penonton ikut geli melihatnya. Seperti melihat teman kita sedang bercanda dihadapan kita.

Bukan hanya Acha dan Abimana, pemain-pemain lain tak kalah bagus tentunya. Gacchea sangat bagus dan natural dalam memerankan Aisye. Dewi Sandra, Nino Fernandes, dan Marissa Nasution yang sangat Eropa. Raline Shah dan Alex Abbad yang islami. Bahkan tetangga yang memprotes bau ikan asin dan suara TV yang terlalu keras itu juga bagus. Kalau ada satu karakter dan plot yang terkesan agak dipaksakan itu justru saat Hanum bertemu dengan Fatin yang sedang Syuting video clip. Walaupun terlihat juga usaha sutradaranya untuk membuatnya senatural mungkin.

Latar dan cerita di film ini tidak hanya memanjakan mata penonton dengan pemandangan tentang Eropa yang luarbiasa, tapi juga membuka wawasan penonton mengenai sejarah dunia dan sejarah Islam. Cukup provokatif dan membuat ingin merasakan dan melihat sendiri apa yang dipaparkan di film tersebut.

Jadi, salute buat para pemainnya, penyusun skenario, dan terutama sutradaranya: Guntur Soeharjanto yang meramu semuanya begitu apik, yang terus terang baru saya ketahui debutnya di film ini. Trimakasih.

Share:

2 komentar:

  1. akhirnya posting lagi..hehe

    ternyata sama..kerasa banget Fatin dipaksain masuk frame yah..

    hal menggelitik lainnya adalah adzan di Eiffel..ga pas banget mimik muka sama lafadz adzannya..
    lipsync nya kurang okeh begitu..

    hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyyyaaa.. ngrusakkkk tuu. Tapi aku lupa buat membahasnya he he..

      Maaf ya pembaca setia. Ini juga kudu ke warnet malem2. heuheu

      Ini modus ni. Ikut lomba ceritanya. Iseng2 berhadiah. Kalo menang mau beli HP yang bisa MP3 sama WA ha ha.. :D

      Hapus