Sabtu, 31 Agustus 2013

Samitha membuatku pengen ke Mojokerto

Judul: Samitha
Pengarang: Tasaro GK
Penerbit: DAR! Mizan
Tahun terbit: 2008
Tebal: Lupa
Perolehan: Beli sendiri dung.

Baca novel berlatar sejarah itu selalu menimbulkan pertanyaan: Is that real? Kan sejarahnya sungguhan ada, tapi detail cerita seperti di novel tetap fiktif kan? Ha ha rancu. Setidaknya itulah yang kurasa ketika dulu membaca novel Taj Mahal dan novel Samitha ini. Novel kedua yang kusebut tak begitu terkenal. Ya setidaknya tak seterkenal Kinanthi yang ditulis oleh penulis yang sama: Tasaro GK.

Well, novel ini bercerita tentang Hui Sing alias Samitha yang dikisahkan sebagai murid perempuan laksamana Cheng Ho. Tau dong Laksmana Cheng Ho? Bahariawan yang beberapa kali mengunjungi Nusantari. Dimasa Majapahit berkuasa. Nah si Hui Sing ini ikut dalam ekpedisi gurunya ke tanah Jawa.

Singkat cerita dalam interaksi Hui Sing dengan orang-orang baru yang ia temui di bumi Majapahit. Ia berteman dan bersahabat dengan beberapa orang, bahkan jatuh hati. Orang-orang yang berinteraksi dengannya ini jugalah yang kemudian melibatkan Samitha dalam beberapa konflik.

Persahabatan dengan Ramya, anak Ki Legowo, Lurah Simongan yang juga mantan pejabat Bhayangkari Majapahit, berakhir pada cerita Ramya yang berubah menjadi siluman. Ia begitu karena perjuangan menuntut balas atas kematian Ayahnya oleh pasukan Majapahit dan terenggutnya kehormatannya sebagai seorang perempuan oleh salah satu wali Majapahit di suatu wilayah.

Di kerajaan Majapahit, Samitha berteman dengan Dewi Anindita. Perempuan yang digambarkan sangat halus dan mempunyai budi pekerti sangat tinggi layaknya Putri Ningrat. Ia juga bertemu Sad Respati ketua pasukan Bhayangkari Majapahit. Ketiganya terlibat cinta segitiga. Sad Respati dan Samitha saling menyukai ketika mereka berkenalan. Hanya saja saat tinggal hitungan hari Sad Respati harus menikahi Dewi Anindita. Cinta Samitha dan Sad Respati tak dapat bersatu karenanya. Meski pada akhirnya setelah melalui perjalanan yang panjang dan bertubi-tubi Respati dan Samitha bersatu dalam pernikahan dan mempunya anak bernama Soma.

Oya, Samitha juga punya 2 teman seperguruan yang ditengah cerita juga berkonflik dengannya. Diceritakan diantara Juen Sui dan Sien Feng, sala satunya dicurigai mencuri kitab Kutub Beku jurus andalan Laksamana Cheng Ho. Konflik ini berakhir dengan kematian Sien Feng, yang ternyata selain mencuri kitab juga bersekongkol dengan Dewi Anindita dalam aksi pembunuhan salah satu pejabat Majapahit. Bahkan bernafsu ingin membunuh Cheng Ho, gurunya sendiri.

Samitha juga diceritakan berhubungan baik dengan gerombolan pemberontak dari Blambangan. Saat ia bekerja di Rumah Makan yang menjadi kedok gerombolan itu.

Banyak sosok-sosok lain dalam cerita ini. Pada akhirnya cerita ini sempat Happy Ending dengan kebersamaan Samitha dan Respati. Tapi kemudian ada salah paham lagi yang terjadi antara padepokan yang didirikan Respati dengan pasukan Majapahit yang menimbulkan pertumpahan darah. Sedangkan anak Samitha yang baru saja lahir dicuri oleh Dewi Anindita, mantan istri Respati yang ternyata masih menyimpan dendam. Pencurian dilakukan saat Samitha sedang membantu suaminya melawan pasukan Majapahit.

Cerita berakhir dengan Samitha yang berhasil mempermalukan Raja Majapahit dalam aksi penuntutan balas atas kematian suaminya, tanpa membunuhnya. Samitha berjanji akan menghabiskan usianya untuk mencari anaknya.

Begitulah. Pada akhirnya... agak ngambang.

Hemm, membaca novel ini membuat saya ingin mencari tau falsafah-falsafah Jawa. Meski ini cerita orang China perantauan, tapi latar belakangnya yang budaya Jawa kuno sangat bagus disampaikan oleh penulisnya. Ia memperkenalkan banyak falsafah dan budaya jawa dalam latar dan percakapan antar tokoh. Nilai historical novel ini juga sangat kental, meski, sekali lagi, jadi susah membedakan mana fakta Sejarah, mana fiksi.

Trus aku juga jadi pengen pergi ke Mojokerto, untuk melihat kerajaan Majapahit langsung :) i will.

*tulisan nggak diedit karena keburu-buru. harap maklum :D

Share:

0 komentar:

Posting Komentar