Minggu, 24 November 2013

The -Must Read- Book: Dari Puncak Baghdad-Sejarah Dunia Versi Islam

Gambar dari sini
Judul: Dari Puncak Baghdad – Sejarah Dunia Versi Islam
Penulis: Tamim Anshari
Penerjemah: Yuliani Liputo
Penerbit Indonesia: Zaman
Tahun terbit Indonesia: 2012
Perolehan: Pinjem Esti. Esti pinjem “calonnya” ha ha..

Judul asli: Destiny Disrupted: A History of the World through Islamic Eyes
Penerbit Asli: Public Affairs
Tahun terbis asli: 2009

Apa ya?
Buku ini, emejing! Dan Asik!
Kalian tau kan sejarah dunia versi buku sekolahan? Tentang babilonia, yunani kuno, bizantium, konstantinopel, Roma, Zaman kegelapan Eropa, ekspedisi-ekspedisi maritime, penemuan benua Amerika, revolusi industry, munculnya Kristen protestan. Yah begitulah. Disisi lain di pelajaran agama atau di madrasah atau TPA sore hari, ustad bercerita atau memberi pelajaran tentang Tarikh Islam. Sejarah Nabi-nabi. Dan yang paling gamblang Nabi Muhammad. Nah, pernahkah anda terusik dengan pertanyaan. Waktu Nabi lahir itu Roma lagi ngapain ya? Kan Agama Kristen sudah menyebar tu dan jadi agama mayoritas disana. Trus katanya Nabi itu pernah mengirimi surat kaisar Roma ngajak masuk islam. Memang sejauh apa hubungan mereka? Bagaimana pada akhirnya konstantinopel pusat kerajaan kriten Eropa TImur jadi Turki dan jadi Negara muslim? Kenapa Timur (Dunia Islam) dan Barat (Eropa dan Amerika) itu kayak dua dunia yang berbeda? Apakah mereka tidak pernah saling bersentuhan? Lalu, pertanyaan paling penting: Sejarah Umat Islam yang kita pelajari di madrasah atau TPA yang begitu waow itu kenapa sedikit sekali dibahas di buku sejarah sekolah? Paling Cuma pas perang salib atau penakhlukan konstantinopel. Tidak lebih. 

Nah, jawabannya ada di buku ini. Maksudnya, kalau kita biasa memahami sejarah dunia di sekolah yang sumbernya banyak dari Barat. Maka ini adalah buku sejarah dunia tapi dari kacamata Dunia Islam.
Baiklah, pengantarku itu kurang menarik dan meyakinkan sepertinya. Maka saya kutipkan saja pengantar penulis aslinya yang ada di buku ini (yang dalam kasusku, membaca pengantarnya saja saya sudah tau kalau buku ini asik):

Sejarah dunia selalu merupakan cerita tentang bagaimana “kita” sampai di sini sekarang, sehinggan bentuk narasi secara mendasar bergantung pada siapa yang kita maksud dengan “kami” dan apa yang kita maksud dengan “di sini dan sekarang”. Sejarah dunia Barat tradisional mengandaikan bahwa di sini dan sekarang adalah peradaban industrial (dan pascaindustrial) demokratis. Di Amerika Serikat anggapan lebih lanjut menyatakan bahwa sejarah dunia mengarah pada kelahiran cita-cita pendirinya tentang kebebasan dan kesetaraan serta akibatnya pada kebangkitan sebagai sebuah adidaya yang memimpin planet menuju ke masa depan. Premis ini menetapkan arah bagi sejarah dan menempatkan titik akhir di suatu tempat di ujung jalan yang sedang kita tempuh sekarang. Itu membuat kita rentan terhadap dugaan bahwa semua orang sedang bergerak dalam arah yang sama, meskipun sebagiannya belum begitu jauh melangkah –entah karena mereka mulai terlambat, atau karena mereka bergerak lebih lambat—yang karena itulah kita menyebut Negara-negara mereka “Negara berkembang” (haa.. haaaa asik kan?)
Ketika masa depan ideal yang dibayangkan oleh masyarakat pascaindustrial demokratis Barat yang diambil sebagai titik akhir sejarah, bentuk narasi yang menuju ke di-sini-dan-sekarang mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Kelahiran peradaban (Mesir dan Mesopotamia)
  2. Zaman klasik (Yunani dan Roma)
  3. Zaman kegelapan (kebangkitan Kristen)
  4. Kelahiran kembali: Renaisans dan Reformasi
  5. Pencerahan (penjelajahan dan ilmu pengetahuan)
  6. Revolusi (Demokrasi, Industri dan Teknologi)
  7. Bangkitnya Negara-Bangsa: Perjuangan demi Kerajaan
  8. Perang Dunia I dan II
  9. Perang Dingin
  10. Kemenangan Kapitalisme Demokratik
Tapi bagaimana kalau kita melihat sejarah dunia versi Islam? Apakah kita cenderung menganggap diri kita sebagai versi kerdil Barat, berkembang menuju titik akhir yang sama, tetapi secara kurang efektif? Saya kira tidak. Salah satu alasannya, kita melihat batas berbeda yang membagi tentang waktu menjadi “sebelum” dan “sesudah”: tahun nol bagi kita adalah tahun Nabi Muhammad bermigrasi dari Makkah ke Madinah, Hijrahnya, yang melahirkan masyarakat muslim. Bagi kami, komunitas ini mewujudkan arti dari “beradab”, dan menyempurnakan cita-cita ini akan terlihat seperti dorongan yang telah memberi bentuk dan arah sejarah.
Tetapi pada beberapa abad terakhir, kita akan merasa ada sesuatu yang kacau dengan arus itu. Kita akan tahu masyarakat itu telah berhenti berkembang, telah semakin bingung, mendapati dirinya dirasuki oleh arus berlawanan yang bergejolak, arah sejarah yang bersaing. Sebagai ahli waris tradisi muslim, kita akan dipaksa untuk mencari makna sejarah dalam kekalahan, bukan kemenagan. Kita akan merasakan konflik antara dua dorongan: mengubah pemahaman kita mengenai “beradab” agar sejajar dengan arus sejarah atau melawan arus sejarah untuk menyelaraskannya dengan pemahaman kita mengenai “beradab”.
Jika masa kini yang terhambat sebagaimana dialami masyarakat Islam itu yang akan diambil sebagai di-sini-dan-sekarang yang harus dijelaskan oleh narasi sejarah dunia, maka ceritanya barangkali akan terbagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Zaman Kuno: Mesopotamia dan Persia
  2. Kelahiran Islam
  3. Kekahlifahan: Pencarian Persatuan Universal
  4. Perpecahan: Zaman Kesultanan
  5. Bencana: Tentara Salib dan Mongol
  6. Kelahiran kembali: Era Tiga Kekaisaran
  7. Perembesan Timur oleh Barat
  8. Kemenangan Modernis Sekuler
  9. Reaksi Islamis
Nah, gitu. Kebayang ya, asiknya buku ini? Yang menjadi kabar bahagianya lagi si penulis itu mengibaratkan ia mengisahkan sejarah ini seperti misalnya kita bertemu dengannya di warung kopi kemudian bertanya “Apa sih sejarah dunia pararel itu?”. Begitu! Jadi tidak ada penanggalan yang rumit disini. Juga penyebutan garis keturunan suatu tokoh dalam sejarah Islam.
Maka, buku ini terdiri dari beberapa Bab sebagai berikut:
  1. Dunia Tengah
  2. Hijrah
  3. Kelahiran Kekhalifahan
  4. Perpecahan
  5. Kerajaan Bani Ummayah
  6. Zaman Abasiyyah
  7. Ulama, Filsuf, dan Sufi
  8. Masuklah orang Turki
  9. Malapetaka
  10. Kelahiran Kembali
  11. Sementara itu di Eropa
  12. Barat mendatangi Timur
  13. Gerakan Reformasi
  14. Industri, Konstitusi, dan Nasionalisme
  15. Munculnya Sekuler Modernis
  16. Krisis Modernitas
  17. Arus Balik
Buku ini layaknya novel yang kita tidak akan bisa berhenti membacanya sebelum selesai. Juga tidak akan membolak-balik halaman sebelumnya karena lupa rentetan ceritanya. Kita juga akan mempunyai gambaran yang cukup gamblang tentang pertanyaan “Kenapa?” yang sering menggelayut ketika melihat fenomena tentang Islam saat ini, tentang kapitalisme, tentang system ekonomi yang berkuasa, tentang demokrasi, tentang konflik antar Negara, tentang kekuasaan adidaya dll yang mungkin perlu belajar sejarah sampai S3 jika kita tidak bertemu dengan buku ini.

Jika ada kekurangan dalam buku ini adalah perasaan seperti.. “tabu” ketika sang penulis menggambarkan tentang islam. Seperti ini contohnya:
"Di antara banyak kuil di Makkah ada bangunan berbentuk kubus dengan sebuah batu yang dimuliakan di pojoknya, sebuah batu hitap mengkilap yang jatuh dari langit pada zaman dahulu kala –sebuah meteor, mungkin. Kuil itu disebut Ka’bah, dan dongen suku-suku mengatakan bahwa Ibrahim sendirilah yang membangungunnya, dengan bantuan putranya Ismail. Dst…"

Bagi kita yang biasa membaca sejarah Islam dari kitab-kitab tarikh atau Siroh, membaca ini rasanya pengen marah-marah karena penggunaan bahasanya. Tapi kemudian pikirkanlah bahwa buku ini terbit dan diedarkan di Amerika. Maka kita akan sedikit maklum. Terlepas itu, mungkin sang penulis dianggap sebagai orientalis yang oriental he he..

Nah, membaca buku ini atau resensi saya, mungkin timbul pertanyaan: “Memang penulisnya tu siapa sih?”. Maka, berikut saya kutipkan profil penulis yang ada di halaman belakang buku ini:

Tamim Anshari adalah sejarawan dunia, penulis memoir West of Kabul, East of New York. Dan penulis pendamping korban ranjau darat Afganistan Farah Ahmadi buku terlaris New York Times, The Other Side of the Sky. Dia telah memberikan kontribusi besar pada beberapa buku pelajaran sejarah sekolah menengah di Negara-negara Barat. Dia menulis kolom bulanan untuk Encarta.com dan telah menerbitkan esai dan komentar di San Fransisco Chronicle, Salon, Alternet, TomPaine.com, Edutopia, Parade, L.A. Times, dan di tempat lain. Direktur San Fransisco Writers Workshop ini sekarang tinggal di San Fransisco.

Dari pendahuluannya juga diketahui bahwa dia dibesarkan di Afghanistan muslim. Katanya lebih lanjut: 

Bukan saja saya dibesarkan di sebuah Negara Islam, tapi saya juga dilahirkan dalam sebuah keluarga yang pernah memiliki status social yang tinggi di Afghanistan berdasarkan sepenuhnya reputasi keshalehan dan pembelajaran agama kami. Nama belakang kami mengindikasikan bahwa kami adalah keturunan Ansar “penolong”, orang-orang Madinah pertama yang menganur Islam dan membantu Nabi Muhammad melarikan diri dari pembunuhan di Makkah dan dengan demikian memastikan kelangsungan hidup misinya.

Yang paling terakhir, kakek dari buyut saya adalah seorang mistikus muslim local terhormat yang makamnya menjadi tempat suci bagi ratusan pengikutnya sampai hari ini, dan warisannya berlanjut hingga ke masa hidup Ayah saya, menanamkan dalam marga kami rasa kewajiban untuk mengetahui hal-hal ini dengan lebih baik daripada rata-rata orang. Saya terbiasa mendengar anekdot muslim, komentar, dan spekulasi di lingkungan saya dan sebagiannya meresap dalam, meskipun temperamen saya sendiri entah bagaimana perpaling secara tegas kea rah sekuler. Setelah saya pindah ke Amerika serikat, saya lebih tertarik dengan Islam daripada yang pernah saya alami selama hidup di dunia muslim. Minat saya bertambah ketika adik saya memeluk islam “fundamentalis”. Saya mulai menyelidiki filsafat islam blab la bla..

Jadi buku ini is very very recomemded!
Share:

0 komentar:

Posting Komentar