Jumat, 14 Desember 2012

Kumcer yg bikin aku pengen bikin kumcer +_+


Gambarnya dari sini
Judul        : Berjuta Rasanya
Penulis     : TereLiye
Penerbit   : Mahakarepublika
Jenis        : Fiksi
Tebal       :  205 halaman
Asal-usul : Pinjem Mbak Lusi

Resensi normal

Buku ke 3 tereliye yang kubaca. Setelah hapalan sholat delisa dan kisah sang penandai. Huaah.. dugaanku tepat ketika menduga buku ini tentang berjuta rasa cinta. Ini cukup terlihat dari sampulnya, sinopsisnya juga endorsmentnya. Tapi sekaligus aku salah ketika menduga ceritanya akan sangat pop dengan cerita cinta sehari-hari dibungkus dengan bahasa khas tere liye

Tere liye adalah tere liye. Penulis dengan khayalan tanpa pembatas. Tak peduli pikiran para pembacanya. Tapi di sisi lain itu bisa jadi cerita yang paling sering di khayalkan manusia. Di bagian cerita “Harga Sebuah Pertemuan” misalnya, percaya atau tidak aku pernah membayangkan sebuah fiksi mengerikan serupa. Parahnya akulah tokoh utamanya. Ketika itu aku “suka” dengan kakak kelas yang juga teman mengaji di kampung. Secara tiba-tiba pindah kota. Dan aku mengkhayalkan hal gila itu. Ha ha gila!

Cintanometer dan alat2 pendeteksi perasaan, mungkin juga pernah di khayalkan oleh orang-orang yang merasakan betapa menyiksanya rasa menduga-duga, harap2 cemas dan gampag GR.

Sebenernya hampir mati bosan membacanya sampai ke judul kesepuluh. Bagaimana tidak, beberapa tulisan dibuat dengan metode sama. Menceritakan 2 atau 3 manusia yang saling berinteraksi dari sisi masing-masing. Dengan pengulangan diksi yang sama persis dan hanya diubah pada reaksi masing2 tokoh. Kejadian yang pararel. Benar-benar ingin mengakhirinya. Tapi di sisi lain timbul tantangan untuk melumatnya habis.
Kemudian coba member pertanyaan pada diri sendiri: Sebenarnya pesan apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Seperti yang aku katakana sebelumnya, terlihat dari bentuk luarnya, misinya adalah menceritakan berbagai rasa cinta. Ya. Dan itu memang ada di situ. Tapi, dari kelimabelas cerita nasibnya tragis semua. Nggak ada yang happy ending. Kalau nggak berpisah karenamati, penghianatan dan kepergian yaaa… kisah tentang kasih tak sampai. Mendamba seseorang abis-abisan tapi tak dapat berbua tsesuatupun. Kalaupun bisa melakukan sesuatu dan bersambut kemudian bersatu, akhirnya juga berpisah. Bener-bener deh. Kayaknya penulis pengen ngasih tau: cinta itu banyak pahitnya. Siap untuk jatuh cinta itu siap untuk sakit hati.

Akhirnya menjelang dua judul terakhir, aku membuat kesimpulan sendiri, dan untukku sendiri. Yaitu: bahwa perasaan, hal yang kitarasakan, sesedih dan segembira apapun. Sepahit dan semanis apapun adalah merupakan hal yang sangat berharga. Apalagi jika pada akhirnya kita mengetahui kaitan perasaan yang menguras emosi itu dengan takdir kehidupan kita selanjutnya.

Tapi itu tidak terjadi jika kita tidak dengan kesadaran penuh mengendalikan kesedihan atau kebahagiaan yang berlebihan (he heh, kalau yang ini asli aku ngarangsendiri berdasar pengalaman pribadi).

Well, kata-kata paling aku suka adalah:
 Apakah cinta sejati itu? Apakah ia sebentuk perasaan yang tidak bisa dibagi lagi? Apakah ia sejenis kata akhir sebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membelah diri lagi? Titik? Penghabisan? Bukankah lazim seseorang jatuh cinta lagi padahal sebelumnya sudah berjuta kali bilang kepasangan-pasangan lamanya, “ia adalah cinta sejatiku!”. (ini ada di cerita berjudul “Kupu-kupu monarch”)

Oh ya, juga teori tentang nasib: ada banyak nasib yang terjadi pararel di dunia ini. Berbarengan. Ini di cerita “Lily dan 3 pria itu”

Hahah, karangan tere liye paling absurd menurutku.

Tapi ya, setidaknya ada dua efek yang timbul pada diriku setelah membaca buku ini. Pertama, tidak ada batasan untuk berkhayal, pun untuk menulis, jadi tulis saja. Batasan ada lebih karena tanggungjawab diri kita dari efek yang akan ditimbulkan jika tulisan tersebut dibaca orang lain. Jadi, nulisaja, apa ajaJ. Kedua, aku jadi punya cerita untuk melengkapi kisah-kisah tentang perasaan. Sebuah kejadian yang beluma da di ke-15 cerita itu ha ha. Tunggu ya ceritanya..

Kamis, 13 Desember 2012

(biasa..) Ngomong sendiri =)

“Sendirian mbak?” “Heee.. iya bu” jawabku sambil nyengir
Pertanyaan itu sering dilayangkan (jiiah kyak surat aja) emmm ditujukan kepadaku entah di pasar, di pameran, lagi survey, lagi kunjungan, hadir ke musyawarah bapak-bapak, ibu-ibu. Emang salah yaa? L
Aku tuuuu kerjanya emang survey, kunjungan, jualan de el el. Kerja ya sendiri. Mau sama siapa? Kalopun aku punya temen, ntar gajinya jadinya bagi dua ibuuuuu…
***
“Gimana kalau aku ngontrak rumah sendiri? di desa yang halaman belakang dan depannya luas. Di belakang, ternak domba sama ayam. Di depan nanem TOGA (Tanaman Obat Untuk Keluarga), Sayur dan bumbu dapur, bunga krisan, pacar air, bunga matahari, bougenvile, kaktus yang nanemnya gampang berbunganya gampang. Di garasi terparkir mobil Ford Ranger buat jualan kambing n ayam, juga buat bantu warga sekitar distribusi hasil pertanian dan perkebunan”
“Aneh mbak. Kasian” jawab temanku. Haaa waktu itu nanyanya gak sepanjang itu siiih..
Yaaaaaaaaaah.. terus aku sama siapa dung? Emang ada diantara kalian teman akhwatku yang mau diajak begituan. Adek? Aktifitasnya beda banggeedh. Aha! Apa nyari orang tua asuh? Ada ya yang mau ngadopsi aku?
***
JADI. Salah kalo sendiri tu..
Karena nanti bisa dijambret, rumah bisa kemalingan, gas abis ga ada yang masangin, sahur gak ada yang bangunin,, huwah!
Karena semalem temenku ada yang dijambret! Padahal berdua. Jadi kejahatan di jalan itu nyata boi! Gak semua orang itu baik (Tapi… mungkin aja yang gak baik itu emang kepepet, makanya nekat, aslinya baik juga sebenernya). Jadi kalau keluarnya malem, jangan sendiri. Trus jangan sampe larut malam. Ingat kejahatan bukan hanya terjadi karena kesialan, tapi karena adanya kesempatan. Waspadalah!! Waspadalah!! Jangan sendirian..


Labil banget sih wakakak

Komen-komen

Aisyah Shaleha hhaha,,,, ya dah kita semua pindah ke rumah yg mw kmu kontrak tu aj mba... haha
Aryashie Sutrianie setuju dgn neng sulis.. hehe.. 
Retnish Alkhansa kasian2,, aku bukannya ternyeh membaca critamu mba, malah teroingkal2 dengan bahsamau,, hahaha maafkan aku *nyengir ketawa
Marliyanti Yanti heeeeeeeeee:) eh, kontrak di rumah pelangi aja noor.... pas banget tu...amannnn...depan ada mantan kandang ayam, belakang ada sumur, bisa lah bikin kebon bayam....haa....dan dijamin gak akan di tanya..pulang jam berapa, habis dari mana..rmah juga gak mesti di kuci...heee...ya kan iva dan ida...ha
Retnish Alkhansa wah diman tuh mba lokasinya, kayaknya menarikk
Shinta Andriana hhhaa...galau meneh..
Fernanda Ridho Hildawati Noor Noor.. kayaknya asyik tuh ngontrak brg... aku daftar ach hehe
Fernanda Ridho Hildawati Gak ada yang salah ko klo sndiri,,, emg blm wktunya ja d ksh temen. kl kmn2 m tmn kn urusan beda2. Dunia kerja mnntn qt tuk krjain smua sndri, kn gajinya sndri bukan d bagi2 hehe tul gak..
Rahmi Wijayanti ini hanya terkait soal "pilihan" dan "keberanian". sebenarnya bisa saja sendiri, punya rumah sendiri. atau bisa saja berdua bertiga berempat dan seterusnya. hanya, yang mana yang dipilih dan apakah kita berani?? hehehe
Maulida Illiyani bukan masalah berani atau gak berani.., tapi karna kita "perempuan" yang punya steriotip "lemah gemulai,alay.."haha..., nasib. knapa slalu jadi korban..., skali2 perempuan aja yang jambret laki2.hehe.... feminis kriminal bgt.... ayo karate akhwat mbak.biar kita abisin orang2 jahat yang ngejahatin orang kere. "pasukan berkerudung......"haha
Rahmi Wijayanti sebenernya intinya yaaaa "gak berani".. hehe #piece
Aisyah Shalehah wis to ra usah berantem........ intinya kita itu makhluk sosial, dmana fitrahny mmg gk bs hdp sendiri, krn antra 1 dgn yg lainnya harus slg melengkapi. kebayang klo dibumi ni cm da mba nur ja. hayo.... wkwkwkwk... nyambung gak sih bro....
Ryane Rafflese hmmm.... menarik!! bener tak da yang slah to bener anak gadis punya pemikiran dan perencanaan hidup seperti mb. noor.... tak smua anak gadis seusia mb. noor yang terpkir buat sjauh itu krna psikologis dan kebiasaan msyarkat yg lbih bnyak mmpengaruhi bh...Lihat Selengkapnya
Rahmi Wijayanti Manusia mencintai pilihannya, bukan kehidupannya. Karena kehidupan, tidak pernah dipilihnya
Noor Hidayati heeeeeeeee... Mr,Ryane Rafflese lbh ngerti kalo diskusinya tertulis gini *manggut2
It isn't galau boi cuma kyak baru diingetin soal hati2, hikmah g blh pulang mlm sndrian de el el..
All: Aku milih untuk ttp berjama'ah dlm kebaikan bersama kalian hags hags...

Noor Hidayati Retnish Alkhansa: Senang bisa menghiburmu wakakakak...
Ryane Rafflese hmmmm......
Rachmanto Raid Tulisannya bagus, terasa banget ditulis dengan segenap perasaan
Noor Hidayati Huwaaaah... aku jadi pengen nulis yang alirannya begitu lagi..
Yulmia Nur Baitillah asseeek mbk... ntr klo lagi bawa temen, dikomenin lagi... tumben ama temen mbk? wkwkwkwkwkw
Noor Hidayati haaa iya ya..
Ryane Rafflese hmmmm... dtnggu crita brikutnya....hahahahahhaha
A Muhajir Kahuripan udah kos di icd aja..halaman depan luas, bahkan bisa parkir bus..gratis lagi..hehe:D
Noor Hidayati Trsu jualan bathik juga... ha haaa...

Ada saatnya nanti, kita akan benar-benar sendiri
Mungkin hanya ada cacing, yang kenal juga enggak sama kita
Mungkin hanya ada malaikat, entah dalam bentuk apa yang malahan sangat mengenal kita
Punya rapot kita dari semenjak lahir.
Ada saatnya nanti kita benar benar sendiri
Bahkan walau kita “ditunggui” (kyk si Susana ditunggu suaminya smpe hari ke 40 kyyyaaa)
Menunggunya pun sambil nangis Bombay
Kita tetap hanya sendiri

Maka,
Apalah hakikat kata mandiri. Bisa melakukan semuanya sendiri..
Jika bahkan untuk tertawa pun kita butuh kawan
Untuk kasusku, bahkan bangun pun aku butuh kawan
Ha ha
Jadi mau sok menyendiri.. nanti saja di kuburan!!


hmmm, mereka ini =)

Alumni SMANSA TNI On Reunion

Udah ada judulnya =)

Maknanya baru terasa =)

Madrasah Ukhuwah, very2 miss this moment

Kalo ini, terlalu banyak memori sampe penuh ber album2

Finally, the essential ukhuwah bersama yang nggak ikut difoto


Daaaan aku belum punya foto teman2 baruku, disini, di Surabaya...

~untitled~



Kupikir, islam itu juga filsafat. Memaparkan banyak hal- hal yang esensi sekaligus remeh temeh yang sebenarnya juga esensi. Sekaligus juga bagi beberapa orang “tak tergapai”. Banyaknya buku filsafat yang akhir-akhir ini saya baca, baik fiksi maupun non fiksi, selalu meninggalkan kesan yang sama pada diri saya. Ah, mereka terlalu berbelit-belit. Bukan, bukan meremehkan. Saya sangat appreciate dengan eksplorasi mereka. Bahkan ini lebih saya hargai karena dapat membantu saya menyimpulkan hal tersebut di atas. Bahwa dengan penuh kesadaran pada akhirnya saya akan kembali kepada islam. Mungkin, buku yang saya baca masih sangat kurang. Apalagi saya lebih senang dan lebih sering bertemu dengan yang wujudnya novel. Secara, semuanya pinjam atau download versi PDF.
Ah, belum sampai pada saya sebuah kemampuan untuk mensintesisnya menjadi sebuah cerita. Selayaknya para novelis itu dapat melakukannya. Tapi suatu hari, saya ingin membuatnya. Sebuah cerita ringan bermuatan filsafat yang saya pahami.
Semua filsafat pasti kembali pada ketiadaan yang ada. Apalagi kalau bukan Tuhan, yang lebih senang kusebut Rabb..
Dan ketika tiba-tiba bulir bulir air mata itu keluar
Di jalanan, di depan computer, di kamar
Rabb, Kau tau
Kau Maha tau segala yang berkecamuk ini
Seajaib kau menjawabnya
Maka, atas segala iman ini
Terimakasih =)